"Hiks.. hiks..," Cindy menangis sedih. Ia tidak tahu bahwa Panji adalah pembunuh paling kejam dan paling tidak berperi kemanusiaan di dunia. Dia sangat kejam, benar-benar kejam, terlalu kejam.
Cindy mengusap peluhnya. Sambil bertanya-tanya dalam hati, apakah benar ia akan mati dengan cara seperti ini. Ia yakin bahwa penyiksaan seperti ini akan memakan waktu yang sangat panjang hingga Cindy sampai untuk berjalan di ambang kematian.
"Hikss.. hikss.. Panjiii panas, Panji. Heeee.. aku hauuuss," rengek Cindy sambil menangis.
Tadi, saat mereka bertengkar, Panji berkata, "gue nggak akan bunuh lo pakai tangan gue sendiri. Biar lo tersiksa dulu, baru lo mati sendiri." Ucap Panji kejam.
Panji menarik tangan Cindy ke depan rumah dan menjemur wanita itu disana. Berdiri di bawah terik matahari, tanpa pelindung sama sekali. Membiarkan Cindy terpanggang panasnya matahari.
"Berdiri disini sampai lo mati! Awas kalau lo kabur, gue lempar lo ke kandang buaya!"
Cindy mengusap air matanya dan kedua sudut bibirnya tampak melengkung ke bawah. Kerongkongannya sudah kering. Tubuh Cindy pun terasa panas. Peluhnya berjatuhan, membuat baju yang ia kenakan ikut basah bermandikan keringat.
"Panjiii," rengeknya dengan lemah. Tapi tidak ada jawaban. Kaki Cindy sudah sangat lelah berdiri. Ia tidak menyangka bahwa Panji tega melakukan ini terhadapnya.
Pintu gerbang rumah Panji pun terbuka. Membuat fokus Cindy langsung terarah ke gerbang. Penjaga bukan hanya membuka gerbang kecil, tetapi pula gerbang besar. Dari sana, mobil milik Panji pun keluar.
"Panjiii, hiks.. hiks..," cicit Cindy menatap penuh harap mobil Panji. Dan benar saja, mobil itu berhenti tidak jauh dari tempat Cindy berdiri.
Pria bernama Panji Kaswantoro itu turun dari mobilnya. Ia memasang wajah sombongnya. Berjalan menuju Cindy dengan kedua tangan bersembunyi di saku.
"Gimana? Panas?" Tanya Panji dengan nada songongnya itu.
Cindy menatap Panji penuh harap. Ia pun menganggukkan kepalanya dan memasang wajah paling menyedihkan.
"Kaya gitu neraka yang bakal lo jalani. Anggap aja itu simulasi." Cerocos Panji tak berperasaan.
"Panji juga nanti masuk neraka!" Seru Cindy dengan sedih.
Panji langsung membuka lebar kedua tangannya. "Kita masuk sama-sama." Ucapnya tanpa beban. "Neraka tambah gue, lo bayangin aja seberapa menderitanya hidup lo setelah mati."
"Hiks.. hiks..," Cindy mengusap matanya. "..haus Panjii," rengeknya membuat Panji langsung memutar bola matanya malas.
Panji mendorong pelan punggung basah Cindy dan menuntunnya masuk ke dalam mobil. Cindy pun masuk dan duduk di kursi penumpang bagian depan.
Nyatanya, Panji sudah menyediakan minum dan handuk di dashboard mobilnya untuk Cindy. Ia membuka handuk itu dan menaruhnya asal di kepala Cindy. Lalu menutup pintu dan bergegas duduk di kursi kemudi.
Cindy mengusap keringat yang membasahi wajahnya. Hanya dua kali usapan, lalu ia bergegas mengambil minuman dingin yang ada di dalam botol berukuran 350ml yang sudah Panji sediakan.
"Buka," rengeknya menyodorkan botol itu kepada Panji.
Panji berdecak kesal sambil meraih botol yang masih bersegel itu. "Siapa yang mainin siapa disini," gerutu Panji bersungut-sungut.
"Nih!" Serunya menyerahkan botol itu kepada Cindy.
Glek..glek..glekk.. suara air yang mengalir membasahi tenggorokan Cindy yang sedari tadi terasa kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Escape || Panji Zone
Roman d'amourHidupku sempurna. Punya papa dan mama yang baik serta sangat pengertian, punya sahabat yang selalu ada, dan punya kekasih yang begitu menyayangiku. Tetapi.. Tiba-tiba semua itu sirna seketika. semua itu berubah setelah ibuku meninggal. hidupku hancu...