Chapter 1

32 8 0
                                    

"Kamu tega Gi sama aku, kamu tega." ucap seorang gadis dengan deraian air mata akibat lelaki di hadapannya mengatakan sesuatu hal yang membuat hatinya hancur berkeping - keping.

"Maafin aku Mai, aku sayang sama dia mungkin emang ini keputusan yang cocok untuk kita menyudahi hubungan ini." ucap lelaki tadi yang berhadapan langsung dengan gadis yang di panggil Mai tadi.

"Hubungan kita sudah 1 tahun Gi dan kamu mau ngelepas hubungan ini begitu saja?" tanya gadis yang di panggil Mai tadi. Sedangkan sang lelaki hanya menundukkan kepala dan mengangguk menjawab pertanyaan mantan gadisnya.

"Brengsek kamu Gi." sang gadis langsung berlari meninggalkan lelaki tadi.

Gadis yang tadi menangis setelah hubungannya di putuskan secara sepihak dengan lelaki yang di panggil Gi tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis yang tadi menangis setelah hubungannya di putuskan secara sepihak dengan lelaki yang di panggil Gi tadi. Kini sedang meringkuk di atas tempat tidur dan menutupi seluruh tubuhnya. Tujuannya agar tangisannya tidak terdengar oleh orang lain

Gi? Lelaki tampan dengan hidung mancung, bibir warna pink alami, mata yang berwarna hitam legam, dan rambutnya yang berwarna dark brown tak lupa senyuman manis yang membuat semua gadis berteriak histeris melihatnya.

Gio telah menjalin hubungan dengan kekas--mantan kekasihnya yang bernama Amaira Queena sejak lama. Semua berjalan dengan baik layaknya kisah kasih yang sulit dipisahkan. Tetapi, suatu hari Gio menyukai seorang gadis yang berbeda kelas dengan Gio. Awal Gio menyukai gadis itu karena Gio yang iseng mengajak kenalan.

Kebersamaan Gio dengan gadis beda kelas dengan Gio tadi menumbuhkan benih benih cinta di hati Gio. Hingga akhirnya Gio memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Amaira.

"Kamu jahat Gi mutusin aku." tangis Amaira.

"Kamu tega! Aarrgghh." erang gadis ini dengan luka pilu yang masih membekas di hatinya.

Tok tok. . .

Suara ketukan pintu dari kamar Amaira membuatnya menghentikan tangisan.

Seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu yang dibukanya tadi. Amaira mengintip dari cela selimut yang Ia buka sedikit saat melihat kedatangan sang mama sontak Amaira langsung mengusap air mata yang membekas di pipinya tadi.

"Kamu nangis? Kenapa?" tanya mama Amaira--mama Andin--sembari duduk di tepi ranjang dan mengusap kepala anak tunggalnya itu.

"Gapapa kok ma" jawab Amaira dengan senyum terpaksa.

"Ada masalah sama Gio?" ucapan mama Andin langsung membuat Amaira menatap mamanya.

Tak menunggu lama Amaira mengangguk sebagai jawabannya.

"Masalah apa sih sampai nangis kayak gini, hmm?" tanya mama Andin lagi.

Amaira menghela nafasnya sebentar "Aku putus sama Gio ma" ucap Amaira sambil menundukkan kepalanya.

"Kalau emang jodoh kamu dia, dia gak akan kemana mana sayang, percaya sama mama." Amaira hanya membalasnya dengan menganggukkan kepalanya dan juga sebuah senyuman tipis.

"Oiya, mama ada apa kok nyamperin Amaira?" tanya Amaira yang sadar tujuan awal mamanya menemui Amaira dikamarnya.

"Oiya, mama sampai lupa mama cuma mau bilang kalau kita akan pindah ke luar kota." perkataan mamanya sontak membuat Amaira membelalakkan mata.

"APA MA PINDAH?" pekik Amaira.

"Jangan teriak - teriak sayang" peringat mamanya.

"Hehe, maaf ma kelepasan." cengir Amaira.

"Gimana kamu mau ikut pindah atau tidak?" tanya mama Andin.

"Aku pikirin dulu deh ma." ucap Amaira.

"Hm, kita pindah kapan ma?" tanya Amaira.

"Lusa sayang." jawab mama Andin.

"Jadi, besok jawaban terakhir kamu. Yaudah mama mau ke dapur dulu mau masak buat nanti malam."

Dan lagi lagi hanya di balas anggukan oleh Amaira.

"Ikut pindah gak ya?" gumam Amaira setelah kepergian mamanya.

"Tau ahh mending tidur pikir besok lagi aja deh."

Setelah mengucapkan kalimat tadi Amaira langsung beranjak tidur dan menarik selimut putih untuk menutupi tubuh mungilnya tak lupa mengganti lampu kamarnya menjadi lampu tidur.

Setelah mengucapkan kalimat tadi Amaira langsung beranjak tidur dan menarik selimut putih untuk menutupi tubuh mungilnya tak lupa mengganti lampu kamarnya menjadi lampu tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Regret | Mark Lee (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang