|| HAPPY READING^^ ||
***
Hoammm...
Sudah tidak terhitung berapa kali Alin menguap. Matrikulasi. Siswa baru yang mengikuti MOS akan dihadapkan lagi dengan jadwal matrikulasi. Selama 3 hari berturut – turut. Di samping kegiatan sampingan dengan senior tentunya. Dalam matrikulasi, para peserta didik akan diajari tentang pembelajaran – pembelajaran dasar mengenai kegiatan akademik maupun non akademik, seperti pelajaran umum, kegiatan religius, dan bela negara.
Bahasa yang terlalu baku terkadang membuat para siswa sedikit bosan, tidak terkecuali Alin. Ia menopangkan dagunya sambil sesekali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 09. 21. Haduhh... masih setengah jam lagi istirahat. Tahan Lin. Alin menguatkan dirinya sendiri. Ia mencoba memperhatikan guru yang menerangkan pelajaran kimia dasar di depan. Tentang beberapa indikator yang akan siswa pelajari nanti.
Alin melirik Diva yang duduk di sebelahnya. Cewek itu sudah tertidur pulas dengan berbantalkan tangannya sendiri. Tempat duduk mereka juga agak di pojok belakang, jadi memang cukup strategis untuk saat – saat seperti ini. Apalagi guru yang menerangkan kali ini hanya sesekali menegur anak muridnya jika ada yang ketahuan tidur saat ia menerangkan.
Alin menatap papan tulis yang isinya sudah tidak keruan. Ia mengeluarkan buku tulisnya dan mencoba mencatat apa yang ada disana. Tidak ada yang ia pahami. It's okay, gue bisa baca lagi nanti di rumah. Tulis aja dulu, pikirnya.
Tangannya memang menulis, namun pikiran Alin kembali pada pagi tadi. Insiden yang membuatnya mengenal siapa itu Leon, cowok yang berbaris di depannya.
"BANGSAT !!!"
Semua pasang mata tertuju pada Alin. Alin mengernyitkan dahinya dan segera berdiri.
"Heh, apa lu bilang ??"
Tidak masalah ia ditatap rendah seperti tadi, namun Alin juga punya harga diri. Ia tidak akan membiarkan siapapun berani menginjaknya seperti sekarang ini.
"Oh, berani lu teriakin gue ?"
"Lu kira gue takut ? Gue gada salah apa – apa sama lu tiba – tiba lu ngatain gue kek tadi yha gue ga terima lah!"
"Lu tuh ga pantes ngomong ke gue, apalagi neriakin gue gini !Awas lu!!" Leon mengacungkan tinjunya pada Alin.
"Wheiss slow bro. Dia cewek. Bukan lawan lu." Cowok pirang di sebelah Leon itu menarik bahu Leon ke belakang.
"Ada apa nih." Seorang senior menghampiri mereka. Gilang Pradipta namanya. Senior yang tadi menghampiri Alin dan Diva.
"Dia ngatain gue bahkan hampir ninju gue kak."Alin menunjuk Leon yang masih ditarik Brian, cowok pirang itu.
Senior itu melihat ke arah yang ditunjuk Alin. Ia menatap Leon sesaat dan berpaling ke Alin.
"Kamu cari barisan lain aja. Yang waras ngalah."
Alin menatap tajam pada Leon, cowok itu masih ditarik oleh Brian. Alin menghembuskan nafas, kemudian menggandeng Diva untuk pergi dari tempat itu.
"Lu bilang apa tadi ? Maksud lu gue ga waras gitu ?"
"Ga usah belagu disini. Semua siswa sama, gaada yang di spesialin, termasuk lu." Gilang mengarahkan telunjuknya pada Leon, kemudian pergi meninggalkannya.
Leon menarik tubuhnya dari Brian.
"Santai dong, tegang amat muka lu."Brian menepuk pundak Leon.
"Bacot lu."
Dari kejauhan, Alin masih menatap Leon lekat – lekat. Bagaimana bisa cowok itu membentaknya padahal ia hanya tidak sengaja mendorongnya seperti tadi. Udah kayak orang PMS aja, pikirnya.
Upacara penerimaan murid baru berlangsung beberapa menit kemudian. Tiba waktu sambutan, barulah Alin mengerti mengapa cowok itu sensi padanya.
Adrian Leonardo, putra ketua yayasan sekolah, majikan ibunya.
***
THANKS FOR READING^^ JANGAN LUPA VOTEMENT <3
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIETRO [ ON GOING ]
Romansa"Cewek kayak lu ga pantes ngomong sama gue!" Hari ini Leon bisa saja berkata seperti itu pada Alin, anak dari pembantunya. Namun siapa sangka jika besok atau lusa ia akan bernasib sama dengannya? Ini bukan kisah tentang si miskin dan si kaya. Ini ki...