15

1.8K 240 15
                                    

Setelah memilih dan memesan makanan, kami duduk di kursi makan salah satu meja foodcourt yang tersedia.

Mejanya berbentuk persegi, berkapasitas empat orang. Aku duduk bersebelahan dengan Lulu. Sementara Citra, duduk berseberangan dengan pacarku.

"Mas," Citra mulai bersuara.

Aku menggeleng. "Nanti aja ngomongnya. Biar makanannya datang dulu, terus disantap...." Aku merangkul Lulu. "Cewekku udah kelaperan dari tadi. Dia dari pagi ada kegiatan di kampusnya. Belum lunch," ungkapku dengan dingin.

Mata Citra kini menatap Lulu. "Loh, kamu pacarnya Mas Esa, toh?"

Lulu mengangguk sambil tersenyum.

"Laaah sorry. Kupikir karyawannya di petshop, atau stafnya di kantor...."

Aku memukul meja. "Citra, jadi orang belajar sopan kamu ya," hardikku.

Lulu mengusap dadaku. "Udah, Mas. Nggak usah marah-marah. Aku nggap apa-apa, kok...."

Aku melirik Lulu. "Aku yang keberatan."

Lulu menggeleng. Tangannya kembali mengusap halus dadaku. "Udah, ah. Maafin Mbak Citra. Lagian dia kan nggak tau. Wajar kalau dia keliru menduga...."

"Iya, Mas. Maafin aku. Aku nggak nyangka, soalnya emang nggak kepikiran. Mbak Lisa kayak apa, Mbak Rossa kayak apa. Belum lagi Mbak Nella, dan Mbak Risma. Semuanya setipe. Dan, mbak yang itu sama sekali beda," tunjuk Citra pada Lulu.

Kurang ajar. Si Citra ngabsen nama mantan-mantanku di depan Lulu.

"Namanya, Lulu " geramku.

Citra mengangguk dengan sok lugu. "Iya, maaf."

Adik tiriku kemudian kembali melirik pada Lulu. "Kamu usianya berapa?"

"19 tahun, Mbak."

"Oh, lebih tua aku, dong. Aku 22. Jadi, aku manggil kamu Lulu aja, ya?" Citra kembali berbicara.

Pacarku mengangguk. "Iya, Mbak."

"Permisi... meja nomor 15?" Seorang pramusaji menyapa.

"Iya," jawab Lulu dan Citra bersamaan. Sementara aku hanya mengangguk.

Si pramusaji tersenyum, lalu mulai menghidangkan makanan dan minuman pesanan aku dan Lulu.

Pramusaji yang berbeda, datang nyaris bersamaan. Dia menghidangkan pesanannya Citra.

"Udah, kamu makan dulu. Aku nggak mau kamu sakit gara-gara telat makan, ya," perintahku pada Lulu, sesaat setelah kedua pramusaji foodcourt meninggalkan meja ini.

Lulu mengangguk. "Ayo, Mbak, makan," undang Lulu.

Citra mengangguk dan mulai terlihat bersiap untuk bersantap.

Aku yang juga mulai menyantap makananku melirik pada Lulu. "Dek, jangan kebanyakan sambelnya. Ntar kepedesan. Kamu bisa sakit perut."

"Enggak. Segini nggak banyak," kilahnya.

Lulu kemudian menyantap makanannya. "Tuh, masih kurang pedes," keluhnya.

Saat Lulu hendak meraih botol sambal, aku segera mendahuluinya.

"Enggak, ah. Udah," aku melarang.

"Ihh, Masss," rajuk Lulu. Tangannya mencoba meraih botol sambal di tanganku.

"Enggak. Nggak boleh!" Aku berdiri lalu menaruh botol sambal di meja sebelah.

Lulu tampak merengut melihat kelakuanku.

Aku kembali duduk. "Udah, makan sana."

"Ihh, nyebelin," gerutu Lulu sambil mencubit gemas pangkal lenganku.

"Udah makaaaan. Jangan bandel, ah," aku kembali memerintah.

"Nih, cobain sendiri. Masa segini pedes," undang Lulu sambil menyodorkan sendok berisi kuah bakso Malang dari mangkuknya.

Aku membuka mulut untuk menerima suapannya.

"Astaga, dek. Ini pedes bangettt," gerutuku. Lalu meraih Teh Botol dingin untuk kuminum.

"Masa sih segini pedes?" Lulu tak percaya.

"Banget. Awas ya kalau kamu sampe ngeluh sakit perut. Kamu bakal aku larang makan segala jenis makanan pedes selama sebulan," ancamku.

Lulu tertawa sambil memukul pangkal lenganku.

"Udah makan sana, ah. Jangan bandel," perintahku pada Lulu.

"Iya, iyaaa... galak amat," keluhnya. Tapi dia menuruti keinginanku untuk mulai makan.

"Mbak Citra nggak makan?" Lulu bertanya dengan ramah.

Saat aku mengalihkan pandangan ke Citra, dia terlihat menggeleng lemah. Keningnya berkerut seperti bingung.

Citra kemudian melirikku, masih dengan tatapan bingung.

"Makan, Cit. Abis itu kalau kamu mau ngomong, ngomong aja. Tapi kita nggak bisa lama-lama, ya. Abis ini, kami berdua mau nonton soalnya," saranku.

"Nonton? Emang ada film yang bagus?" Citra bertanya.

Aku mengangkat bahu, tak acuh. "Tau, deh. Pacarku minta nonton bioskop, ya aku turutin. Terserah dia mau nonton film apa," kataku santai.

Mataku kembali melirik Lulu yang juga melirikku. Aku tersenyum sambil mengerlingkan sebelah mata kepadanya. Lulu tersipu. Kemudian gadis itu meneruskan aktivitas makannya.

Shy Girl's Flirtation #1 Unbeatable Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang