"Ingat semuanya,besok kita ujian. Bagi yang laki-laki rambutnya panjang harap dipotong. Bapak harap semuanya dapat nilai terbaik dalam ujian nanti"ujar pak Nuril.
"Amiiinn"seru seluruh murid dikelas itu.
"Dan Lucia jangan main-main lagi sama saklar lampu. Kamu liat sendiri kan lampu kelas kita udah konslet"
"Iya pak..." ujar Lucia terkekeh pelan.
"Dia itu memang konslet pak,makanya lampu kelas kita ikutan konslet"ujar Revo secara tiba-tiba. Seluruh anak kelas itu tertawa karna perkataannya.
"Iya gue emang konslet. Jadi ati-ati aja lo ama gue"ujar Lucia tak mau kalah.
"Sudah-sudah,jangan ribut. Sekarang kalian boleh pulang"
"Yeeee!!!"seru seluruh murid di kelas. Para murid pun berhamburan keluar kelas dan memenuhi seluruh lorong.Sementara itu Felica,Cendi,Lucia dan Aldo sedang bersih-bersih kelas. Hari ini adalah giliran mereka yang membersihkan kelas. Semua tampak berjalan dengan baik. Semua tampak berjalan dengan baik. Sebagai ketua kelas yang baik, Aldo bekerja dengan sangat gigihnya. Cendi dan Felica bekerja dengan santai, dan Lucia bekerja dengan asal-asalan. Yang ada di fikiran Lucia sekarang adalah pergi dari tempat ini secepat mungkin. Mengingat kejadian tadi malam membuatnya jengkel seketika.
"Jadi sekatang lo punya asisten baru hah, Pelika ka?!"ujar Lucia dengan nada yang menjengkelkan
"Makhsud lo apa ya Lu ci a?"
tanya Felica.
"Alah,pakek sok-sok an gak ngerti segala. Itu si Cendi lo jadiin bidak kan?!"
"Lo kalau ngomong tu dipikir dulu napa? Oh ya, gimana kasus lo semalan? Gue kasian ama lo , ngakunya detektif hebat tapi penjahat kayak gitu aja gak bisa lo tangkep. Emang ya kalau detektif swasta itu bermulut besar" Lucia yang mendapat kata-kata pedas dari mulut Felica langsung emosi dan melempar sapu yang ia pegang.
"Jaga mulut lo itu! Lo fikir gampang jadi detektif hah?! Dan lo ingat satu hal,gue bukan detektif swasta. Camkan itu"
"Terserah,takkan ada asap jika tak ada api"balas Felica dengan santai.Karna terlanjur emosi Lucia tidak lagi perduli dengan tugasnya membersihkan kelas. Ia mengambil tas nya dan pergi begitu saja. Aldo yang melihat pekerjaan Lucia belum selesai langsung memanggilnya. Tapi panggilan itu diabaikan saja oleh Lucia. Melihat itu Cendi sudah tau,pasti semua ini karna Felica.
~~~///~~~
"Cendi,kita makan dimana?" tanya Felica . Dirinya dan Cendi sedang berdiri ditepi jalan,menunggu lampu lalu lintas berubah warna. Suaranya terdengar tidak jelas karena hidung dan mulutnya dibenamkan dibalik syal tebal yang melilit lehernya. Angin sore ini memang lebih dingin dari pada hari-hari sebelumnya.
"Kita makan ditempat biasa aja" balas Cendi sambil tersenyum.
"Tapi lo yang traktir gue ya! Kan lo yang ngajak"tambahnya lagi.
"Mmnnn.... Baiklah, lain kali lo bayar sendiri aja"Lampu lalu lintas berubah warna damereka menyeberang jalan dengan cepat,lega karena setidaknya mereka kembali bergerak. Sesampainya diseberang jalan tiba-tiba langkahnya terhenti. Matanya menatap sosok seorang wanita. Wanita itu tidak terlihat asing lagi baginya.
Wanita itu duduk disalah satu kafe yang berderet disepanjang jalan. Ia menempati meja untuk berdua tepat disudut dan disamping jendela kaca besar. Wanita itu tidak sendirian,wanita itu sedang berbincang-bincang dengan seorang pria.
Cendi yang menyadari kalau Felica tidak ada disampinnya langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
"Felica,kenapa berenti? Ayo!"
"Cendi,sini dulu. Kita makan disana aja"seraya menunjuk ke kafe yang ada didepanya.
"Kenapa? Ooo.... disana ada Meila ama Rizky. Apa lo ingin jail lagi ama mereka?"
"Sekali-sekali nggak apa kan? Ayo kita masuk,disini mulai dingin"ujar Felica. Kemudian mereka memasuki kafe itu dan duduk dimeja 07, dimana meja itu berada disamping meja 08. Meja tempat Meila dan Rizky duduk."Meila,kalau kamu udah tamat nanti mau jadi apa?"tanya Rizky sambil tersenyum.
"Mmnnn....jadi apa ya? Aku ingin jadi perawar,kalau kamu mau jadi apa?"
"Aku ingin jadi dokter. Jadi kita bisa kerja sama-sama. Pergi dan pulang bersama, semuanya bersama"
"Serius kamu? Tapi sebelumnya kamu bilang mau jadi tentara?"
"Itu kan dulu, sekarang-"belum sempat Rizky menyelesaikan kalimatnya,Felica tiba-tiba memotong pembicaraannya. "Iyap iyap iyaap...seakan dunia ini hanya milik mereka berdua saja. Lalu kita ini dianggap apa?"
"Ntahlah. Mungkin obat nyamuk""Eh ada kak Felica ama kak Cendi. Udah lama disininya? Gue gak nyadar kalo kalian ada disitu" ujar Meila.
"Gimana mau nyadar? Tapi yasudah lah, gak penting lagi"
"Tapi kok tumben ya kalian makan diluar. Apalagi tu kak Felica kan paling males keluar rumah"
"Felicanya bosan dirumah terus,katanya dia perlu refresing dulu"ujar Cendi.
"Wah,gaya-gayaan segala lo Felica pake acara refresing-refresing segala"ujar Risky dengan nada ejekan.
"Terserah gue dong! Duit duit gue,kenapa lo yang sewot" Felica mulai emosi, kemudian dia memasang wajah datar. "Pelayan!!"seru Felica.~~~///~~~
"Udah kenyang kan Cendi?"tanya Felica.
"Ya,udah. Sekarang kita pulang yuk! Kita tunda dulu ke rumah Fadlah nya. Nanti flu lo tambah parah,gue juga yang repot"
"Kalau gak mau ngurusin pergi aja sana"
"Gak-gak,becanda doang kok. Jangan marah"ujar Cendi sambil tersenyum.
Saat ini mereka sedang berjalan menuju kediaman Fadlah yang merupakan teman sekelas mereka. Sudah dua hari ini Fadlah tidak masuk sekolah karena sakit. Jadi mereka menjenguknya sambil membawa buah tangan dan lainnya. Ditengah perjalanan tampak kerumunan orang yang berdiri didepan sebuah rumah besar yang dipagari dengan garis polisi. Karna penasaran Felica pun bertanya pada salah seorang disana.
"Permisi pak,disana ada apa ya? Kok rame sekali"
"Ooo... dirumah itu. Tadi malam ada pembunuhan disana"ujar sang bapak.
"Pembunuhan? Siapa?"gumam Felica.
Bagaimana ceritanya?
Jangan lupa vote dan comment nya ya!Terimakasih telah membaca^v^

KAMU SEDANG MEMBACA
FELIFAN
Fiksi Remaja"Ternyata orang yang aku sukai selama ini adalah adik kandungku sendiri?! "