BAB I, SANGKA BUKAN DIA

51 8 4
                                    

Aku hirup lagi angin yang menghembus menyampaikan salam damai, dengan mata tertutup menikmati syahdunya taman kota ini. Lalu kubuka kedua mata ini, meneliti dengan seksama, dan situasi masih saja sama, sunyi terdampar disini.

Aku lihat pijakan ini, kemudian akal ini berpendapat "Semua masih sama, tidak ada yang berubah jika dirimu tetap berdiam diri saja". Ah benar duniaku masih tetap tidak berubah, tidak seperti manusia yang berjas hitam, terus dalam kesibukan dunianya.

...

Seketika hatiku ingin mencurahkan rasa ini di media sosialku. Tanpa berpikir lama, lalu kuambil gawai di tas belakangku, aku hidupkan gawaiku ini, kemudian membuka salah satu akun media sosialku. Dan tangan ini mulai mengetik seketika.

"Kepada sepi yang menghembus, berikan ke syahduan rasa untukku, agar diriku bisa lepas dan ikhlas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kepada sepi yang menghembus, berikan ke syahduan rasa untukku, agar diriku bisa lepas dan ikhlas." catatku di linimasa.

Aku tutup lagi gawai ini. Ingatan ini kembali lagi berkelana ke masa yang sudah usai, mengingat seseorang yang sangat lekat di benak ini. Dia seseorang yang ada beriringan waktu, menemani belasan tahun.

Dan ingatanku kembali ke masa itu, dimana dia pertama berani mendekatiku.

A K U, sebuah catatan Anjani.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang