[ ON GOING ]
Tuhan itu adil!
Dikala kita sedih disitulah tuhan sedang membentuk sebuah kebahagian untuk kita.
~Alana queenesa lernard
Bisa dibilang ini kisah seorang badgirl dengan segala ke misteriusan hidupnya.
Seorang gadis dengan sifat dingin y...
Saya berjanji dan bersumpah akan memberikan vote dan coment di semua chapter ALANA^^
Hayoo lo udah janji lo! wk
Selamat membaca.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dibalik senyum yg menawan ada kesedihan yg mendalam.
~Alana
Tok.. Tok.. Tok..
"Alana ayo bangun nak hari ini kan kamu akan pergi ke sekolah baru kamu" ucap Dinda dari balik pintu kamar Alana.
Tapi yg di panggil tidak menggubris.
"Al.. Alana.. nanti kamu telat lo"
"Ayo bangun" lanjut Dinda.
"Apa urusannya dengan anda" sahut Alana masih dengan posisi terkurap di kasur king sizenya.
"Al ayo cepat siap-siap nak mama akan antar kamu ke sekolah sebentar lagi kamu akan terlambat" ucap Dinda lagi dari balik pintu kamar Alana yg tak kunjung dibuka.
"Pergilah saya akan segera turun" ucapnya jengah.
Dinda pasrah mendengar apa yg di ucapkan anak tirinya itu, lalu ia beranjak turun.
"Ishhhh...bodo ah gue telat" ucap Alana kelewat santai.
Lima belas menit Alana sudah keluar dari kamarnya dengan seragam putih abu-abu khas anak SMA.
Ya seperti biasa baju putih yg di keluarkan dan rok abu-abu diatas lutut tidak terlalu ketat tapi sudah membentuk body goalsnya.
Tas biru yg sedang ia tenteng dan rambut yg sengaja ia cepol asal-asalan.
Terlihat seperti 'bad girl' mungkin.
"Eh neng Alana sini sarapan dulu neng"
"Bibi teh sudah siapkan nasi goreng kesukaan neng" ucap wanita paruh baya dari arah dapur.
"Iya bi Inah Alana makan kok" jawab Alana pada wanita yg ia panggil bi Inah tepatnya pembantu di rumahnya ini dan seseorang yg sudah ia anggap ibunya sendiri.
Alana duduk di meja makan dan siap menyantap makanannya.
"Al papa tidak bisa mengantarmu ia ada meeting pagi ini dan berhubung motormu sedang di benahi mama yg akan mengantarmu" jelas Dinda pada Alana.