Kai dikejutkan dengan kehadiran sepupunya Krystal. Perempuan cantik itu datang dengan keadaan kacau, lebih mirip seperti orang gila, dengan rambut acak-acakkan, peluh bercucuran, dan yang lebih parahnya tanpa alas kaki.
Kai yang saat itu baru bangun tidur dan sebagian nyawannya belum terkumpul langsung sadar melihat penampilan Krystal. Kai bingung apa yang membuat sepupu cantiknya itu datang sepagi ini, dengan keadaan seperti itu.
Krystal bahkan langsung masuk begitu saja ketika Kai membuka pintu, berlari menuju kulkas mengambil sebotol minuman besar, dan langsung diteguk tanpa sisa. Ia benar-benar kehausan.
Untuk beberapa saat Kai masih diam memperhatikan Krystal yang masih mengatur nafasnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Krystal. Baju boleh bermerk dan memiliki harga puluhan juta, wajah termasuk kategori cantik di atas rata-rata, namun jika penampilan dan tingkahnya seperti ini, siapa yang mau?
"Lo kenapa?" Kai akhirnya bertanya, penasaran apa yang sebenarnya terjadi, pasalnya Krystal itu gadis yang bermasalah.
Krystal tak menjawab, perempuan itu malah menjatuhkan tubuhnya di lantai dapur dengan nafas masih belum teratur.
"Ck." Kai berdecak, ia duduk di kursi pantry sambil menatap Krystal.
Krystal kembali bangkit, membuka kulkas mengambil satu botol air. Ia perlu lebih banyak air agar rasa hausnya hilang, dan setelah itu perlu kembali berbaring untuk menghilangkan rasa lelahnya, setelah berlari tanpa henti untuk bisa sampai di apartemen Kai.
"Lo kenapa sih?" Kai kembali bertanya.
"Bentar Kai ... Ini ... Gue masih ... Cape ...." Bahkan Krystal harus mengambil nafas disetiap kalimatnya.
Kai menggeleng-gelengkan kepalanya, lebih memilih bangkit lalu pergi menuju kamarnya meninggalkan Krystal yang sekarang sudah kembali tergeletak di lantai dapur.
***
Kai bahkan sudah tidur beberapa jam dan sekarang sudah mandi, namun Krystal masih meringkuk di lantai dapur, membuat Kai bingung sendiri harus bagaimana menghadapi Krystal yang mendadak aneh seperti ini.
Krystal sebenarnya termasuk jarang mengunjungi apartemen Kai, ia hanya akan datang sesekali ketika Kai tengah di rumah, dan biasanya, walaupun berkunjung, pasti dengan penampilan yang normal, berkelas, tidak seperti ini.
"Krystal, lo kenapa sih?!" Kai berteriak, membuat Krystal mendudukkan dirinya.
Namun Krystal tak langsung menjawab, perempuan itu seperti menimang-nimang sesuatu.
"Krystal!"
"Kalo gue cerita, lo mau bantuin gue gak?" Tanya Krystal.
Kai mengerutkan alisnya, sudah dapat diduga, pasti sepupunya itu mendapat masalah.
"Kok lo malah kaya gitu?"
"Ya kalo lo mau denger aja ceritanya." Krystal bersikap tak peduli, berharap Kai semakin penasaran, dan berujung menyetujui tawarannya.
"Gak penting juga sih buat gue." Kai mengangkat kedua bahunya, mengambil selembar roti di atas meja, lalu di santap dengan santai sambil memainkan ponselnya.
Krystal kesal, namun siapa lagi yang harus ia mintai pertolongan jika bukan Kai, hanya sepupunya itu yang bisa membantunya.
"Please, Kai." Krystal duduk di sebelah Kai, memegang tangan sepupunya itu, membuat wajah semelas mungkin untuk mendapat belas kasihan.
Kai berdecak, ia menyimpan ponselnya di atas meja, lalu menatap Krystal.
"Apa dulu?" Tanya Kai.
Krystal menggigit bibir bawahnya, sebenarnya sedikit takut untuk menceritakan semuanya kepada Kai, namun harus bagaimana lagi, akan lebih menakutkan jika ia bercerita kepada kedua orang tuanya, atau kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Symfonía
General Fiction"Kai please ...." "Gue bantuin lo, tapi lo nikah sama gue." "Lo gila?" "Gue waras."