Penolakan Rena

10 3 0
                                    

Riski melihat kejadian itu dari kejauhan. Ia memperhatikan semenjak Naufa menemui Rena di lobi tadi. Ia mengetahui nampaknya sedang ada masalah antara Rena dengan Naufa. Ia pun tersenyum seperti orang yang meraih kemenangan, dan berkata dalam hati: "Sepertinya aku harus mulai menyusun rencana!".

------------------------

Dua hari berlalu, Rena nampak masih kecewa pada Naufa. Ia selalu saja pergi atau menghindar saat Naufa mengajaknya bicara. Naufa pun tetap mencoba berdamai dengan Rena. Kali ini ia membuat surat yang isinya adalah permohonan maaf darinya. Tak hanya itu, di dalamnya ia rangkai kata-kata yang indah sehingga membentuk puisi singkat. Esoknya tepat saat waktu istirahat, Naufa menyelipkan surat itu di buku Rena. Kebetulan sekali Rena sedang membeli makanan di kantin dan suasana kelas cukup sepi. Naufa tak memberikannya langsung karena ia yakin Rena akan tetap menolak kehadirannya. 

Tak lama kemudian, Rena pun kembali ke kelas bersama Fera. Naufa pun keluar dari kelas dan memilih mengamati dari jendela luar. Kemudian Rena membuka-buka buku yang berada di mejanya, lalu surat dari Naufa pun terjatuh.

"Ren, apa ini?" tanya Fera sambil reflek mengambil suratnya.

"Gak tau Fer, apa sih itu? Coba di buka.." jawab Rena penasaran.

Baru saja Fera membuka surat itu, ia langsung mengenali tulisannya. Tulisan itu milik Naufa,dan ia  tak mungkin salah. 

"Nih Ren kamu aja yang  mbuka." Fera memberikan surat itu pada Rena.

Naufa pun mengamati Rena yang akan membuka surat itu. Rena pun membuka surat itu, ia membaca tiap kalimat yang tertulis di dalamnya. Ia yang sedang asyik menikmati makanan itu pun ekspresinya berubah menjadi datar. Kemudian ia menengok ke sekitarnya, ia mencari keberadaan Naufa namun ternyata nihil. Fera pun kembali membuka perbincangan.

"Kamu kenapa Ren?" Fera menanyakan ekspresi datar Rena saat ini.

Rena menggelengkan kepala dan melemparkan surat yang ia baca ke meja di depannya. 

"Loh.., ini dari Naufa?" Kali ini Fera membaca isi surat itu. Rena hanya diam.

"Hmmmm bagus juga puisinya.. Dia minta maaf Ren ke kamu..." kata Fera.

"Iya, aku tau." jawab Rena singkat.

"Terus?? Dimaafin kan?" Tanya Fera.

"Hmm ngga tau lah. Males aku Fer. Udah ah buang aja ya suratnya,.." Rena pun meletakkan surat itu di kolong meja sembarang.

Naufa yang melihatnya pun semakin terasa sesak dadanya. Ia tak menyangka apa yang ia lakukan kemarin berdampak sebesar ini. 

Bel pulang sekolah pun berbunyi, semua murid satu per satu meninggalkan kelas. Naufa entah mengapa sudah sangat suntuk berada di kelas, ia pun segera mengambil tas dan pulang. Namun setibanya di gerbang sekolah, ia baru merasakan handphone-nya yang kali ini tidak berada di saku celananya. Ia pun mencari-cari di tas, namun tetap saja tak ada. Akhirnya Naufa memutuskan kembali ke kelas untuk mencari handphone-nya. 

Namun ketika sedang menuju kelas, ia dikejutkan dengan kejadian yang luar biasa di luar pikirannya. Dari kejauhan ia melihat Riski sedang berbincang dengan Rena. Rena terlihat bahagia ketika bersama Riski, bahkan tawanya pun terdengar sampai ke telinga Naufa. 

"Riski?? Kenapa dia deket banget sama Rena??? Atau jangan-jangan....." gumam Naufa dalam hati. 

Naufa yang melihat hal ini rasanya seperti mendapat hantaman telak di bagian dadanya. Ia tak menduga sebelumnya bahwa Riski juga bermain di belakangnya. Riski dan Rena pun masih berbincang dengan penuh canda tawa dan mereka menjauh dari kelas. Setelah itu barulah Naufa kembali ke kelas mengambil handphone-nya. Hari ini benar-benar hari yang melelahkan bagi Naufa...

Ku Ingin Kau yang DuluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang