Chapter Eight : Melahirkan

19 1 0
                                    

"Mama! Ma....." Panggilku kesakitan.

Mungkin Mama lagi ada didapur, aku berjalan pelan berpegangan benda-benda yang ada didekatku sambil memanggil Mama.

"MA! MAMA!!! Aduh... Sakit banget." keluhku gak tahan.

"Mia!", kaget Mama langsung membopongku.

"Ma, perutku sakit banget. Mules!", kataku menahan sakit.

"Kita kerumah sakit sekarang!", balas Mama panik.

"Oww Ma... Sakit!!!", teriakku diperjalanan.

"Iya bentar lagi kita sampai, Mama telfon John dulu." Balas Mama berusaha fokus menyetir.

"Halo Ma?",

"John! Mia mau ngelahirin, Mama bawa dia kerumah sakit St Thomas' Hospital sekarang!"

"Apa! John nyusul sekarang!" Balas John mematikan telfon.

John emang selalu gercep kalau tentang Mia. Tanpa pikir panjang dia langsung meninggalkan kantor dan melaju kecang dengan mobil Lamborghininya.

"Dokternya ini gimana sih? Bilangnya akhir bulan melahirkan, ini masih pertengahan bayinya udah mau keluar." Protes mama.

Ruang Bersalin

"Suster! Suami saya suruh masuk!", mohonku pada Suster.

"Tapi nyonya tadi kesini gak sama suami." Balas Suster bingung.

"Aku mau John! Mau John!!!", teriakku manja.

"Mia!", panggil John panik menghampiriku.

"John, sakit bangettt." Rengekku kesakitan.

"Don't worry Sweetheart, I am with you." Balas John menggenggam tanganku.

"Kamu harus liat perjuanganku, dan ingat sampai akhir hayatmu." Kataku ngelantur.

"I am promise! Aku akan selalu ingat kamu." Balas John lembut.

"Ini sakit John, janji cuma aku cewek satu satunya dihatimu."

"Itu udah pasti!"

"Kamu sini aja, tungguin aku sampek selesai." Mohonku kesakitan.

"Oh... Pasti, ini aku bantu pegang tanganmu. Kamu harus semangat biar bisa normal."

"John liat aku!" Teriakku takut.

"Iya ini daritadi aku udah liatin kamu, kamu fokus aja. Aku gak bakal kemana mana."

(Cewek bersalin aneh banget, padahal daritadi aku liatin dia terus tanpa noleh kemana mana). Batin John heran.

Pengalaman pertama kita jadi orang tua. Sangat sulit dan sakit melahirkan seorang anak, itu hanyalah salah satu alasan orang tua selalu punya sifat overprotektif.

Aku sesekali melihat John yang menyembunyikan rasa takutnya, namun tetap terlihat gagah dan perkasa. Bagaimanapun ini pertama kalinya dia melihat persalinan anaknya. Dia hilangkan rasa takut untuk mencontohkan sikap semangat padaku.

"OEEEKK... OEEEEKK... OEEEEK..." Tangisan seorang bayi yang membuatku lega.

"Anakku... " Panggilku terharu.

"Nyonya, anaknya ganteng kayak Ayahnya." Kata Suster sambil menidurkan bayiku dalam gendonganku.

Rasa sakitku terganti dengan tangis haru, dan aku hampir tertawa karena melihat John menangis seperti anak kecil yang kena pukul ibunya di depanku.

Akhir dari Zona Nyaman (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang