Pleum ❤ Chimon

703 49 3
                                    

Keadaan memang selalu tak memihak kepadanya. Mungkin memang sudah takdir yang digariskan oleh Tuhan seperti ini.  Chimon merasa ia tak pernah diinginkan.  Tak seorangpun mengharapkan kehadirannya. Padahal yang Chimon butuhkan hanya satu orang. Hanya Pleum yang Chimon harap mau mengakui eksistensinya. Tetapi harapanya itu sirna saat mata nya melihat kejadian didepannya.

Disana, ditengah lapangan basket tempat biasa Pleum menghabiskan waktu bermain basket bersama Chimon,  seorang gadis cantik mencium bibir Pleum. 

Melihat hal itu hati Chimon rasanya hancur. Pleum orang yang ia sayangi lebih dari sekedar teman,  berciuman dengan orang lain.
Chimon tau siapa gadis itu. Dia adalah Aim.  Presidenclass 12 yang sangat populer.  Selain cantik dan pintar,  dia juga dikenal sangat pemberani.

Harapan Chimon pupus sudah.  Ia tak akan mungkin bisa bersaing dengan gadis sesempurna Aim. Yang bisa dilakukan Chimon hanyalah pergi menjauh dari tempat itu.  Tadinya ia janjian dengan Pleum akan bermain basket sepulang sekolah.  Tanpa Chimon sadari,  gadis yang mencium Pleum tersenyum puas.

"Apa yang kau lakukan" Ucap Pleum setelah bibir mereka menjauh.

"Mencium mu,  apalagi? " Sahut Aim.

"Tapi kenapa?  Kau bilang kau tidak menyukaiku? "

"Memang tidak.  Aku hanya ingin mencium mu saja. "

"Apa maksudmu. "

"Bukan apa apa. Lupakan saja. " Aim berniat pergi dari sana.  Tak ada niat sedikitpun menjelaskan kepada Pleum apa yang dilakukannya barusan. Pleum binggung kenapa Aim tiba tiba menciumnya. Padahal beberapa waktu yang lalu saat Pleum mengutarakan perasaanya pada Aim, jelas sekali Aim menolaknya. Dia bilang telah ada seseorang yang ia sukai. Jadi ciuman barusan itu apa.  Masih dalam kebingungan nya suara ponsel mengalihkan pikirannya.
Ternyata Chimon yang menghubunginya. Dia memberitahu jika hari ini tidak bisa bermain basket bersama karena ada tugas yang harus diselesaikannya. Pleum pun memutuskan untuk pulang kerumahnya.

Hari berganti,  Pleum merasa ada yang aneh pada temannya.  Sepertinya Chimon sedang menjauhinya. Beberapa hari ini setiap Pleum mengajak Chimon untuk sekedar makan bersama dikantin, Chimon selalu beralasan sedang banyak tugas. Karena sudah tidak tahan dengan sikap Chimon,  Pleum pun memutuskan untuk mendatangi kelas Chimon dan akan menanyainya apa yang salah dengan dirinya.

"Dimana Chimon" Tanya Pleum pada teman sekelas Chimon.

"Di perpustakaan. "

Tak mau membuang waktu,  Pleum pun melangkah menuju perpustakaan.  Ia mencari Chimon di setiap sudut. Akhirnya ia menemukannya. Chimon tengah terlelap dengna  earphone terpasang di telinganya.  Perlahan Pleum menghampiri Chimon. Sesaat Pleum memandang wajah Chimon yang tampak kusut. Pleum menarik satu earphone dan memasangnya di telinganya. Pleum juga ikut meletakan kepalanya diatas meja berhadapan dengan wajah Chimon.

"Apa yang kau lakukan" Chimon membuka matanya karena seseorang memggaggunya. Saat tau itu Pleum,  Chimon membiarkan saja.

"Mendatangi mu.  Kau seperti sedang menjauhiku. "

"Aku tidak. "

"Lalu kenapa tidak mengiyakan ajakan ku"

"Aku... " Chimon tak tau harus beralasan apa lagi.  Sepertinya Pleum juga sudah mencurigainya.

"Apa aku melakukan kesalahan. " Tanya Pleum.

"Kenpa berfikir begitu? " Chimon balik bertanya.

"Rasanya kamu berbeda." Ucap Pleum sendu.

"Aku merindukan mu" Kata Pleum lagi sambil memandang dalam mata Chimon.

Chimon mengalihkan pandangannya,  ia tak sanggup berlama lama memandang mata Pleum.

"Kita bertemu setiap hari. "

"Tetapi kita jarang menghabiskan waktu bersama. "

"Bukankah kau sudah punya seseorang yang bisa kau ajak menghabiskan waktu bersama mu. "
Chimon berusaha setenang mungkin.  Ia tak ingin Pleum menganggapnya yang bukan bukan.

"Siapa?  Aku tak punya orang lain selain kamu. " Balas Pleum.

"Aim misalnya. "

Pleum mengangkat kepalanya.  Ia mencerna apa yang barusan di katakan oleh Chimon .

"Kau tau soal Aim"  Padahal Pleum belum memberi tau Chimon jika dia menyukai Aim.

"Bukankah sudah jelas terlihat dari sikap mu. " Jawab Chimon.

"Yahh,,  tapi Aim menolak ku. "

"Tapi kalian kan ci... " Chimon tidak jadi melanjutkan ucapanya.  Hatinya sedikit senang dengan fakta yang ia dengar.  Jika Aim menolaknya berarti mereka berdua tidak pacaran.  Tetapi mengapa waktu itu Aim mencium Pleum jika mereka bukan pasangan.

"Ci apa? "

"Ahh..  Itu bukan apa apa. "

"Aim bilang dia memiliki seseorang yang disukainya makanya aku ditolak. " Ucap Pleum lesu.

"Kamu tidak terlihat patah hati. "
Pleum memang terlihat sedih sesekali,  tetapi saat mereka bersama Pleum akan melupakan kesedihanya.  Sepertinya Aim tidak se berpengaruh itu pada hati Pleum.

"Itu karena ada kamu. " Ucap Pleum lirih.

Sudut bibir Chimon terangkat membentuk senyuman.  Begini saja ia sudah bahagia.  Tak harus mengatakan jika Chimon menyukai Pleum,  karena bagi Chimon sikap Pleum yang memprioritaskan dirinya saja sudah cukup.  Chimon tak akan meminta hal yang lain.  Yang Chimon minta hanya satu.  Biarkan ia dan Pleum terus dekat seperti ini selamanya. Entah apapun hubungan diantara mereka itu bukan hal penting lagi.  Selama ikatan hati Chimon dan Pleum saling menyatu itu sudah cukup.

Tangan Chimon bergerak menggenggam tangan Pleum yang berada dia meja.

"Aku juga merasa bahagia karena ada kamu disampingku. " Pleum ikut tersenyum melihat senyum tulus sahabatnya.

Yah begini saja cukup untuk mereka. Mereka tak ingin serakah.  Selama masih saling memiliki semua akan baik baik saja.

Cinta itu tidak harus sepasang kekasih,  tetapi bisa juga sahabat,  teman,  dan saudara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta itu tidak harus sepasang kekasih,  tetapi bisa juga sahabat,  teman,  dan saudara.  Jika Pleum segalanya untuk Chimon,  maka cinta itu bukan tentang sebuah hubungan.

The end

Kumpulan oneshot our sky [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang