Kepalan tinju Panji mendarat di wajah pria yang ada di hadapannya. Sekali lagi, kepalan tangan pria itu melayang dan menghantam wajah berminyak itu. Dan di lanjutkan dengan kaki panjang Panji yang menendang perutnya. Hingga pria itu terjungkal ke belakang.
Pria itu ketakutan. Ia tidak melawan. Ia menahan rasa sakit yang Panji berikan kepadanya. Justru, saat ini ia kembali bersimpuh dan memohon belas kasihan pria itu.
"Gue minta maaf, bos. Gue nggak tahu. Gue di bohongi sama perempuan itu." Ucapnya memohon kepada Panji.
Kedua tangan Panji tampak beracak pinggang. Ia menghelakan napasnya menahan gejolak emosi. "Kerja lo nggak becus. Dan sekarang gue harus berurusan sama polisi. Bukan ngebantu, lo malah nambah masalah gue." Ucap Panji dingin.
Pria itu adalah pria yang menculik Cindy tempo hari. Ia yang membawa Cindy ke rumah Panji, dan menyatakan bahwa wanita itu akan jadi pancingan agar Saksono takut dan mau tak mau menghadap Panji.
Tetapi, Ratna telah mengelabuhinya. Cindy bukanlah anaknya. Bahkan kenal saja pun tidak. Ia mengorbankan wanita yang tidak tahu apa-apa itu, untuk melindungi putrinya dari Panji.
"Gue bakalan bertanggung jawab, bos. Gue nggak bakal seret-seret nama bos di kasus ini. Tolong ampuni gue, bos." Ucap Dedi. Orang yang bekerja untuk Panji.
Panji menghelakan napasnya dalam. Kedua tangannya mulai masuk ke saku celana. Ia mengangkat kepalanya menatap pentilasi udara.
"Gue bukan orang baik yang sabar dan kasih orang pengampunan. Kesalahan lo terlalu fatal. Gue bukan cuma bakalan lepas lo jadi orang gue, tapi lo juga bukan lagi anggota benteng industri." Ucap Panji membuat dada Dedi terasa sesak seketika.
"Itu keputusan gue!" Seru Panji menatap Dedi dengan tatapan bengisnya itu.
Dedi langsung merangkak memeluk kaki Panji. Baginya, di keluarkan dari benteng industri sama saja pertanda kiamat. Di kelompok ini, ia bisa dengan mudah bekerja di perusahaan satu dan yang lainnya yang menjadi bagian dari benteng industri. Baik sebagai satpam, CS, dll. Tetapi jika ia sudah di depak, maka seluruh daerah ini pun tidak akan ada lagi yang mau menerimanya. Apa lagi dengan ijazah yang hanya tamatan SMP.
"Tolong, bos. Tolong gue, bos. Jangan keluarin gue dari kelompok, bos. Gue nggak tahu bakalan kemana kalau bos negluarin gue. Gue bakalan lakuin apapun, bos. Tolong jangan keluarin gue, bos." Ucap Dedi berulang kali. Memohon belas kasihan Panji.
Panji menggerakkan kakinya agar Dedi melepaskannya. "Bawa Saksono, istri dan anaknya ke hadapan gue hidup atau mati! Gue kasih waktu 1 minggu. Kalau lo nggak bisa, surat depak lo bakalan gue tanda tangani!" Ucap Panji yang memberikan Dedi kesempatan.
"Iya, bos. Iya. Gue bakalan bawa mereka segera." Janji Dedi pada Panji.
Tanpa mau menunggu lama, Panji langsung melangkahkan kakinya. Pergi meninggalkan tempat itu.
...
"Jadi papamu bukan pak Saksono, Yana?" Tanya Gerald. Saat ini, Gerald dan Cindy tengah sibuk menyiapkan makan malam di dapur.
Cindy pun tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya. Ya, papanya ternyata bukan seorang koruptor, penipu atau apapun yang selama ini di sangkakan pada papanya. Cindy bisa sedikit bernapas lega untuk hal itu.
"Jadi, setelah ini Yana keluar dari rumah Panji?"
Cindy tidak menjawab. Ia hanya merajang cabai yang ada di hadapannya dengan perlahan. Ia bingung akan apa setelah ini. Ia tidak tahu apakah papanya sudah pulang atau belum. Dan.. kalau pun ia tetap berada di rumah Panji, itu mungkin tidak akan baik. Karena Mahesa sudah tahu keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Escape || Panji Zone
Любовные романыHidupku sempurna. Punya papa dan mama yang baik serta sangat pengertian, punya sahabat yang selalu ada, dan punya kekasih yang begitu menyayangiku. Tetapi.. Tiba-tiba semua itu sirna seketika. semua itu berubah setelah ibuku meninggal. hidupku hancu...