Chapter 6

21 2 1
                                    

Rekomendasi  lagu yang berikutnya ialah D Date_Joker.






       "Hahahaha.....  Rasanya senang bisa membakar itu sekolah. Jadi nggak perlu ujian kan?"ujar Felica dengan girangnya.

"Kali ini gue kerja sama ama lo deh Pelica ca. Ujian dibatalkan...... Bagus banget tuh"ujar Lucia seraya menyantap makanannya.

          Untuk merayakan keberhasilan misi yang sukses itu, Felica dan Lucia memutuskan untuk pergi ke kafe rahasia. Belum ada pengunjung yang datang ke kafe karena ini masi terlalu pagi.

        Semua kejadian ini diawali saat percakapan Felica dan Lucia tadi malam. Lucia yang sudah panik karna takut nilainya hancur dan Felica yang bersikap terlalu santai. Bosan mendengar ocehan Lucia yang tak berfaedah, akhirnya Felica memberi sebuah ide untuk membakar sekolah.
"Lo udah gila ya?!"tanya Lucia dari seberang sana.

"Gak usah ngegas juga kali,kuping gue jadi budek denger suara lo"

"Ya maap"

"Jadi kan lo takut kalau nilai lo dibawah standar. Seharusnya lo gak usah panik-"sebelum Felica menyelesaikan perkataannya, Lucia langsung  memotong pembicaraannya

"Gak usah panik!? Dasar bangau! Gue ini gak sama kayak lo ya Pelica ca. Gue ini kan idolanya satu sekolah. Masak gue dapet nilai jelek sih? Hancur dong reputasi gue. Mikir dong!"

"Woi !Dengerin gue dulu napa?" ujar Felica mulai emosi.

"Gak usah ngegas juga kali"

"Serah lo dah. Jadi gini, seperti yang gue bilang tadi. Lo gak perlu panik. Yang menjadi sumber dari masalah lo itu kan ujian besok. Ujian itu kan di sekolah. Jadi lo bakar aja tu sekolah. Jadinya kan ujian dibatalkan."ujar Felica dengan santai. Tampaknya Lucia masi memikirkan perkataan Felica. 

    Benar juga ya kata Felica tadi. Kalau sekolah kebakaran, secara otomatis ujian dibatalkan. Itulah yang difikirkan Lucia saat ini.

"Woi cepetan. Lama amat lo mikirnya. Jadi lo setuju nggak nih? "tanya Felica yang membuyarkan lamunan Lucia.

"Hmm.... Ok, gue setuju ama rencana lo"

                         ~~~///~~~

         Semuanya telah berakhir. Kini Cendi berada di kafe rahasia dan segera mencari Felica dan Lucia. Tidak membutuhkan waktu lama, Cendi melihat mereka lagi santai di pojokan kafe.

"Disini rupanya kalian! "ujar Cendi dengan nada tegas,seakan ini adalah pertemuan seorang komandan dengan bawahannya. Suasana menjadi hening. Cendi mendapat tatapan super aneh dari Felica dan Lucia. Tiba-tiba Felica langsung berdiri tegap dan memberi hormat.

"Siap pak. Ada yang bisa saya bantu?" ujar Felica dengan nada tegas juga. Lucia terkekeh pelan melihat reaksi dari Felica itu. Tak mau kalah Cendi meneruskan permainannya.

"Kamu ngapain bakar sekolah tadi? Kamu tau nggak kalau tindakan kamu itu menyalahi aturan? "

"Tidak pak, saya tidak tau. Dia yang mau pak,katanya dia takut kalau nilainya ancur. Jadi saya bakar tu sekolah"ujar Felica menunjuk Lucia.

"Gue jadi merinding ngeliat drama kalian berdua"ujar Lucia.

        Cendi menghela nafas kasar. Dirinya cuma bisa pasrah. Akhirnya dia memilih untuk duduk dengan tenang seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh kafe. Seketika dia teringat akan anak yang dibawa Felica tadi malam.

"Ca, si Irfan mana? Gue liat tadi dikamarnya tadi gak ada"

"Tu dia lagi tidur dibelakang lo"

"Belakang mana sih? "

"Itu di banggu yang ada di belakang lo. Didepannya Ayatha noh"

      Cendi pun melihat ke kursi di belakangnya. Ternyata benar, anak itu tengah tertidur dengan nyenyaknya. Tapi tunggu dulu, Ayatha? Sejak kapan dia ada di sana? Cendi baru menyadari kehadirannya saat ini. Mungkin karna dirinya terlalu fokus pada Felica dan Lucia.

               Ayatha. Sudah lama tak melihatnya. Selama beberapa bulan ini Ayatha pergi untuk menuntut ilmu ke tempat yang sangat jauh,ntah dimana.

"Hai kak, masi ingat aku nggak? "ujar Ayatha seraya tersenyum ramah.

"Masih dong. Masak adik yang imut gini ga ingat"ucap Cendi.

"Mulai dah"Felica menghela nafas.

FELIFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang