14. Membuka hati

149 25 4
                                    


“Baiklah, ini saatnya membuka hati untuk orang baru dan membuka lembaran baru tanpa masa lalumu”

^^^



Hari ini sudah terhitung satu bulan sejak pertama kali Siyeon berkenalan dengan Guanlin. Mereka semakin dekat karena Siyeon sering diajak Guanlin ke tempat Guanlin latihan basket dan Dance.

Sementara Jeno, dia mengikuti perkataan Siyeon untuk tidak saling mengenal lagi. Sakit memang, tapi mau bagaimana pun Jeno sadar dia sangat jauh jika dibandingkan dengan Guanlin, si pangeran dari keluarga Lai. Hidupnya tidak jauh berbeda dengan Renjun, lebih tepatnya Guanlin lebih diatas sedikit daripada Renjun.

Pagi ini, pemandangan yang sudah biasa Jeno lihat sebulan terakhir, dimana Guanlin dan Siyeon sedang sarapan bersama Guanlin di kantin fakultas. Tidak heran karna fakultas teknik dan fakultas seni & desain.

Jeno menghela nafasnya kasar lalu mencoba fokus pada laptop di hadapannya untuk presentasi hari ini.

"Woy, Jen"

Jeno mengalihkan pandangannya pada Hyunjin yang entah darimana sekarang duduk disampingnya.

"Apa?" tanya Jeno.

Hyunjin menunjuk Siyeon dan Guanlin dengan dagunya. "Lo gapapa kan?" tanya Hyunjin.

Jeno tersenyum, "Santai aja, gue udah biasa kok"

"Jangan sakiti diri lo sendiri, Jen. Kalau lo butuh tempat nangis ada gue, sama anak anak yang lain"

"Gue gak selemah itu"

"Heleh. Pas di rumah Renjun aja lo nangis sampe meler gitu" cibir Hyunjin diselingi tawanya.

"Mending lo urusin hubungan lo sama Heejin deh. Dia makin deket sama Eric tuh"

Mendengar ucapan Jeno, tawa Hyunjin langsung behenti "Biarin aja lah, udah putus juga"

Ketikan Jeno pada laptopnya berhenti mendengar penuturan Hyunjin. Matanya kini memandang sahabatnya sejak kecil tersebut.

"Kok bisa?"

Hyunjin terkekeh "Kayaknya waktu bucin gue udah selesai. Gue udah ikhlas kok Heejin balikan sama Eric"

Tangan Jeno terulur menepuk pundak sahabatnya mencoba menghibur Hyunjin yang memiliki nasib sama dengan dirinya.

><

Sepulang dari kampus, Guanlin dan Siyeon pergi ke mall. Guanlin janji pada Siyeon untuk mentraktir Siyeon di caffe miliknya karena tim basketnya menang dengan skor tinggi. Tentu saja Siyeon menerima dengan senang hati.

Guanlin membawa Siyeon ke caffe yang familiar. Caffe tempat Shuhua dan Jeno bekerja.

Shuhua yang melihat kehadiran Guanlin bersama Siyeon terkejut. Aneh, karena Shuhua tidak tau jika Siyeon dekat dengan Guanlin.

"Selamat sore, pak" sapa Shuhua.

"Sore. Tolong siapkan makanan dan minuman spesial lalu antarkan ke ruangan saya. Jangan terlalu lama karena calon istri saya sudah lapar" Ucap Guanlin.

Siyeon menepuk pelan pundak Guanlin mendengar ucapan Guanlin. "Apaan sih, Lin?"

Shuhua menatap Siyeon seperti meminta penjelasan. Siyeon mengerti, lalu melafaskan kata "nanti" tanpa suara.

Guanlin menarik tangan Siyeon lembut lalu membawanya keruangan pribadi milik Guanlin.

Ditengah perjalanan mereka berpapasan dengan Jeno yang seperti baru mengganti pakaiannya.

Jeno menunduk sebentar menunjukkan rasa hormatnya pada Guanlin lalu berlalu tanpa menyapa.

Ini yang membuat Jeno semakin merasa dirinya rendah. Guanlin adalah bosnya. Jeno mengikuti kata tukang parkir sekarang. Dia sangat tidak pantas untuk Siyeon, apalagi saingannya modelan Guanlin.


Tidak berselang lama, para pelayan di caffe milik Guanlin berdatangan sambil membawa nampan berisi makanan terspecial di caffe miliknya.

"Dimakan, kak. Ini recomended banget disini"

"Eh iya, Lin. Sebenarnya gue udah beberapa kali kesini. Dan Shuhua itu temen gue dari kecil" Siyeon mulai memasukkan makanan kedalam mulutnya.

"Shuhua? yang tadi nyapa didepan?"

Siyeon mengangguk.

"Lo temenan gak mandang kasta ya, kak. Jadi makin sayang gue" kata Guanlin diiringi kekehan kecil.

"Apaan coba. Shuhua baik kok enak  juga temenan sama dia"

"Gue juga sering ngobrol sama Shuhua, dia cewe terhebat yang pernah gue kenal"

"Kenapa gak didekatin?"

Guanlin tersedak mendengar ucapan Siyeon. Dia langsung mengambil minum dan meminumnya.

"Shuhua udah punya pacar, kak. Lagian gue sukanya sama lo doang. Shuhua udah kayak kakak kandung gue"

Sekarang gantian Siyeon yang tersedak, Guanlin buru buru memberi minuman pada Siyeon.

"Gue ke wc dulu ya, Lin"

Siyeon langsung meninggalkan ruangan Guanlin tanpa persetujuan dari pemuda tinggi itu.

Siyeon merasa pipinya memanas karena ucapan Guanlin. Sepertinya Siyeon akan membuka hati untuk Guanlin secepatnya.

















^^^
layarin gak nih - a/n

[1] Dua Asing Yang Pernah SalingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang