8. Terapi

443 71 0
                                    

Suasananya sudah lumayan membaik sekarang, dia mendengarkan ceritaku, terkecuali dengan cerita yang menyangkut kak Ryujin.

Sekarang aku sedang duduk dikasur, kak Changbin mengobati bagian tubuhku yang terkena memar, dia memasukkan air ke dalam baskom kecil dan memberikan es didalamnya.

"Tadi pas mandi udah dikasih air hangat kak," aku masih sedikit gemetar karna melihat raut wajah kak Changbin yang terlihat seperti orang yang kecewa.

"Kata mama dulu, lebih baik pake air es, terus kamu juga cuma berendam bentar kan?"

"Ah, iya kak,"

Dia mulai mengompres kakiku perlahan, mulai dari telapak kaki hingga kebetis.

"Kalo sakit bilang ya,"

"I-iya kak,"

Sakitnya masih bisa ku tahan, jadi aku rasa aku tidak perlu bilang apapun padanya.

"Kak?"

"Ya?"

"Kakak marah ya sama Felix?"

"E-engga kok,"

Kak Changbin berhenti mengompres kakiku dan berkata, "Cuma sedikit kecewa,"

"Ma-"

"Ini bukan kesalahan salah satu dari kita, tapi kita berdua."

"Besok-besok bilang ya kalo sakit? Besok-besok bilang ya kalo ga nyaman,"

"Semua yang Felix rasain, bilang ya?"

"Sekarang, cahaya rembulan juga menyinari kita, kita ulang lagi ya janji itu? Janji pertama dan selamanya."

"K-kak, iya, Felix janji," aku tersenyum melihat wajah tampan nan rupawan pria bermarga Seo ini.

Dia kembali mengompres kakiku, membalutnya dengan perban disekitar area memar itu.

"Kalo memar, itu harus segera dibalut sama perban Lix, perban elastis. Gunanya untuk mencegah darah bocor dan membuat memar lebih parah."

"Kakak tau banyak ya?"

"Dulu cita-cita kakak jadi dokter, tapi sekarang,"

"Sekarang cita-cita kakak apa?"

"Jadi kesayangannya Felix." dia mengatakan itu tepat disamping telingaku, ia sudah beranjak ke atas kasur untuk mengobati pundak dan juga punggungku.

"Buka bajunya," perintah kak Changbin.

Aku menurutinya, meski agak malu.

"Kamu kalo jalan kelamaan nanti punggungnya memar juga? Sampe kepundak? Sampe luka juga?"

"L-luka kak?" pantas saja ketika mandi tadi terasa perih.

"Iya, tapi ga terlalu besar sih,"

Sial. Pasti itu karena kejadian saat kak Changbin ketoilet kan?

"Ini kenapa? Ga mungkin penyebabnya sama kayak yang kaki kan?"

"Ah itu,"

"Jujur ya Felix."

"Itu karna Felix jatoh kak, sebelum makan, yang Felix bilang kalo buku Felix jatoh, sebenernya Felix jatoh juga disana, terus punggungnya kena meja belajar."

"Kenapa ga bilang langsung?"

"Kakak ada tamu soalnya, Fe-felix ga tau harus bilang gimana,"

"Ah kak Ryujin?"

"I-iya kak,"

"Besok-besok bilang ya, mau ada tamu ataupun engga,"

"Iya kak,"

'Kisah Kita || Changlix'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang