Aku adalah kamu
Dalam banyak kesempatan sebelum hujan, aku terpikirkan tentang artinya dirimu yang tidak sederhana. Tentang kumpulan dari beberapa kalimat pengantar tidur, tentang bait penawar rindu, pun tentang lengkungan senyummu sebagai prolog kenyamanan terbaik yang pernah aku lihat.
Beberapa malam sudah kita rasakan sebagai dua jiwa yang memilih untuk bersama. Kuperkenalkan kamu dengan segala masa laluku, begitupun denganmu yang mengantarkanku ke alur pemikiranmu. Seperti kala itu, saat kita mulai saling menyapa di antara beberapa bait dialog asing yang belum terjalin.
Untuk kamu yang sedang menatap langit yang sama sepertiku. Kujelaskan, dengarkan bersama hujan, mumpung Tuhan sedang mengirim ritme pengiring untuk kita.
Kumulai dengan selamat sore kali ini.
Kuberitahu ya sayang, dengarkan baik-baik. Bahwa porsi perhatianmu menempati tempat yang cukup luas di kepalaku.
Seperti yang kuungkapkan sebelumnya, aku selalu butuh kabarmu dan sapamu setiap hari. Pagi dan malam yang tidak lengkap. barangkali kamu juga perlu tahu bahwa kamu adalah takaran kopi yang tepat, tidak terlalu manis dan tidak terlalu pahit.
Aku dan kamu adalah hukum gerak Newton ketiga, bahwa apa yang kamu berikan, akan kuberikan segala apa yang lebih. Sedang tak acuh yang kamu perankan menjadikan aku tokoh yang tak berperan (lagi).
Berbaiksangkalah terus untuk kita, agar semesta merestui segalanya dengan semoga. Jagalah aku dan juga kita untuk sebuah ujung cerita bahagia yang selalu kita aminkan.