[ 4 ] Archa?

26 7 1
                                        

Hanya Tuhan yang tahu apa yang terjadi sebelumnya, sekarang dan setelahnya.
___________________

Hari ini adalah minggu yang cerah, gadis cantik berambut hitam kecoklatan itu keluar dari rumah yang tak terlalu besar itu.

Dia mulai ngayuh sepeda birunya, rambutnya yang diikat satu membuat gadis itu terlihat sangat manis.

Hari ini jadwalnya bekerja mengantar bunga, dan setelah itu mengantar koran. Cukup melelahkan mungkin tapi Alhena cukup senang bisa melakukan hal yang menurutnya seru ini.

"Pagi Al," sapa wanita paruh baya yang sedang olahraga bersama suaminya.

"Pagii tante Elie, pagi om joni," sahutnya sambil melambaikan tangan.

Dia sudah tinggal di komple rumah ini sudah beberapa minggu ini.

Dan itu membuatnya mau tak mau harus berinteraksi kepada beberapa tetangga barunya, sikap Alhena yang ramah di kompek ini membuat dia mudah berbaur. Sikapnya di sekolah dan di rumah sangat lah berbeda, dan Alhena yang asli adalah dia yang ramah dan sopan terhadap siapapun.

Dia cukup bersyukur dengan semuanya, semuanya sudah di permudah oleh Tuhan dan dia sangat berterima kasih oleh-Nya.

Kayuhan sepedanya berhenti di toko bunga kecil pinggir jalan besar.

Dia segera masuk dan melihat seorang pemuda yang dia kenal disana sedang serius menghitung keuangan toko ini.

"WOI BANG,"

Hampir saja pria itu terjungkal dari kursinya gara-gara kaget setengah mati, dan Alhena sekarang tentu sedang tertawa tanpa dosa.

"Parah lo Al, Hampir ajah bokong gue nyium lantai," ujar Deni—bos Alhena.

Deni adalah seorang Sarjana Hukum S1 namun entah kenapa dia memilih membuka toko bunga kecil kecilan begini, usianya 22 tahun dan masih jomblo.

"Sory bang hehehe, abis lo tegang banget kayak mau lamar doi," ujar Alhena cengengesan.

"Ups sory lo kan ga ada calonnya." tawa Alhena meledah memenuhi toko bunga itu.

Toko bunga Denisa, entah kenapa Deni memberi nama toko itu dengan nama itu. Mungkin karena namanya.

Dunia ini
Emang keren
Namun bisa lebih
Indah kalau
Semuanya dengan bunga dan dengan
Aku yang baik ini.

Bisa-bisa dia mengarang kata seperti itu, cuma Doni mungkin.

"Tega bener lo Al kayak gitu. Cariin gue jodoh kek malah ngatain," ujar Deni bercanda.

"Cari ajah sendiri, Eh enggak mau sama yang onoh ajah bang," ujar Alhena melirik gadis yang sedang memupuk beberapa bunga disana.

Ambar—umur 20 tahun, Mahasiswi ekonomi. Dan jomblo.

"Jangan kenceng-kenceng, malu ah,"ujar Deni sambil berbisik pada Alhena.

"Yaelah, sok-sokan banget bang. Emang kak Ambar mau?" Ambar menoleh ketika namanya disebut dan Deni hanya meringis.

"Nggak tau lah, gue nggak suka juga."

"Serius nggak suka? Gue tanyain ajah gimana bang?"

"Lo ngomong satu kata lagi, gue potong gaji lo," ujar Deni sok mengancam. Dan Alhena hanya cengengesan.

Disini Alhena merasa hidup, dan merasakan kehangatan keluarga lagi.

Deni dan Ambar sudah dianggap sebagai kakak oleh Alhena. Walaupun mereka belom lama bertemu.

Coffee Lover Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang