6.Rain

49 24 0
                                    

Sore yang tadinya cerah telah berganti agak gelap.
Hiruma mengetuk pintu besar itu.

"Tadaima..." serunya.
Terdengar sahutan samar dari dalam rumah.
Pintu besar itu terbuka walau tidak sepenuhnya menampilkan seorang gadis yang sangat cantik. Yizrel meremas tali tasnya pelan. Ia gugup sekali.
Ia belum pernah bertamu ke rumah sebesar ini.
Gadis itu memperhatikan Yizrel.
"Ne, Hiru-kun, siapa dia?" Tanya gadis itu.
"Dia teman satu kelasku, Yizrel. Dia kurang pintar bahasa Inggris, jadi aku akan memberinya less setiap sabtu malam" jawab Hiruma.
Gadis itu mengangguk kecil.
"Kenapa hanya dia? Apa hanya dia yang kesulitan bahasa inggris?" tanya gadis itu. Hiruma menggeleng kecil tapi tidak menjawab.

"Masuklah Yizrel-chan, aku Sun-Jin, kakak Hiruma" ujar gadis itu.
"I-iya kak Sun-Jin..Te-terimakasih.." sahut Yizrel takut. Sun-Jin melebarkan pintu itu lalu lebih dahulu masuk.

"Ayo," ujar Hiruma. Yizrel menelan salivanya kelu. Sebenarnya se-kaya apa keluarga Hiruma ini? Dan kak Sun-Jin itu...Walau dia baik dia tampak agak menyeramkan. Cara bicaranya agak dingin dan kaku.

Yizrel terbelalak melihat ruang tamu yang sangat luas itu. Sofa yang tampak megah tersusun rapi di sana. Ada bunga tulip hiasan di dalam vas di atas mejanya. Banyak foto dan juga hiasan di dinding. Tampak sangat berseni dan highclass.

"Ayo kita ke ruangan ku saja." sahut Hiruma. Sun-Jin sudah tidak tampak lagi.

"Kenapa harus di ruangan Leader?" Tanya Yizrel kaku.

"Karna kalau belajar di sini, orang rumah mungkin tertanggu, otousama juga sebentar lagi pulang, jadi lebih baik di sana saja" jawab Hiruma lalu melangkah lebih dulu. Yizrel langsung mengekor, takut bertemu sang tuan rumah alias ayahnya Hiruma.
Maksudnya, bisa-bisa ayahnya salah paham nanti.

Yizrel mengikuti Hiruma melewati ruang tamu dan ruang berkumpul.
Kini di depan mereka terdapat sebuah pintu kayu besar namun antik.
Hiruma membuka pintu itu menghasilkan suara decit kecil.

Dengan langkah ringan Yizrel mengikuti Hiruma yang berjalan di depannya.

Ternyata mereka sedang melewati sebuah koridor mirip lorong yang agak panjang. Di sisi kanan kirinya ada tembok tinggi.
Yizrel berpikir, di balik tembok kiri itu pasti adalah bagian halaman samping rumah.
Akhirnya mereka sampai di pintu itu. Hiruma mengambil kunci dari kantungnya lalu membuka pintu.

Cklek..

Yizrel lagi-lagi terbelalak saat melihat isi ruangan itu.
Ruangan itu tampak seperti kamar yang sangat luas. Hebatnya, banyak tembok kaca yang menjadi pemisah antar ruangan. Jadi sebagian besar ruangan tampak samar-samar karna kaca buram yang sangat tebal itu.

"Kemari." Panggil Hiruma.

Yizrel menelan salivanya susah, dibandingkan Hiruma, dia seperti apa ya?

Yizrel duduk di kursi coklat yang berseberangan dengan Hiruma. Mereka hanya dipisahkan oleh meja kecil sebagai tempat belajar itu.

"jadi begini, kau harus mengikuti tiga aturanku, satu mendengar, dua menulis, tiga mengerti..Ok?" Mulai Hiruma.
Yizrel mengangguk. "Harus bisa,harus bisa, harus bisa.." Batinnya.
"Ok, kita mulai dengan subjeck..Jadi--...."

***

Langit sudah lama gelap, tapi kini tampak lebih suram. Angin kecil mulai berhembus meniup daun pohon cherry di depan rumah Hiruma.
Suara guntur terdengar samar-samar, tidak mengejutkan sama sekali.
Seekor katak hijau melompat ke balik dedaunan sambil mengeluarkan bunyi menjengkelkan.

Jam dinding antik itu menunjukkan pukul 20:36.
Hiruma masih asik mengajar Yizrel yang sangat kesulitan. Sesekali ia mengulang apa yang ia jelaskan sebelumnya karena melihat ekspresi bingung Yizrel.

"Hmm...Baiklah..Kau sudah cukup baik dalam memahaminya.." Ucap Hiruma lalu meletakkan buku yang ia pegang.
Yizrel berbinar. Apa ia akan pintar bahasa Inggris?

"Terimakasih banyak Leader, mungkin sebaiknya aku pulang sekarang.." Ucap Yizrel. Hiruma mengangguk lalu berdiri.

Tes..Tes..Tes..
Hiruma dan Yizrel saling pandang sesaat sebelum Yizrel buru-buru melihat ke arah lain.

"Hujan?" Gumam Hiruma lalu melangkah ke arah jendela.
Hiruma menyingkap gorden lalu memperhatikan keluar.
Hujan diluar tampak cukup deras membasahi taman samping rumah.
Yizrel turut mendekat lalu memandang ke luar.
"Hujan,..Leader, kalau begini bagaimana aku pulang?" Tanya Yizrel khawatir. Soalnya ini sudah malam.

Hiruma mengerutkan keningnya berpikir.
"Kebetulan mobilku masih di bengkel, Otousama belum pulang, kalau tidak aku bisa meminjam mobil Otousama.." gumam Hiruma.

Zrassss.....Suara hujan semakin keras menandakan hujan malam itu semakin deras.
Hiruma menarik nafas pelan lalu menghembuskannya pelan.

"Kita tunggu Otousama saja, sementara itu mungkin sebaiknya kita makan dulu" Ujar Hiruma.
Yizrel berfikir sebentar lalu mengangguk.

***
Gadis cantik itu memperhatikan hujan dari jendela kamarnya yang terletak di lantai 2.
Sun-Jin tersenyum kecil lalu duduk di kursi dekat jendelanya.

Tampak beberapa mainan kecil yang terbuat dari kayu di mejanya.
Beberapa sudah tampak sedikit tua.
Kamarnya pun di dominasi warna coklat kayu yang sederhana.
Banyak benda-benda dari kayu yang menjadi aksesori kamarnya, salah satunya adalah meja yang kini sedang ia gunakan.

Sun-jin menggumamkan lagu yang entah berjudul apa. Namun sepertinya ia sangat menyukainya. Sesekali ia membenarkan posisi mainan-mainan kayu itu.

Kilat sesekali memberi cahaya terang di kamarnya.
Lampu kamarnya agak redup. Ia memang sengaja meminta lampu yang seperti itu.

Sangat berbeda dengan kamar Hiruma tentunya.

Sun-Jin memutar-mutar boneka kayu di jemarinya lalu kembali menoleh pada hujan.
Sangat deras ternyata.
"Bagaimana gadis itu bisa pulang kalau hujannya sederas ini, bisa-bisa terjadi hal buruk, ya." Gumamnya prihatin lalu kembali menyanyi-nyanyi pelan.
Sun-Jin mengingat-ingat wajah Yizrel lalu terdiam.
"Semuanya akan baik-baik saja.." Ucapnya lalu meletakkan bonekanya.

***
Banyak hal berbeda yang dilakukan seseorang saat hujan malam ini. Ada yang  tidur, ada yang makan, ada yang berlarian di luar sana berusaha mencari tempat berteduh.

Tapi rasa dinginnya saja yang sama. Sangat menusuk sampai tulang.

"Kapan hujan ini akan behenti.." gumam Yizrel lalu menoleh pada jam dinding.

"Otousama akan pulang 5 menit lagi, jadi kita pakai mobilnya saja." ujar Hiruna.

Yizrel mengangguk.

"Oh iya, kak Sun-Jin dimana leader?" tanya Yizrel sekedar basa-basi.
Hiruma terdiam.
Kakaknya itu pasti sedang terdiam di kamarnya sambil melakukan hal-hal membosankan seperti bermain boneka kayu atau semacamnya.
"Mungkin Neesan sudah tidur. "

*******************

Hi, readers 。^‿^。
Makasih udah baca ya..Jangan lupa vote sama komen ya...
Maaf kalo ada typo..
Tunggu next part nya ya...
( ^∇^)

The Great Leader (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang