6

178 127 74
                                    


|| HAPPY READING^^ ||



***

"Hahah, kamu memang bisa mama andalkan." Laras menepuk pundak Leon.

Leon menatap Alin. Sejujurnya ia tidak tega. Tapi Laras memaksanya untuk melakukan itu dengan suatu alasan yang akan diberitahu ketika telah selesai memperlakukan Alin seperti ini.

"Sekarang waktunya mama bilang kenapa aku harus perlakuin dia kayak gini." Leon melajukan mobilnya sesaat setelah menatap Alin berjalan lunglai.

"Kamu tuh nggak tau apa – apa Leon. Mamanya si Alin itu, sering godain papa kamu !" Laras menatap tajam jalanan.

"Godain gimana si ma ?"

"Ah kamu itu nggak tau apa – apa pokoknya. Intinya mama itu bawaannya pengen marah terus tiap liat si Santi itu." Laras mendesis.

"Mama salah liat kali, atau mungkin salah paham. Setahuku mamanya Alin itu baik kok, selalu ngerjain kerjaan rumah dengan bener. Ngga ada yang kurang sedikitpun."

"Kok kamu malah belain dia si?" Laras tidak mau kalah.

"Bukan gitu ma,"

"Udah ah, kamu itu nggak tau apa – apa. Pokoknya jangan sampai kamu deketin orang kayak mereka. Lagipula mereka itu miskin, ngga pantes sama kamu."

Leon menghembuskan nafasnya. Sejak kecil Leon memang berteman dengan orang – orang kaya dan selalu memandang rendah orang – orang seperti Alin.

***

Hari kedua MOS, Alin berharap hari ini lebih baik dari sebelumnya. Ia bangun lebih pagi. Setelah menyantap sarapan, ia pergi ke sekolah naik ojek.

Sesampainya di sekolah, kelas belum terlalu ramai. Alin mengeluarkan hpnya.

Plukkk...

Alin melihat sesuatu terlempar ke mejanya. Ia menoleh ke jendela karena tempat duduknya memang terletak di sebelah jendela.

"Eh, melanting, huahaha." Leon tertawa keras.

Alin menatap gumpalan putih di depannya. Permen karet bekas kunyahan. Alin mencoba bersabar. Suatu saat ia akan membuat perhitungan dengan Leon. Pasti. Ia merobek kertas buku dan memungut gumpalan itu. Kemudian membuangnya ke tempat sampah.

Hari ini tidak akan lebih baik

Diva datang beberapa saat kemudian.

"Hoammm, anjirlah ngantuk banget gueee," Diva menguap.

"Tidur lagi sono." Alin menyalakan hpnya.

Kringg...

"Monyet, baru merem gue ahh." Diva meremas tangannya sendiri.

"Salah sendiri. Yuk ke lapangan," ajak Alin.

Dengan langkah malas, Diva mengikuti Alin ke lapangan. Hari ini jadwal kegiatan dengan kakak kelas. Akan diadakan beberapa perlombaan antar angkatan dan kegiatan lainnya yang tidak kalah meriah.

Jadwal pertama yaitu pertandingan voli kelas 11 dan 12. Dimainkan oleh grup putra. Para penonton bersorak histeris. Bahkan ada yang sampai membawa pom – pom, ember bekas, botol, dan lain sebagainya untuk memeriahkan acara pertandingan ini. Tidak ketinggalan juga yel – yel dan nyanyian penyemangat dari penonton agar para pemain lebih bersemangat.

"Bosen gue lama – lama. Jajan dulu yuk Lin," ajak Diva.

"Mager ah gue, lu aja gih." Alin mengibaskan tangannya mengusir Diva.

"Ya elah masa gue sendirian kayak jones sih?" Diva memanyunkan bibirnya.

"Habis ini angkatan kita, lu nggak mau nonton ?"

"Haus gue elahh. Yaudah deh gue ke kantin nih ya,"

"Okeh." Alin mengacungkan jempolnya.

Tepat setelah Diva pergi ke kantin, giliran pertandingan futsal antara kelas 10 melawan kelas 12. Penonton bersorak saat melihat Leon, putra ketua yayasan akan ikut bermain. Ditambah lagi wajahnya yang tampan membuat para penggemar Leon berteriak histeris.

Pertandingan berlangsung sengit. Ketika tim lawan mencetak gol, tim lain langsung membalas dengan serangan yang lebih ganas dari sebelumnya.

Diva lama banget dah, sayang banget dia ga nonton nih.

Alin menyalakan hpnya. Diva menge-chat-nya beberapa menit yang lalu.

 Diva menge-chat-nya beberapa menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alin melihat ke belakang. Batang hidung Diva belum menunjukkan tanda – tanda kemunculan. Di prank dong gue. Tiba – tiba saja...

Plakkk...

***


THANKS FOR READING^^ JANGAN LUPA VOTEMENT <3

INDIETRO [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang