17. Menjalankan Rencana

129 25 1
                                    


"Membantu orang lain kewajiban, bukan?"

><


Jaemin, sudah tiba di kediaman keluarga Park sejak pukul 8.00 pagi. Padahal Siyeon sudah mengatakan pada Jaemin, jika kelasnya baru dimulai di pukul 9.30. Tapi tetap saja, Jaemin itu keras kepala.

"Ganggu mimpi gue aja, lo" ucap Siyeon saat mereka sudah melangkah keluar dari rumahnya.

"Mimpiin gue ya" ujar Jaemin dengan PD-nya. Siyeon langsung melayangkan sentilannya pada kening pemuda Na itu.

"Sakit, Yeon" keluhnya tapi tidak dipedulikan oleh Siyeon.

"Jaem, gue berangkat sama Guanlin aja. Lo duluan aja, ya" Ujar Siyeon setelah melihat ponselnya.

Kening Jaemin mengerut. 'apa-apaan', batinnya. "Tega lo. Gue udah nungguin lo dari jam 8 pagi, terus lo suruh gue berangkat sendiri".

"Bukan gitu. Guanlin barusan ngabarin, katanya ada yang mau di bicarain sama gue. Lo tau sendiri, kan gimana hubungan gue sama Guanlin sekarang, dia baik banget, Jaemin. Gue gak—

"Iya, lo gak mau nyia-nyiain dia dan gue sebagai Sahabat lo dari dulu harus dukung pendekatan lo sama dia. Yaudah, gue cabut" ucap Jaemin, kakinya langsung melangkah menuju sepeda motornya yang terparkir di depan pagar rumah Siyeon, dan berlalu meninggalkan rumah Siyeon.

Siyeon melongo melihat tingkah sahabatnya, aneh. Tidak lama kemudian, Guanlin tiba dirumah Siyeon. Tidak seperti biasanya, kali ini Guanlin membawa mobilnya, jarang sekali.

"Tumben bawa mobil, Lin"

Guanlin hanya tersenyum lalu membukakan pintu untuk Siyeon, setelah Siyeon masuk, Guanlin pun segera masuk ke dalam mobil dan pergi ke kampus.

"Tadi kayaknya ada yang barusan keluar dari rumah kakak? Siapa?"

Siyeon yang tadinya fokus menatap ponselnya beralih menatap Guanlin. "Oh itu, Jaemin".

"Jaemin? Temennya Jeno, kan?" tanya Guanlin lagi. "Maaf, Jeno siapa ya?" jawab Siyeon. Guanlin hanya terkekeh, tangannya mengusak pelan rambut Siyeon, lalu berujar dengan nada datar "Jangan macam-macam, kak. Lo punya gue"


^^^

Sore, ini. Sepulang sekolah, Jisung—adiknya Siyeon— mendatangi cafe milik Guanlin. "Oy, Jisung. Sendirian aja" Sapa Jeno pada adik mantannya.

"Eh bang Jeno. Beneran kerja disini, Jisung kira bang Guanlin bohong. Kosong gak, bang? Jisung mau ngajak ngobrol" ujarnya.

Jeno mengerutkan keningnya sebentar lalu melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. "Bentar lagi jam kerja gue habis, sih. Yaudah lo tunggu di dalam aja dulu, gue buatin milkshake"

Jisung mengangguk lalu melangkah masuk ke dalam cafe, sedangkan Jeno pergi menuju dapur.

"Loh, dek Jisung. Ngapain disini sendirian?" tanya Shuhua saat tidak sengaja melewati meja tempat Jisung duduk.

"Eh kak Shasha. Jisung nungguin bang Jeno, ada yang mau di bicarain" jawab Jisung lalu tersenyum hingga senyumnya menular pada Shuhua.

"Itu Jenonya udah datang. Kakak kerja lagi ya, dek" ucap Shuhua lalu pergi meninggalkan Jisung dan Jeno yang baru saja datang dengan segelas milkshake. Sebelum pergi, Shuhua sempat menepuk pundak Jeno.

"Nih dek, minum dulu, abang mau kerja lagi" Jeno meletakkan milkshake di atas meja lalu meninggalkan Jisung, melanjutkan pekerjaannya.

Jisung mengambil ponselnya setelah Jeno pergi. Sangat fokus bertukar pesan sampai tidak sadar Jeno sudah duduk di depannya dengan pakaian yang berbeda dengan tadi.

"Fokus banget, dek? ngechat pacar lo, ya?". Jisung gelagapan, tapi sebaik mungkin menutupi kepanikannya lalu menyimpan kembali ponselnya kedalam jas sekolahnya.

"E-enggak kok. Abang dari kapan disini?". Jeno melihat jamnya "Baru 2 menit. Lo mau ngobrolin apa?"

"Gak enak disini, bang. Di warnet aja, yuk. Sekalian main game" Jisung nyengir lalu bangkit dari duduknya diikuti Jeno meninggalkan mall.



















Sesuai permintaan Jisung, Jeno melajukan vespanya menuju warnet terdekat. Setelah memesan rental komputer untuk 2 jam, Jeno dan Jisung mulai memainkan game dalam dengan tenang.

"Mau ngobrolin apa dek? daritadi lo fokus ke game terus" celetuk Jeno di akhir permainan.

"Oh itu, gue mau ngomongin tentang kak Siyeon" Jeno terdiam. Menunggu Jisung melanjutkan ucapannya.

"Sebenarnya, gue lebih suka kak Siyeon sama lo, bang. Kak Siyeon selalu seneng kalau sama lo"

Jeno terkekeh "Dia udah punya Guanlin, dek. Dia juga bahagia noh sama Guanlin. Guanlin jauh diatas gue, gue bukan apa apa kalau dibandingin sama dia. Lagian Siyeon juga gak mau kenal sama gue lagi, buat apa?"

"Terus abang mau? Bang, Jisung tau betul gimana kak Siyeon. Dia masih sayang abang, tapi gengsi dia juga terlalu tinggi buat ngungkapin apa yang dia rasain. Jisung gak minta banyak hal, sih. Kalau memang bang Jeno masih mau merjuangin kak Siyeon, Jisung siap bantu abang dapatin kak Siyeon lagi".

Jeno menatap kosong layar komputer didepannya. Tawaran bagus, Jeno masih sangat menyayangi Siyeon. Tapi, Jaemin, bagaimana. Astaga, kepala Jeno ingin pecah rasanya.

Lamunan Jeno terhenti saat ponsel Jisung berbunyi dengan sangat kerasnya disamping Jeno. "Bang, gue cabut duluan, ya. Mau les. Kalau terima penawaran gue, langsung hubungin gue" ucap Jisung lalu pergi meninggalkan Jeno di warnet.




























^^^
/emot bulan - a/n

[1] Dua Asing Yang Pernah SalingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang