SMA Rakuzan
Pagi itu Kuroko, Akashi, Kise, Aomine, Midorima, Murasakibara dan Momoi mereka bertujuh sedang menuju ke kantin. Sesampainya di kantin mereka mencari makanan kesukaan mereka masing-masing. Setelah mereka mendapatkan makanan masing, mereka menuju tempat duduk yang kosong.
"Ah... kue Vanila kesukaan ku habis, tadi aku tidak sempat mengambilnya" rengek Kuroko. Kemudian Akashi mengambil sesuatu dari sakunya "Ini ambillah, aku tidak suka makanan manis" kata Akashi.
"Terima kasih Sei-kun" jawab Kuroko sambil tersipu malu.
"Wah.wah..Akashi begitu perhatian sekali pada Tetsu" goda Aomine.
"Hmm, tidak juga aku hanya kebetulan melihat kue itu dan mengambilnya" jawab Akashi dengan tampang yang cool.
"Haha..jangan berbohong Akashi-chii, jika itu hanya kebetulan, tidak mungkin kau mendapatkan kuenya setiap hari, karena untuk mendapatkan kue tersebut tidaklah mudah, kita harus mengantri terlebih dahulu lagi pula orang juga banyak yang menyukai kue itu. Jadi harus butuh pengorbanan besar untuk mendapatkannya" kata Kise yang berbicara panjang lebar.
"Hn... itu sudah menjadi kebiasaan ku" jawab Akashi dengan wajah yang sedikit memerah karena malu.
" Hey kalian berdua, sudahlah hentikan menggoda Sei-kun, kasian tahu" kata Kuroko.
"HAHA.. kami hanya bercanda Kuroko-chii/Tetsu" jawab Kise dan Aomine kompak.
"Kise-chin, Aomine-chin, kalian berdua sangat berisik" ungkap Murasakibara sambil memakan maubo kesukaannya.
"Sudahlah! bisakah kalian diam dan memakan makanannya dengan tenang" kata Midorima yang turut angkat bicara.
Mendengar perkataanya Midorima mereka pun kembali tenang.
"Baik" jawab mereka kompak dan hanya dibalas anggukan oleh Kuroko. Akhirnya mereka melanjutkan makanan dengan tenang, setelah selesai makan mereka kembali kelas.
Tiba waktunya pulang sekolah. Mereka keluar dari kelas dengan serempak, sesampai di depan sekolah, karena arah pulang mereka berbeda akhirnya mereka pun berpisah, hanya Kuroko dan Akashi yang pulang bersama karena rumah mereka searah.
Selama perjalanan pulang Kuroko selalu mengajak ngobrol Akashi yang hanya di jawab dengan "hn", "ya", "tidak" dan anggukan, maklum karena Akashi orang yang cuek tetapi sebenarnya Akashi memikiki hati yang lembut.
Pembicaraan mereka berdua terhenti karena fokus Akashi sekarang berhenti pada sebuah toko yang menyediakan perlengkapan basket.
Mata Akashi sekarang hanya tertuju pada sebuah sepatu basket bewarna biru muda yang diletakan di depan toko tersebut. Ukiran di sepatu itu sangat indah serta bentuknya yang fleksibel, ya sepatu itu memang sangat bagus karena merupakan limited edition.
Setelah melihat harga pada sepatu itu, Akashi mengurungkan niat untuk membeli sepatu tersebut.
"Wah sepatu itu bagus sekali ya Sei-kun, sepatu itu sangat cocok untuk mu" kata Kuroko dengan mata berbinar.
"Iya, sepatu itu sangat bagus" jawab Akashi.
"Kau tidak ingin membelinya Sei-kun?" tanya Kuroko.
"Tidak, lebih baik uangnya untuk biaya rumah sakit ibuku saja" jawab Akashi dengan raut wajah yang sedih.
"Ayo kita pergi Tetsuya" ajak Akashi. Melihat itu semua, Kuroko merasa sedih tetapi dia memiliki ide yang bagus.
"Kau pulang duluan saja Sei-kun, aku masih ada urusan" kata Kuroko.
"Hm, baiklah. Aku pulang duluan, hati-hati" jawab Akashi.
Akashi pun pergi semakin menjauh dan sosoknya pun tidak terlihat lagi. Melihat Akashi sudah pergi Kuroko pun melaksanakan idenya. Kuroko masuk ke toko tersebut dan menghampiri pemilik toko.
"Permisi ada yang bisa saya bantu?" kata pemilik toko dengan ramah.
"Begini pak, maaf sebelumnya saya datang kesini untuk memesan sepatu itu tapi, sayangnya saya belum mempunyai uang yang cukup untuk membelinya. Bisakah bapak menyimpankan sepatu tersebut untuk saya, sampai saya mendapatkan uang yang cukup." kata Kuroko sambil memohon dengan kedua tangannya.
Dengan wajah yang sedikit bingung pemilik toko itu ingin menolak permintaan Kuroko.
"Maaf nak, saya tidak bisa membantu mu karena banyak sekali orang diluar sana yang menginginkan sepatu itu dan mau membelinya secara langsung" jawab bapak sang pemilik toko.
"Saya mohon pak, tolonglah sekali ini, saya ingin sekali membahagiakan orang yang berharga bagi saya dengan membelikan sepatu itu untuknya" kata Kuroko dengan nada yang lirih.
Mendengar penjelasan dari Kuroko bapak itu pun akhirnya mengabulkan permintaan Kuroko.
"Kalau begitu baiklah. Saya akan menyimpan sepatu itu untukmu, tapi harus diingat secepatnya mengambil sepatu itu, jika tidak aku akan menjualnya kepada pembeli yang lain" kata bapak si pemilik toko.
"Iya pak, tentu saja saya akan berusaha secepatnya untuk menebus sepatu itu. Terima kasih banyak pak, kalau begitu saya permisi untuk pulang" kata Kuroko dengan sangat senang sambil membungkukan badannya.
"Sama-sama" jawab bapak si pemilik toko.
Akhirnya Kuroko pun pulang menuju kerumahnya dengan perasaan yang senang. Malam harinya Kuroko masih sibuk menghitung uang tabungannya di kamar.
"Hm.., masih belum cukup uangnya, bagaimana supaya aku bisa mendapatkan uang yang cukup ya?" keluh Kuroko dalam hati.
Meskipun Kuroko orang yang cukup berada, tetapi dia tidak mau merepotkan kedua orangtua nya.
"Yeah, aku memiliki ide yang bagus" kata Kuroko sambil menjentikan jarinya.
Kuroko memiliki ide bagus untuk bekerja paruh waktu sesudah pulang sekolah. "Baiklah aku akan mencoba mulai mencari pekerjaan besok" gumannya.
Setelah mendapatkan ide, Kuroko pun bersiap untuk tidur. "Selamat malam" ucapnya.
Kemudian Kuroko pun tidur dengan nyenyak tanpa tau kenyataan yang akan dihadapinya esok hari.
.
.
.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Flowers [ END ]
RomanceHidup Kuroko Tetsuya berjalan dengan sempurna, namun semua itu tidak bertahan lama ketika sahabat kecilnya datang kembali dalam kehidupannya dan merebut semua yang dimilikinya. ~~~ Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi. Fanfic ke 1 : Last Flowers by...