10

155 100 26
                                    


|| HAPPY READING^^ ||



***

            Mobil Kevin melaju membelah jalanan dengan kecepatan sedang. Kevin menatap Alin yang tengah memijat dahinya di kursi sebelahnya.

"Gausah dipikirin banget, Lin." Kevin menenangkan Alin.

Alin menoleh. Mata mereka bertemu untuk sesaat. Alin mengalihkan pandangannya menuju jalanan.

"Apa gara – gara gue cuma anak pembantu rumah dia ya, Vin ?".

Kevin menatap Alin dengan iba. Sahabatnya itu memang seakan – akan punya kepribadian ganda. Kadang bisa baik, kadang bisa tidak. Tergantung. Mungkin suasana hatinya sedang tidak baik. Begitulah yang ketika sahabatnya pikirkan ketika Leon sedang marah. Seperti tadi.

"Itu kan jam gue !!!"

Mereka semua menatap Alin. Bagaimana bisa arloji Leon sampai pada wanita di hadapan mereka ini? Mereka ingat beberapa hari yang lalu Leon mengamuk sendiri saat kehilangan arloji itu.

Bagi Leon, kehilangan jam itu adalah masalah besar. Jam itu adalah satu – satunya peninggalan yang diberikan oleh kakeknya kepada Leon saat masih SMP. Leon sangat menyayangi kakek, maka ia juga menjaga arloji itu dengan baik.

Dan tentu saja Leon sangat marah ketika saat ini mengetahui arloji kesayangannya itu ada pada cewek satu ini. Leon merampas arloji yang jatuh itu, menatapnya sejenak, kemudian memasukkannya ke dalam saku. Ia menatap Alin yang juga kaget mengetahui jam itu adalah milik Leon. Bagaimana tidak ? Jam itu Alin temukan di jalan dekat rumahnya. Tentu saja Alin tidak mengira arloji itu milik Leon.

Leon menatap tajam Alin di hadapannya. Ingatan ketika ia menyerakkan belanjaan Alin di tengah jalan beberapa hari yang lalu terlintas di kepalanya.

"Waktu itu, pasti lu yang ngambil jam gue kan ??" Leon meremas bahu Alin.

Ali dan Brian kembali memegangi Leon. Sahabatnya ini, sangat mudah naik darah.

"Gue nemu jam itu di jalan, Leon! Gue bahkan gak tau kalo itu punya lu!" Alin tidak mau Leon terus menuduhnya seperti ini. Ia tidak salah, ia harus membela diri!

"Setelah semua ini, lu masih mau gue percaya sama lu ? HAH ?!? Lepasin gue woi!! Gue harus ngasih pelajaran sama cewek pembohong dan tukang maling ini !!"Leon memberontak ingin melepaskan diri dari cengkeraman Brian dan Ali.

"Udah, Lin. Kita pergi aja sebelum dia makin ngamuk nggak jelas."

Kevin segera menarik Alin menuju mobilnya. Dari kejauhan, Alin bisa melihat cowok itu masih berusaha ingin menghajarnya. Sebelum masuk mobil Kevin, Alin menatap sedih Leon. Mengapa cowok itu menuduhnya seperti itu ? Tidak bisakah ia melihat bahwa Alin tulus ingin menyelamatkan jam itu dari orang – orang jahat? Tidak bisakah Leon berperasaan pada dirinya ? Pada orang – orang seperti dirinya ? Alin tidak habis pikir dengan Leon. Lebih tepatnya, ia tidak paham dengan jalan pikiran cowok itu. Apakah Alin begitu keterlaluan terhadapnya ? Apa seharusnya memang ia mengikuti saran Diva ? Membiarkan jam itu teronggok di tengah jalan ?

Alin berusaha menahan air matanya. Bundanya tidak pernah mengajarkan Alin menjadi wanita yang lemah. Alin meyakinkan dirinya. Ia yakin dapat menjadi wanita yang kuat seperti yang diharapkan oleh bunda. Sesaat kemudian, Alin berpikir keras. Bukan hanya ini Leon menatap Alin dengan tatapan benci seperti itu. Awalnya, Alin pikir Leon hanya bercanda. Namun setelah dilihat lagi, mata Leon tidak pernah menyiratkan bahwa ia tengah bercanda. Ia bersungguh – sungguh membenci dirinya, Sandra Revalina, anak pembantu yang bekerja di rumahnya.

***

"Lin, bangun." Kevin menepuk pundak Alin yang tertidur pulas disebelahnya.

Alin menguap, ia menatap sekeliling, kemudian mendapati Kevin di sebelahnya.

"Eh, maap maap. Ngantuk banget gue. Duhh, jadi ketiduran deh." Alin gelagapan. Di sebelahnya, Kevin tersenyum melihat tingkah Alin.

"Iya iya. Turun sana. Sempit mobil gue gara – gara elu." Kevin mengibaskan tangannya seakan – akan mengusir Alin.

"Bangke lu ah, btw makasih udah nganterin gue." Alin membuka pintu mobil. "Hm" Kevin menjawab singkat.

Kevin menatap Alin sampai ia benar – benar masuk ke rumahnya. Leon mungkin ngeliat lu sebagai anak pembantu, Lin. Tapi gue ngeliat lu sebagai ibu dari anak – anak gue nanti. Kevin tersenyum membayangkannya.

1...

2...

3...

"KEPIN ANJRIT!!!" umpatnya pada diri sendiri sebelum ia membanting setir mobil, berbalik meninggalkan rumah Alin.

***

Jam tangan itu masih di genggam oleh Leon hingga ia sampai di kamarnya saat ini. Leon menatap arloji itu. Jujur, ia sangat merindukan mendiang kakeknya. Ingatan Leon kembali pada hari dimana kakeknya menghembuskan nafas untuk yang terakhir kali. Leon menunjukkan sisi terlemahnya hari itu. Untuk pertama kali dalam hidup, ia menangis kehilangan seseorang.

Cowok itu baru sampai rumahnya beberapa saat setelah Kevin dan Alin pergi. Tadi ia berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Brian dan Ali. Leon berniat mengejar mereka. Namun ia kehilangan jejak mobil Kevin. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak ingin menemui sahabatnya terlebih dahulu, dan memilih untuk menenangkan diri di rumahnnya.

Leon tidak menyalahkan mereka. Jika boleh jujur, Leon bahkan menyesali apa yang telah ia lakukan tadi. Tapi, mengingat Alin yang ternyata menyimpan jamnya selama beberapa hari ini membuat Leon sungguh tidak terima pemberian berharga itu dipegang oleh wanita miskin seperti Alin.

Ingatannya beralih pada hari dimana ia membentak Alin saat cewek itu baru pulang dari toko di dekat rumahnya. Leon yakin jam itu benar – benar ada di dalam saku celananya. Entah kenapa jam itu bisa jatuh seakan – akan ada yang mengambilnya kemudian menjatuhkannya lagi di tempat Leon berdiri. Leon juga berpikir, selama beberapa hari itu, apa tidak ada orang lain yang melihat jamnya itu ? Kenapa harus Alin yang menemukannya ? Apalagi jam ini tergolong mahal. Teronggok di jalan selama beberapa hari itu sangat mustahil. Bahkan seharusnya jam ini sudah hilang, dan Leon tidak akan bisa melihatnya lagi.

***


SI KEPIN NYETIR MOBIL SAMBIL SENYAM - SENYUM NDIRI DAH.

THANKS FOR READING^^ JANGAN LUPA VOTEMENT <3

INDIETRO [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang