Mahesa menginjak pedal gas mobilnya dalam. Di sampingnya, ada seorang pria berjaket hitam yang juga berprofesi sebagai seorang polisi juga.
Kemarin, sesaat setelah tante Risna atau yang lebih di kenal dengan sebutan tante Riris pergi dari rumahnya, Mahesa begitu terkejut mengetahui bahwa Cindy telah melarikan diri. Karena itu, ia berusaha mencari keberadaan wanita itu.
Bukan hanya karena permasalahan antara Cindy dan ibu tirinya, tetapi juga karena pengaduan orang hilang yang di layangkan oleh Erik.
Mahesa sudah menemukan nomor imei ponsel Cindy. Ponsel itu masih berfungsi, walau nomor ponsel Cindy tidak lagi dapat di hubungi.
"Disini?" Tanya Mahesa dan pria yang ada di sebelahnya merespon dengan menganggukkan kepala.
Mahesa dan pria itu mendelik ke luar sana. Tampak sebuah warung makan yang begitu sederhana berdiri di tempat itu.
"Sinyal ponselnya terakhir terdeteksi disini juga." Ucap pria itu yang memantapkan mereka untuk segera turun ke sana.
Mereka berupa-pura datang sebagai pengunjung. Memesan makanan dan duduk di warung itu. Diam-diam memperhatikan keadaan sekitar. Mencari tahu, apakah Cindy memang berada di tempat itu atau tidak.
Makanan tiba. Mahesa dan rekannya pun mulai menyantap makanan. Memperhatikan pemilik warung diam-diam. Tetapi, ponsel yang pemilik warung keluarkan, bukanlah tipe ponsel yang mirip dengan milik Cindy. Bahkan itu bukanlah ponsel jenis smart phone.
Mahesa menoleh sekilas ke rekannya dan langsung menggelengkan kepalanya.
"Buk," panggil Mahesa dan si pemilik warung datang menghampiri.
"Iya dek," jawabnya sambil tersenyum ramah.
"Saya mau pesen nasi bungkus untuk acara di rumah. Kira-kira bisa nggak ya, buk?" Tanya Mahesa.
Si pemilik warung tampak tersenyum sumringah. Ia bahkan duduk bersebrangan dengan Mahesa dan rekannya. "Bisa dek. Mau pesan berapa bungkus?" Tanya pemilik warung.
"Yaah, nggak banyak sih buk. Kira-kira 50 porsi aja. Kira-kira berapa nasi pakai lauk ayam?" Tanya Mahesa sembari memperhatikan wajah si pemilik warung. Sedangkan rekan Mahesa memperhatikan sekitar. Matanya fokus menatap pintu rumah yang ada di belakang warung itu.
Merasa mendapat rezeki, si pemilik warung menatap Mahesa berbinar. "Kita buat lima belas ribu per porsinya ya, dek," ucap pemilik warung.
Mahesa menganggukkan kepalanya. "Boleh WA kan ke istri saya detailnya nggak ya buk. Biar saya langsung kasih dpnya."
"Oh boleh, dek." Ucap si pemilik warung dengan semangatnya. Ia berdiri dan memanggil seseorang, "Del.. Della!" Panggilnya ke arah rumah.
Mahesa dan rekannya langsung saling melempar pandang. Mereka sudah siap-siap untuk melihat apa yang selanjutnya terjadi.
Seorang wanita muda berambut pendek keluar dari rumah itu. "Iya, buk," jawabnya dengan malas.
"Ambil dulu hpmu. Ini ada pesanan, mau di WA kan." Ucap pemilik warung.
Sang anak lantas kembali ke dalam rumah. Tak lama, ia keluar dari rumah dan membawa ponselnya. Case ponsel tampak berbeda dari milik Cindy. Milik Cindy berwarna bening, sedangkan milik wanita itu berwarna pink.
"Berapa nomornya, kak?" Si wanita menghampiri Mahesa.
Bukan menjawab, Mahesa malah mengulurkan tangannya. Ia mengembangkan senyumnya sembari menatap wanita muda itu. Membuat wanita itu menyerahkan ponselnya begitu saja.
Dengan cepat tangan Mahesa bekerja. Mencari nomor imei ponsel tersebut. "Coba lihat nomornya," ucap Mahesa pada rekannya menunjukkan ponsel itu.
Pria itu pun menganggukkan kepalanya. Membuat Mahesa tersenyum menatap kembali wanita itu. Ia mengulurkan tanggannya yang menggenggam ponsel wanita itu. Saat tangan wanita itu menyentuh ponsel, disitu Mahesa langsung menarik tangannya dan mendorongnya hingga tubuh wanita itu tertahan di atas meja. Sementara sang rekan sudah mengamankan si pemilik warung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Escape || Panji Zone
RomansHidupku sempurna. Punya papa dan mama yang baik serta sangat pengertian, punya sahabat yang selalu ada, dan punya kekasih yang begitu menyayangiku. Tetapi.. Tiba-tiba semua itu sirna seketika. semua itu berubah setelah ibuku meninggal. hidupku hancu...