Heyo welkombek dengan saia ya gan! Pokoknya jangan lupa klik tombol ⭐ komen, subkrep, dan share
Typo🐒
"Dika Dikaaa! cepetan bawa mobilnya ish!!" Ujar Iren dengan berteriak teriak didalam honda jazz milik cewek itu.
Dika yang merasa dirinya ditekan dan tertekan hanya bisa pasrah. Ribet satu kata yang pas jika sudah berhadapan dengan Iren.
"DIKA JANGAN KEKENCENG-KENCENG! PANJUL MATA LO DIMANA?! TUHH ADA KUCING!!" sentaknya lagi membuat Dika kewalahan menghadapinya. "Pokoknya gak mau mobil gue sampe nabrak tuh kucing. Harus disuciin make kembang, harus selametan juga. Sukur aja gak ngitung bulunya!" Lanjutnya ngegas. Lagi lagi Dika hanya menghela napasnya pasrah.
"Dika, lo kalo tidur jangan merem makanya. Biar gak kesiangan!" Lagi lagi lagi, suara Iren membuatnya pusing setengah mampus. Kritik sana kritik sini.
"Maksud lo melek gitu?" Tanyanya dengan menoleh ringan ke arah Iren disebelah. Iren mengangguk mantap mengiyakan.
"MELEK MATAMU, LO KIRA GUE IBLIS DARI ASTAROTH YANG KALO PUNYA KAMAR CUMA BUAT ENA??!!" jawabnya ngegas mengikuti gaya bicara Iren.
"Amjink lo, nyembur semua. Bau sayur lodeh lagi." Komentar Iren dengan kejamnya.
Setelah berdebat cukup lama akhirnya keduanya tiba disekolah. SMA Rasi Bintang yang membanggakan dengan prestasi dari murid muridnya yang cemerlang. Tetapi tidak jika ada manusia jenis Pithecanthropus seperti Iren dan Dika.
"LIAT NOH TULUL, GERBANGNYA DI KUNCI. LO SIH LEMOT KAYA BEBEK ANGREM!!"selalu selalu saja Dika yang salah. Biarkan asal Iren senang. "PAK TEJO!! BUKA DONG GERBANGNYA!!" teriak Iren lagi, Dika disampingnya langsung menutup telinganya dengan melantunkan sholawat serta salam.
"Lama Dik, manjat aja skuyy!" Ujar Iren. Dika mengangguk. Sebelum melakukan aksi manjat-memanjat itu mereka membuang, ralat melempar tas terlebih dahulu ke seberang gerbang.
Lalu keduanya memanjat dengan santai gerbang setinggi tiga meter itu dengan ujung yang meruncing. Membayangkan tersogok saja sudah membuat meringis apalagi jika menjadi nyata, ini bukan mimpi oke. Ketika murid lain akan menerobos masuk melewati pagar belakang jika telat atau tembok belakang di samping kandang kambing tetangga. Dika dan Iren akan nekat memanjat di depan. Sebelumnya mereka sudah memarkir mobil di depan Cafe Sagittarius jika kalian ingin tahu.
Saat sebelah kaki sudah ada di seberang gerbang sebuah suara menggelegar dari guru panutanku menginterupsi dengan galaknya.
"BERHENTI DI SITU KALIAN BERDUA!!" teriak guru itu murka. Wajahnya pias merah padam seperti terbakar kompor dengan gas ukuran 12 kg.
Bu Gendis berdiri mendongak menatap anak muridnya masih dengan sabar-sesabarnya. Kedua bocah beda kelamin itu nyengir di atas sana.
"YA ALLAH, ASTAGHFIRULLAH, SUBHANALLAH, ALLOHUAKBAR, ALLAH MAHA BESAR. KUATKAN HAMBA DAN BERILAH HAMBA REZEKI YANG HALAL!!" Ujar bu Gendis dengan wajah tertunduk lelah.
"TURUN KALIAN, DIPIKIR SEKOLAH INI AJANG PANJAT PINANG APA??!!!" teriak Bu Gendis lagi membuat Iren dan Dika memejamkan mata rapat.
"Bu, tapi nanggung, bentar lagi nyampe." Jawab Dika dengan nada memelasnya. Tetapi guru killer itu tidak peduli.
"Buka pak!" Perintahnya setelah melihat Pak Tejo berlari tergesa dari ujung timur hingga ke ujung barat.
"LOH, LOH IBU!! KOK DI BUKA BU!" terriak Iren panik di atas sana, kebingungan karena gerbang berguncang-guncang hebat sedangkan kakinya sudah tremor parah. Setibanya dari atas gerbang pasti kakinya akan lemas seperti tak bertulang. Semoga masih sampai kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagittarius
Teen Fiction_______________________________________________________ "Masya allah! Perasaan salah mulu dah gue!" - Radika bebas. "Lo emang bakal selalu salah! Sampai Al Jabar berubah jadi Al Ghazali pun, lo bakal tetep salah!" - Shiren never surender ___________...