Aku memutar dua bola mataku malas. Saat menatap layar ponsel ayah menampilkan satu nama yang hanya tiga huruf DRH. Aku sangat yakin sekali nama itu hanya singkatan, entah apa kepanjangannya.
Lalu aku mendengar langkah kaki bergegas mendekat ke arah ponsel yang berdering, sudah bisa di tebak siapa orang itu dia ayah. Dengan langkah yang semakin mendekat aku melakukan aksi pura-pura sibuk memainkan ponsel entah apa yang aku scrool yang penting terlihat sibuk memainkan ponsel.
Aku melirik sekilas menatap ayah mengangkat telepon itu. Suara rendah dan lembut terdengar halus sehalus sutra seperti nada manusia yang kasmaraan. Aku sudah biasa mendengar suara ayah selembut itu. Mungkin sudah sering aku mendengarnya. Sampai-sampai aku muak sendiri mendengarnya. Jengah! Banget!
Aku tersenyum kecut dan pahit. Dalam hati aku berdoa dengan mengumpat : Semoga dia cepat ke neraka. Semoga orang yang bernama DRH itu mati dengan cara mengenaskan! Entah dia mati di tangan psikopat ataupun kecelakaan yang membuat tubuhnya tak dapat di kenali lagi. Apapun itu aku hanya ingin orang yang di balik nama DRH itu tersiksa dulu sebelum mati, dan di siksa dengan sesungguhnya di neraka. Ku berdoa semoga dia kekal di dalam neraka.
Doa dan sumpahku terdengar jahat yaa? Gapapa. Aku menyukai doa itu. Kata orang ucapan adalah doa. Aku sering mengucapkannya setiap kali si DRH itu menelpon atau mengirim pesan.
Kiriman pesannya yang tak bisa di pahami selain ayahku dan si DRH itu sendiri.
4kt. Itulah awal percakapan pesannya. Entah apa arti dari 4kt itu. Yang jelas aku membencinya. Sangat.
Bagaimana aku bisa percaya dengan cinta? Sedari kecil aku sudah di perlihatkan tentang betapa seramnya cinta. Cinta hanyalah racun. Siapapun orangnya kalau dia mengenal cinta dia akan menjelma jadi bego. Bagiku cinta semacam lingkaran setan yang sudah seharusnya manusia hindari. Mengenal cinta sama saja mengenal neraka.
Aku tidak bermaksud untuk mecuci otakmu agar membenci dan tidak mempercayai cinta seperti aku. Jika kamu ingin mempercayai cinta itu ada. Silahkan saja.
Kalau aku, aku tetap berpegang teguh dengan ketidakpercayaanku terhadap cinta. Pembalajaran dari kecil hingga kinilah, yang membuatku menarik kesimpulan bahwa tidak ada cinta di dunia ini.
Seseorang pernah bertanya padaku.
"Kenapa kamu tidak mencoba untuk jatuh cinta?"
"Aku masih waras itu sebabnya aku tidak ingin jatuh cinta. Sama seperti manusia yang disuruh milih agama, sebut saja aku adalah golongan eties. Jika golongan eties terhadap agama tidak percaya adanya agama. Aku golongan eties yang tidak percaya dengan adanya cinta." Jawabku.
Apa aku terlalu berlebihan bila bilang aku sudah tidak percaya dengan cinta? Dari kecil aku di ajari secara otodidak tentang ajaran cinta yang memuakkan. Semacam kotoran. Cinta begitu menjijikan mengotori otak manusia. Sekali lagi kamu bebas memilih. Percaya cinta ataupun tidak. Itu hak mu. Aku hanya berbagi prespektif dari pelajaran hidup pahit yang telah mengikatku. Terjerat. Semoga tidak sekarat.
Aku baik-baik saja jika kalian tanya apa kabar. Begitulah manusia. Entah aku tak ingin berbasa-basi atau hanya ingin menutupi yang bohong. Sudah kubilang kan manusia itu munafik.
Oh iya kamu belum tertidur?
Jika aku ceritakan kelanjutan dari dongeng sang gadis yang terkurung di kastel terkutuk. Bagaimana? Ku harap kamu mau membacanya.
Tarik napasmu, pejamkan sebentar matamu. Tersenyum. Dan mari kita mulai.
Dia menatap teliti lebih terlihat mengamati. Mengamati sesuatu yang ingin ia tolak kenyataanya. Perempuan yang masih asing untuk ia lihat sedang bercengkrama di ruang tengah dengan bapanya. Terlihat hangat dan menyenangkan.
Beberapa menit yang lalu ia di perintah bapanya untuk menyalimi perempuan asing itu. Demi perintah bapanya dia menyalimi perempuan yang baru ia temui pertama kali itu dengan sopan. Tak berlangsung lama, karena setelah menyalimi, sang gadis naik ke atas menuju kamarnya. Sebesar apapun rumah ini, tempat ternyamannya tetaplah kamar.
Dari lantai dua, diam-diam ia masih menyaksikan. Lalu telinganya ia tajamkan. Sampai akhirnya dia mendengar bapanya dan perempuan itu saling melontarkan kata 'sayang'
Gadis itu ingin menganggap bahwa apa yang ia dengar itu adalah salah. Tapi itu terlalu lantang jika hanya dianggap kesalahan. Telinganya tak banyak mendengar dunia luar seharusnya telinganya masih sehat, bukan? Ia tak mungkin salah dengar. Tapi mengakuinya juga bukanlah suatu keinginannya. Ini sangat menyakitkan.
Yang ia tahu dan pelajari dari buku dongeng, ungkapan kata sayang hanya untuk orang yang berarti dan spesial dalam hidup seseorang ungkapan sayang sama kerjanya dengan ungkapan kata cinta. Jadi apa bagi bapanya perempuan asing itu sangat berarti oleh bapanya.
Apa ibunya tahu akan ini? Bagaimana perasaan sang ibu saat tahu fakta mengerikan ini?
MIMPI BURUK!
Ia pikir, hubungan adalah sakral seperti pernikahan. Tidak boleh ada yang mengganggu. Rumusnya seperti hitungan matematika satu tambah satu sama dengan dua. Tidak ada istilah satu tambah satu sama dengan tiga. Ia percaya pada rumusan pertama. Tapi hari ini ia mulai meragukannya. Apa yang benar adalah rumus kedua? Bahwa rumus pertama adalah kesalahan yang terus menerus dipelajari manusia. Apa cinta sama dengan rumus yang kedua dalam rumus matematika barusan? Bahwa yang sebenarnya satu tambah satu itu adalah tiga bukan dua. Siapa yang sebenarnya benar dan salah?
Apapun itu. Semenjak hari ini ia medengar semuanya. Rasa percayanya terhadap cinta sama dengan setia mulai memudar. Kepercayaannya mulai menghambar. Dan tentang dongeng-dongeng bahagia yang sering ia baca ia perlahan tidak percaya. Bahwa tidak ada pangeran berkuda yang akan menjemputnya dari kastel ini. Tidak akan ada pangeran yang hanya mencintai satu putri. Karena para pangeran mengambil rumus matematika yang kedua sedang para putri mengambil rumus matematika yang pertama.
Jadi siapa yang terluka? Sang Pangeran atau sang Putri? Atau yang sebenar-benarnya menjadi korban adalah orang yang menyaksikannya.
Tersadar. Dunia bukan dongeng. Sadar. Tak ada pangeran yang mau menjemput dengan berkuda untuk membawaku pergi dari kastel terkutuk ini. Lirihnya dalam hati.
Barangkali ia sadar bahwa ternyata selama ini dia terbuai oleh cerita manis dongeng yang ternyata mengandung nikotin tinggi, akibatnya candu. Fatalnya jadi mabuk. Di vonis jadi gila. Ironis dan kronis.
Pertanyaannya : Setelah kejadian itu, apa sang gadis masih percaya dengan keberadaan cinta itu ada?
🌛🌛🌛
27.07.20
PUKUL : 00.00
KAMU SEDANG MEMBACA
Dongeng 00.00
Short StorySangat sadar aku membenci cinta. Aku tak mempercayainya. Cinta bagiku semacam ajaran sesat yang mengotori pikiran manusia. Sedari kecil aku sudah di kelilingi keabuan. Terkurung dalam sebuah cangkang nyaris tak punya teman. Untuk tersenyum seperti...