Memorinya kembali menjelajah waktu, kali ini memilih mundur dan mengingat kembali kedekatan dirinya dengan Rena. Pandangan pertamanya pada Rena, "kakak-adek", jalan-jalan ke taman kota, dan masih banyak lagi. Semuanya menuju pada satu titik dan satu bayangan, senyum manis di wajah anggun Rena. Tiba-tiba, dering handphone.nya berbunyi dan mengembalikan kesadaran Naufa. 'Rena?'
---
Terdapat notifikasi SMS di handphone Naufa, namun kali ini tak tertera siapa pengirimnya. "Nomor siapa ini?" tanya Naufa dalam hati.
Tanpa pikir panjang Naufa pun segera membuka handphone dan membaca pesannya,,
' Assalamu'alaikum, Fa. Ini Rena. Mulai sekarang tolong banget mulai sekarang kamu ngga usah deket-deket aku lagi. Aku udah pacaran sama Riski. Jangan ganggu hubungan kita ya tolong.., makasih.. '
'Rena?.....' Naufa pun menatap nama tersebut lekat-lekat. Baru saja ia mengingat momen kebersamaan dengan Rena, sekarang justru ia serasa jatuh ke jurang sedalam-dalamnya.
Ia pun menangkupkan telapak tangan pada wajahnya, entah penyesalan atau kepedihan yang ia rasakan.
' Aku tak bermaksud mengganggumu, Div! Aku tak bermaksud! Aku hanya menunjukkan harapanku itu kamu! Silahkan kalau kamu memilih Riski, silahkan. Tapi tolong, jangan asingkan diriku! Apa semua momen kita kau lenyapkan begitu saja?? Tolonglah, lihatlah aku kembali.. tolonglah, aku ingin berdamai.. aku ingin ketika kita bertemu, kita bisa sama-sama tersenyum... Tapi kalau ini maumu, hmm ya sudah.. Mungkin memang Riski lebih tepat menggenggam tanganmu daripada aku. Semoga kamu bahagia ya, karena bahagiamu adalah bahagiaku...' gumam Naufa dalam hati.
Tak terasa air mata pun jatuh perlahan di pipinya. Perkataan memang tertahan, perasaan bisa disembunyikan, namun turunnya air mata tak selalu bisa dikendalikan. Baru kali ini Naufa menangis hanya karena perempuan. Patah hatinya sudah mencapai level kronis, stadium empat.
' Rena, aku ingin dirimu yang dulu lagi.... ' ucap Naufa lirih. Tak terasa ia pun tertidur.
***
"Pertandingan selanjutnya, Partai Tanding dari Kelas H Putraaa!!! SMP Negeri 2 Tegal di sudut merah melawan SMP Negeri 9 di sudut biru! Kedua pesilat dimohon segera mempersiapkan diri! Terima kasih." sebuah pengumuman dari Panitia Pelaksana Lomba menjadi penanda Naufa untuk segera bersiap menaiki gelanggang.
Hari ini tepat satu bulan sejak terakhir kali Naufa menerima SMS dari Rena. Tanpa di duga, ia mencapai Final di POPDA (Pekan Olahraga Daerah) cabang pencak silat mewakili SMP Taruna Bhakti.
Sedikit pemanasan dan latihan teknik pun ia lakukan untuk melemaskan otot-ototnya. Tak lupa arahan Coach Moe'i serta official team pun Naufa pahami baik-baik. Kostum hitam-hitam khas pencak silat, body protector warna merah, dan deker pelindung kaki segera ia kenakan. Semangat yang sudah berapi-api membuat tubuhnya terasa panas, laga ini nampaknya syarat akan emosi yang harus Naufa kendalikan.
Bukan tanpa alasan, POPDA Tahun ini adalah pertama kalinya Naufa mengikuti turnamen pencak silat. Jika ia menang dalam pertandingan ini maka aku akan maju ke semifinal, dan sesuai regulasi bahwa peserta semifinal akan otomatis mendapat medali perunggu. Tentu saja ia tak ingin nama baiknya tercoreng!
"Dunggggg......." bunyi gong menjadi penanda ronde pertama dimulai.
Satu ronde sudah ia lalui, pertandingan ini lumayan ketat karena kemampuan mereka yang sepadan. Pada jeda untuk ronde kedua, Coach Moe'i memberi instruksi tambahan. "Naufa! Ini kesempatan terakhirmu! Pepet terus tubuhnya, agar dia tak bisa melepas tendangan, beri pukulan jeep, langsung tendang T! Ingat!! Sapuan itu opsi kedua! Pepet, jeep, T! Pepet, jeep, T! Kamu harus agresif, Naufa!!".
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Ingin Kau yang Dulu
Romance~ Naufa Al-Fatih, seorang siswa yang ramah, pendiam, namun ceroboh. Namun kesan diamnya Naufa akan luntur ketika sudah bersama orang terdekatnya. ~ Dheeva Farena, seorang siswi yang anggun, mempesona, namun sederhana. Naufa yang pendiam ternyata ta...