Hiruma berdiri di atas motor merahnya sambil memperhatikan sekitar. Ia hanya begitu sampai beberapa saat.
"Ah. Aku ini dimana?" Gumamnya lalu turun dari sepeda motornya itu. Ia melirik ke sana kemari.
"Tidak ada nama tempat ini dimana-mana. Tanya orang saja kali ya?" Ujarnya dalam hati.
"Hei pak tua.." panggilnya pada seorang tua yang sedang mengangkat karung lusuh. Bebannya tampak cukup berat.
Ia menatap Hiruma tajam lalu menurunkan beban itu dari punggungnya."Ada apa anak kecil? Baru kali ini aku melihat mu. Siapa kau?" Ucapnya sambil memicingkan mata sipitnya yg agak cekung.
"Aku hanya seorang pelajar. Tadi aku sedang berkendara untuk sekedar cari angin, tapi aku tersesat dan sampai kemari. Oh iya, nama tempat ini apa pak?" Pungkas Hiruma.
Pak Tua itu mendengus.
"Ini hanya tempat pembuangan. Harusnya seorang pelajar sepertimu tidak ada di sini. Pulanglah. Tanya orang-orang sebelah sana jalan pintas ke kota." Sahut pak tua sambil meraih karungnya berniat pergi.
"Terimakasih pak." Lirih Hiruma.
Hiruma buru-buru membantu pak tua itu mengangkat karungnya. Si pak tua melengos.
"Tidak masalah. Hati-hati pulangmu. Di sekitar ujung jalan ini rawan pembegalan. Cih, namanya juga orang-orang gila. Apa yg mereka dapat dari orang-orang tidak berguna seperti kami?" Sungutnya lalu melangkah pergi.
Hiruma memandangi kepergian pak tua itu.
"Ini memang tampak seperti tempat pembuangan sih. Orang-orangnya tidak begitu banyak. Bahkan hanya beberapa. Apa mereka nyaman dengan tumpukan sampah di sana ya?" Batin Hiruma.
Hiruma segera menaiki motornya dan memutarnya ke arah beberapa orang yang sedang berkumpul yang ditunjuk pak tua tadi.
Setelah menanyakan jalan ia segera melajukan motornya ke arah yang dijelaskan oleh orang-orang tersebut. Untungnya orang-orang itu lebih ramah dari pak tua tadi.
Hiruma merasakan ponselnya berdering dan bergetar dari saku celananya. Ia tidak menghiraukannya. Nanti saja.
Beberapa lama akhirnya ia melihat jalan beraspal bagus.
"Ah sudah di kota ternyata. Aku ingat tempat ini." Batin Hiruma.
"Mungkin aku akan minum kopi saja sebentar. Kerongkonganku terasa kering sekali." Gumamnya lalu mencari kafe terdekat.
Sebuah cafe menarik perhatiannya dan membuatnya memarkir motornya di parkirannya yang cukup luas itu.Klingg..
Suara bell berdenting saat Hiruma mendorong pintu kaca cafe itu."Selamat datang di Evening Cafe. Silahkan pak. Maaf, apa bapak sudah reservasi atau belum?" Sapa seorang Waiter yang dekat dengan pintu masuk.
"Tidak. Saya tidak reservasi." Jawab Hiruma singkat.
"Oh baik pak. Kalau begitu silahkan pak, bapak suka meja yang mana?" Tanya Waiter itu ramah sembari tersenyum.
"Yang mana saja yang belum direservasi." Ujar Hiruma.
"Baik pak. Silahlan..sebelah sini." Sambut Waiter itu lalu berjalan mendahului Hiruma.
Dengan sopan sang waiter menarikkan kursi untuk Hiruma.
"Silahkan pak." Sang waiter menyodorkan buku menu berwarna hitam elegan pada Hiruma.
"Ah tidak perlu. Saya pesan Ethiophian Harrar Coffie saja." Ucap Hiruma cepat.
"Pesanan bapak akan datang dalam lima menit. Permisi pak." Ucap sang waiter lalu undur diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Leader (Hiatus)
Novela JuvenilSeorang Keturunan korea dan jepang yang menyebut dirinya sempurna. Hiruma. Sebenarnya nama aslinya adalah Lee Hyun Min Tapi ia selalu dipanggil Hiruma. Hiruma merupakan seorang siswa pindahan yang karena ketampanannya, dia diangkat sebagai ketua kel...