Cindy tidak mengerti apa yang terjadi saat ini. Tadi, saat ia sedang berjalan menuju rumah Panji, langkahnya tiba-tiba di hadang oleh dua orang pria. Cindy ketakutan dan buru-buru menekan tombol panggilan di ponselnya. Entah nomor siapa yang ia hubungi dan entah tersambung atau tidak pun, Cindy tidak tahu.
Saat kedua pria itu tengah mengganggu Cindy, menggoda Cindy, memegang lengan Cindy dan membuat Cindy histeris ketakutan, tiba-tiba pria lain datang. Cindy tidak tahu apakah pria-pria yang datang itu penyelamat atau bagaimana.
Jika memang orang jahat, kenapa mereka melepaskan Cindy dari dua pria yang menghadang Cindy dan menghajar kedua pria itu.
Jika memang orang baik, lalu kenapa Cindy di tahan disini. Di tempat Cindy di hadang jalannya, Cindy berlutut bersama kedua pria jahat itu tadi.
Semakin lama, jumlah pria yang hadir semakin banyak. Membuat napas Cindy sesak seketika. Cindy gemetar ketakutan melihat gaya mereka.
Entah dari mana semua orang ini datang. Wajah mereka terlihat tegang. Tidak ada yang bersuara selain hanya berbisik satu sama lain. Bahkan satpam komplek pun hanya diam tidak berusaha untuk membubarkan orang-orang itu.
Air mata Cindy mengalir membasahi pipi. Kedua lututnya terasa sakit karena bersentuhan langsung dengan aspal. Cindy meneguk salivanya sendiri, wajahnya sudah memerah karena paparan sinar matahari.
Ya Tuhan, masalah papa belum selesai, apa lagi sekarang batin Cindy.
Sebuah mobil berhenti tepat di hadapan Cindy. Dan Cindy menemukan bahwa semua orang yang ada di sana langsung bersikap waspada. Membuat Cindy jadi ikut waspada menatap mobil yang tampaknya familiar itu.
Pintu mobil terbuka. Membuat Cindy langsung menarik napas dalam menatap sosok itu. Panji ucapnya dalam hati.
Pria itu turun dari mobil, berjalan cepat dan melayangkan kakinya menendang kepala dua orang pria yang tadi mengganggu Cindy secara bergantian. Cindy tersentak kaget dan gemetar melihat kejadian itu. Sementara yang lain hanya diam dan menyaksikan.
"Berani-beraninya lo ngulah di daerah gue! Lo pi-"
Greepp!
Ucapan Panji terhenti seketika saat tiba-tiba wanita bernama Cindyana itu memeluknya. Membuat semua orang terkejut khususnya Panji.
"Hiks.. hiks.." Cindy menangis sambil memeluk Panji. Entah apa yang mendorong ia berdiri dan memeluk pria itu. Tetapi seluruh jiwanya benar-benat bergetar saat ini. Dan ia butuh sebuah tempat dimana ia bisa bersembunyi dan merasa aman.
Panji mendengkuskan napasnya kasar. Ia membiarkan saja Cindy memeluknya. Tidak membalas ataupun melepas pelukan itu.
"Tangan keparat ini yang udah nyentuh dia (Cindy), patahin!" Seru Panji membuat Cindy terkejut. Cindy langsung melepas pelukan itu. Ia menatap Panji dan meremas kemeja yang sedang Panji kenakan sambil menggeleng cepat.
Jangan.. jangan.. ucapnya dalam hati.
"Ini bukan urusan lo! Nggak usah ikut campur!" Seru Panji kepada Cindy. Membuat wanita itu langsung berlutut dan menggelengkan kepalanya. Meminta Panji untuk tidak melakukan itu.
Panji menggeram kesal. Emosinya ingin meledak, tetapi Cindy menghalanginya. Membuat kepalanya menjadi sakit.
"YAUDAH! CUMA SAMPAI TERKILIR!" teriaknya dengan kencang. "BUANG SAMPAH SIALAN INI! GUE NGGAK MAU NGELIHAT MEREKA BERKELIARAN LAGI DISINI!" Perintah Panji.
"DAN GUE PERINGATIN SAMA LO SEMUA, SEKALI LAGI LO ADA YANG BERURUSAN SAMA GUE, NGGAK AKAN GUE TOLERIR! PAHAM LO SEMUA?!" Semua orang kompak mengangguk dengan patuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Escape || Panji Zone
RomanceHidupku sempurna. Punya papa dan mama yang baik serta sangat pengertian, punya sahabat yang selalu ada, dan punya kekasih yang begitu menyayangiku. Tetapi.. Tiba-tiba semua itu sirna seketika. semua itu berubah setelah ibuku meninggal. hidupku hancu...