Emma mendekatinya dan mengecup bibir Wolfy. Emma hanya ingin mengecupnya sekali saja, namun ia mengecupnya lagi dan lagi seperti candu saat ia merasakan bibir Wolfy. Wolfy membalas kecupan Emma, tak kuasa untuk menolak bibir yang ia rindukan. Ia menarik Emma ke dalam dan menutup pintu.
Tiba-tiba kenangan-kenangan bersama dengan Wolfy muncul kembali di dalam pikiran Emma. Mata Emma melebar saat setiap kenangan kembali ke dalam pikirannya, ia menutup matanya dan sebutir air mata mengalir mengingat setiap rasa yang ia miliki untuk Wolfy.
Emma menyandarkan tubuhnya pada pintu dan melingkarkan kedua tangannya di leher Wolfy. Wolfy mengecup leher Emma kemudian kembali ke bibir Emma dengan terburu-buru. Emma menyusupkan tangannya ke dalam kaos Wolfy, menyusuri perut hingga dada bidang Wolfy. Ia merasakan otot Wolfy yang berkedut di setiap sentuhannya.
Mereka berjalan perlahan ke dalam kamar Wolfy tanpa bisa melepaskan bibir mereka. Wolfy melepas kaos yang ia kenakan dan menjatuhkannya ke lantai, membawa Emma ke dalam kamarnya. Emma mendorongnya ke dinding dan mencium setiap inci tubuhnya.
Wolfy menarik Emma ke dalam dekapannya dan mencium bibir Emma dengan perasaan yang membara, menyelipkan tangannya ke dalam baju Emma. Ia berhenti di pinggang Emma, merasakan kehangatan tubuh Emma. Ia meremas pinggang Emma, berusaha menahan diri.
Wolfy: "I can't hold it, please stop this Emma.." Wolfy berbicara dengan suara lirih saat Emma mencium belakang telinganya, warna matanya berubah menjadi kuning.
Emma: "Apa kamu mempermainkanku lagi sekarang? Menjauhiku lagi setelah ini?" Wolfy menatap Emma lekat-lekat, matanya kembali menjadi hitam.
Wolfy: "Kamu.. mengingatnya?" Emma mengangguk.
Emma: "Aku tak tau apa semua kenangan kita sudah kembali, namun aku mengingatnya. Kamu, yang selalu berusaha mendorongku jauh-jauh setelah kita kehilangan kontrol seperti ini."
Wolfy: "Itu demi-"
Emma: "Demi kebaikanku. Ya, alasan favoritmu." Wolfy terdiam tampak berpikir sambil menatap mata Emma.
Wolfy: "Aku bisa mengubah keputusanku, since kamu bukan manusia biasa seperti yang kukira sebelumnya." Wolfy tersenyum miring.
Emma: "What? Apa maksudmu?" Wolfy mencium Emma lagi, membungkam pertanyaan Emma.
Wolfy memeluk Emma erat, tak ingin melepasnya walau sebentar saja. Ia menggendong Emma dan menidurkannya di kasur, mencium kening Emma dengan penuh kelembutan.
Emma: "Kamu nggak akan menjauhiku lagi setelah ini?" Wolfy tersenyum dan menggeleng.
Wolfy: "Selama kamu nggak membagi perasaanmu ke dua pria." Wolfy menggodanya. Emma mengerutkan dahi berpikir siapa yang Wolfy maksud.
Emma: "Pak Jonathan?" Wolfy menaikkan sebelah alisnya.
Emma: "Owh.. Aku hampir menyerahkan hatiku sepenuhnya pada pria tampan itu. Mengingat kamu menolakku terus menerus." Wolfy mendelik pura-pura marah, membuat Emma tertawa geli.
Wolfy tersenyum dan mengecup bibir Emma perlahan. Namun Emma mendorong Wolfy ke dinding, mengangkat tubuh Wolfy dan mencekiknya dengan satu tangan. Mata Emma berubah menjadi hijau dan ia menyeringai memandang Wolfy yang kesakitan dan kehabisan nafas.
Demon: "Well, well, lovebirds. Apa yang akan gadis ini rasakan jika aku membuat dirinya sendiri membunuh kekasih tercintanya?" Tatapannya penuh hasrat membunuh.
Wolfy mendorong Emma dengan kekuatannnya hingga Emma terjatuh di atas kasur. Ia segera duduk di atas Emma dan mengunci kedua tangan Emma, Emma menertawainya. Emma memutarkan tubuhnya, membuat posisi Wolfy menjadi di bawahnya. Kuku Emma telah berubah menjadi panjang dan tajam, ia mencakar tubuh Wolfy hingga berdarah. Wolfy berteriak kesakitan saat Emma menusukkan kuku tajamnya ke dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOLFY
Fantasiseorang gadis bernama Emma jatuh hati pada seorang lelaki yang ternyata adalah manusia serigala, salah satu dari grup human keeper yang bertugas menjaga manusia dari monster yang tak terlihat oleh manusia biasa. Inilah petualangan seorang manusia y...