Kini Sehun berada di kamarnya. Luas, nyaman, begitu yang akan di katakan orang jika melihat isi kamarnya.
Tapi tidak dengan seorang Putra Mahkota, ia merasa dipenjara ketika hanya berada di dalam kamar. Orang lain menginginkan posisi nya, tapi Sehun tidak menyukai nya.
Ini saatnya makan siang. Para Maid membawakan makan siangnya ke kamar. Seperti biasa, Sehun tidak tertarik dengan menu nya.
Lalu ia teringat pada satu restaurant yang berada di dekat HCC Build. Saat itu ia tak jadi sarapan disana gara Gar menabrak seorang gadis. Mengingat hari itu membuat sehun senyum senyum sendiri.
Ia tak sadar para maid sedang heran dengan tingkahnya. Menyadari dirinya jadi pusat perhatian, Sehun berdehem memalingkan wajahnya dan menetralkan ekspresinya.
"Sedang apa kalian disini?!"
Sehun hanya bertanya satu kalimat, tapi para Maid langsung ketakutan dan beranjak pergi dari kamar Sehun.
Pria itu kembali memakai mantel hangatnya, berjalan menuruni tangga dengan langkah kecil agar tidak ketahuan Ibunya.
-------------
Yoona berlari sambil terisak. Mengingat betapa kejam nya semesta padanya. Hidup sebatang kara, gagalnya pernikahan, dan kini ia terjebak bersama sosok masalalu nya.
Gadis itu menuju ke Vale Restaurant. bukan untuk makan siang, hanya ingin menjauh dari Ricard.
Ia duduk di meja pojok, dekat dengan kaca. Persetan dengan pekerjaan nya dan Caroline, Yoona ingin menenangkan diri dulu.
"Aw!!" rintih Yoona. Tiba tiba sesuatu menjatuhi pelipisnya.
"Ah.. Maaf nonaa. Saya tidak sengaja" ujar pria yang ternyata adalah sosok yang melempar botol minuman.
Yoona tidak menanggapi permintaan maaf pria itu,ia hanya memalingkan wajahnya. Sampai akhirnya sang pemilik badan kekar itu menghampiri Yoona, berdiri di samping meja nya, menatapnya lekat.
"Apa kau tuli nonaa!?" tanya pria itu sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Enyahlah!" ujar Yoona tak peduli, bahkan balik menatap pun tak sudi. Ia tau jika pria itu bukan pria baik.
"Seorang jalang tak pantas bersikap sombong seperti itu!"
Kini perkataan pria itu benar benar membuat darah Yoona mendidih. Matanya tajam menoleh cepat, ia berdiri menghadap pria itu.
"Jika aku jalang, kau adalah tikus yang tak mampu membeliku!" ujar Yoona, jari telunjuk nya menunjuk ke arah pria itu.
Dengan kecepatan kilat, pria itu mencekal tangan Yoona. Kini Yoona meringis kesakitan, mereka berdua jadi pusat perhatian seluruh pengunjung Restoran.
Yoona terus berontak, mencoba melepaskan tangannya dari cekalan pria itu.
"Lepaskan! Sialan!" umpat Yoona, emosinya membuncah.
"Setelah aku buktikan, bahwa aku bisa membelimu tentunya" Ujar pria itu mengeluarkan smirk nya.
"Lepaskan atau-"
"Atau apa?! Atau kau akan telanjang disini?!" gertak pria itu. Tangan nya merobek rok span milik Yoona sampai terlihat G-String berwarna merah miliknya.
Yoona terus berontak dan menangis se jadi jadinya. Tak seorang pun yang berani menolong Yoona karena mereka tau siapa pria itu.
Mafia
BRAKK!!!
Seorang pria yang baru datang menendang salah satu meja disana. Tatapan nya setajam elang, tenang dan membunuh. Kini pandangan semua orang tertuju padanya, termasuk Yoona.
Orang itu..
"Lepaskan tangan kotormu itu darinya!" sarkas orang itu.
"Dia kekasihmu? Sepertinya menyenangkan jika kalian bercinta disini. Lihat! Dia sudah setengah telanjang." ujar pria botak itu, matanya menatap Yoona penuh nafsu.
Melihat keadaan Yoona yang sudah berantakan, emosinya semakin memuncak. Ia berjalan menghampiri mereka berdua dengan tenang. Tapi tidak saat ia sudah berada di hadapan mafia itu.
Kakinya berhasil mendarat tepat di dada pria itu. Beberapa pukulan tepat mengenai wajahnya membuat sekumpulan pria bertubuh kekar menghampiri mereka.
"Kau membawa pasukan rupanya, hm?"
"Dan akan menghancurkanmu!"
Yoona berdiri ketakutan. Ia bersembunyi di belakang tubuh pria tampan itu. Matanya kini sembab karena terus terusan menangis.
"Dalam mimpimu!"
Kemudian segerombolan pria berkemeja hitam menghampiri mereka. Berdiri di belakang pria tampan itu.
Sadar jika pasukannya kalah banyak, mafia itu beranjak pergi meninggalkan Restoran dengan tatapan benci.
Pria tampan itu berbalik menghadap Yoona yang berantakan. Ia menatap gadis itu sebentar, lalu memakaikan mantelnya untuk menutupi tubuh Yoona yang setengah telanjang. Lalu ia menuntun Yoona keluar, lalu mengarahkan tubuh Yoona agar masuk kedalam mobilnya yang terparkir tepat di depan pintu.
Mobil yang membawa Yoona kini melaju tenang di jalanan Kota Seoul dengan sopir yang mengemudikan nya. Mereka hanyut dalam keheningan. Pria itu dengan pikirannya, dan Yoona dengan ketakutannya."Terimakasih Tuan! " ujar Yoona memecah keheningan.
"Kau tak apa? Luka mu parah." alih alih menjawab sama sama, pria itu malah bertanya keadaan Yoona yang jelas jelas sedang tidak baik.
Yoona baru sadar jika pelipisnya kini mengeluarkan darah. Ia menempelkan tangannya ke luka tersebut, bahkan darahnya membekas ditangan.
"Ah ini. Tidak sakit Tu-"
"Oh Sehun!-" Potong pria itu.
"Dan kau?""Yoona, Kim Yoona" jawab Yoona. Matanya memandangi setiap lekuk wajah sehun.
"Aku tidak ingin ke rumah sakit. Bisa tolong antar aku ke apartemen saja?" tanya Yoona dengan tatapan penuh harap.
"Luka mu parah, aku ti-" Sehun menghentikan ucapannya ketika menyadari Yoona sedang mendekatkan wajahnya dengan ekspresi anak kecil sedang memohon.
"Baiklah baiklah" ujar sehun menghela nafas kasar.
"Terimakasih Tuan" ucap Yoona bersorak senang.
"Sehun!"
"Ah,ya ..itu maksud ku" yoona sedikit meringis.