Dia masih sama, seperti beberapa tahun yang lalu. Manis, tampan, penuh perhatian. Tapi bukankah menyakitkan, jika Yoona harus hidup berdampingan dengan orang yang mati matian ingin ia lupakan.
Di hari pertama bekerja, Yoona hanya menyalin beberapa berkas kedalam komputer. Tidak banyak, bahkan sisa waktunya bisa ia habiskan dengan tidur atau main game.
Semua berjalan sesuai perjanjian. Berlagak seperti tak pernah mengenal. Tapi tidak sejak hari kedua.
"Ini sudah waktunya makan siang princess" ujar Ricard sambil menarik tangan Yoona.
"Mau kemana?" tanya Yoona.
"Mengajakmu makan siang"
"Aku tidak menerima penolakan!"
Yoona hanya diam patuh. Ia takut kejadian seperti kemarin terulang. Saat Yoona mencoba berontak, tapi Ricard malah mencium nya.
Mereka berjalan keluar ruangan. Tapi sebelum mereka membuka pintu, seseorang dari luar membuka nya terlebih dahulu.
"Ouh.. Cantik sekali. Long time no see, Nona Vanoer!" ujar wanita yang baru datang.
Yoona mendengarnya, suaranya, masih sama seperti beberapa tahun yang lalu. Tajam, membunuh.
Kau hanya wanita miskin..
Jalang..
Tanpa orangtuamu kau adalah gelandangan..
Kau tak pantas mendapat marga HeomoelenCaroline Lee
Seketika Yoona sadar dari lamunan. Matanya menoleh kearah Caroline, menatapnya tajam.
"Kau datang untuk memohon, atau kau datang untuk kehancuran?" ujar caroline.
Yoona tak kuasa membendung tangis, hatinya hancur sangat hancur mengingat kejadian di masa lalu. Ia barusaja ingin berdamai dengan kenyataan, tapi justru wanita itu memulai nya kembali.
Melihat Ricard tidak membela dirinya, atau setidaknya meminta kakaknya untuk tidak bicara seenaknya. Yoona berlari keluar, air matanya tumpah seketika. Tak peduli pandangan orang tertuju padanya, ia hanya ingin menyendiri sekarang.
"Jaga bicaramu Caroline!" sarkas Ricard pada kakaknya yang berdiri di depannya.
"Ini menyenangkan. Seperti memiliki mainan baru" ujar Caroline mengeluarkan smirk nya.
"Jangan berani kau menyentuhnya. Atau-"
"Atau apa? Kau akan menggila dan menghilangkan pekerjaanku? Sayangnya posisimu tidak cukup kuat untuk mengusik seorang perdana mentri adikku sayang" ujar caroline tersenyum simpul.
"Mau apa kau kesini!" gertak Ricard mencoba menetralkan emosinya.
"Tadinya aku ingin mengunjungi adik-"
"Adik tiri!" potong Ricard.
"Tapi kau memberi kakak kejutan rupanya, seperti menemukan mainan lamaku" ujar Caroline dengan penuh penekanan di kata Mainan lama.
Melihat Adiknya yang sudah mulai tersulut emosi, Caroline menghentika tertawa nya.
"Tolong jaga mainanku, Tuan He-o-moe-len!" ujar Caroline lalu pergi meninggalkan Ricard yang sudah mengepalkan tangannya.
------------
"Darimana, Tuan Faederloen!" tanya Nyonya Marina ketika melihat putranya barusaja pulang.
"Menikmati hidup" jawab Sehun singkat lalu melanjutkan langkahnya.
"Berkencan dengan Nona Vanoer, hm?" Kali ini pertanyaan ibunya membuat Sehun menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap wanita paruh baya itu.
Menyadari kini putranya menatap dirinya penuh pertanyaan, marina menaikkan satu alisnya.
"Ah sudahlah..kau ha-"
Perkataan marina terhenti karena seorang Pengawal tiba tiba masuk.
"Maaf nyonya, Perdana Mentri Caroline memasuki halaman istana." ujar Pengawal tersebut.
"Ah.. Ini sudah hari jumat bukan. Cepatlah naik ke kamarmu Tuan Faederloen!"
Sehun tidak menjawab satu kata pun, kaki nya melangkah menaiki tangga dengan perasaan kesal.
"Selamat Siang Nyonya Marina" sapa PM Carol.
Marina hanya mengangguk dengan anggun nya, matanya mengisyaratkan Kapten Jo agar cepat menuntun PM Carol ke ruangannya. Karena dari tadi sepasang mata janda itu terus menatap Putra Mahkota yang sedang berjalan menuju kamarnya.Caroline Lee, janda tanpa anak. Ia melakukan pernikahan sekaligus perceraian hanya dalam waktu kurang dari satu tahun.
"Mari saya antar ke ruangan, Nona!" ujar Kapten Jo mengarahkan wanita itu ke salah satu ruangan.
Wanita itu hanya membalas dengan anggukan, sementara matanya masih memandangi punggung lelaki yang sedang menaiki tangga.
----------
Di adegan ini Pyehaa ga ketemu sama Princess dulu ya :D
Tapi tenang, semuanya akan terbayar di chap selanjutnya.