Chapter 3

12 5 0
                                    

Amaira sedang berada didalam kamarnya. Sepulang sekolah tadi Ia langsung mengurung diri di dalam kamar. Tidak mau bertemu siapapun untuk sekarang. Lantaran rasa sakit yang ia rasakan ketika di sekolah tadi.

"Gimana ya, pindah apa nggak ya?" gumam Amaira setelah dipertimbangkan dengan matang akhirnya Amaira menemukan keputusannya.

Amaira langsung beranjak dari ranjangnya melangkahkan kakinya menuju pintu.

Clek. . .

"Mama." panggil Amaira. "Mama di dapur sayang" sahut Mamanya.

Setelah menyampaikan keputusannya tadi ke mamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menyampaikan keputusannya tadi ke mamanya. Amaira kini berada dalam kamarnya lagi, entah apa yang membuat ia senang mengurung diri di dalam kamar hari ini.

Amaira langsung meraih ponselnya yang ia taruh diatas nakas mengotak atiknya sebentar dan langsung menempelkan di telinga kanannya.

"Hallo"

"Hallo, Ais lu bisa gak tidur di rumah gue, gue pengin habisin hari ini sama lu juga gue mau cerita sama lu?"

"Cerita apaan sih?"

"Udah deh bisa apa nggak?"

"Ck, gitu aja ngambek. Ok, 15 menit lagi gue sampai rumah lu"

tut. . .tut. . .tut. . .

Sambungan telepon terputus secara sepihak. "Semoga lu gak kaget sama apa yang gue ceritain ke lu nanti, Ais" gumam Amaira.

 "Semoga lu gak kaget sama apa yang gue ceritain ke lu nanti, Ais" gumam Amaira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lu gak cerita sebelumnya Mai?" protes Aisyah.

Ya, Aisyah sudah sampai di rumah Amaira. Tepat, 15 menit yang lalu sesuai ucapannya.

Amaira sudah menceritakan kenapa ia menyuruh Aisyah ke rumahnya. Dan, seperti itu tadi reaksi Aisyah saat Amaira selesai menceritakan kepindahannya.

"Gue juga baru putusin tadi." jawab Amaira lesu.

"Jadi, kapan lu pindah?"

"Besok."

"HAH?"

"Ish, jangan teriak bisa gak sih." ucap Amaira dengan kedua tangan mengusap usap telinga.

"Hehehe, maaf" cengir Aisyah. Sedangkan Amaira hanya mendengus sebal.

"Wait." ucap Aisyah.

Amaira hanya menatap Aisyah sambil menaikan satu alisnya seolah bertanya: ada apa?

"Gio tahu kalau lu pindah?" tanya Aisyah dan respon yang di dapat Aisyah dari Amaira hanya gelengan kepala dengan kepala menunduk.

"Biar dia tau sendiri Ais." ucap Amaira dengan nada sendu.

"Sabar ya karma masih berlaku" ucap Aisyah sedikit menghibur. Amaira hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Udah ah, gue gak mau mellow lagi mending kita tidur." ucap Amaira yang mencoba mengalihkan suasana.

"Kuy, besok gue mau nganter lu ke bandara." kata Aisyah

"Lah, kagak sekolah lu besok?" tanya Amaira membuat Aisyah menggeleng dengan cengirannya.

"Nanti lu di marahin sama Bu Winta." peringat Amaira.

"Enggak."

"Absen lu nanti jelek."

"Biarin."

"Nanti lu di marahin ortu lu"

"Gue udah ijin Amaira Queena sayang." geram Aisyah.

"Serah lu deh." Kata Amaira yang sudah pasrah karena perdebatan kecil dengan sahabatnya satu ini.

Setelah itu mereka berdua memutuskan untuk melanjutkan rencana mereka yaitu tidur yang berhenti akibat perdebatan tadi.

Setelah itu mereka berdua memutuskan untuk melanjutkan rencana mereka yaitu tidur yang berhenti akibat perdebatan tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Regret | Mark Lee (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang