Aku mundur, karena aku tahu diri.
Aku dan kamu bersal dari kasta yang berbeda.
«««Nadine mengikuti kata-kata Nenek sambil tersenyum.
Davin menatapnya dalam-dalam, mengusap alisnya pusing, kemudian berkata kepada Neneknya.
"Nenek salah paham, dia teman sekolahku, bukan pacarku."
Beberapa menit Nenek membeku, lalu menatap Davin dan pada saat yang sama menatap Nadine juga. Akhirnya dia kehilangan ekspresi bahagia di wajahnya. Nenek membuka mulutnya dan bertanya pada Nadine.
"Nadine, benar?"
Davin membantahnya, sehingga Nadine malu untuk mengatakan yang sebenarnya, jadi dia tersenyum.
Ketika nenek melihat Nadine tersenyum dan tidak menjawab, dia tahu bahwa dia telah salah paham, Nenek sedih dan sedikit malu. Dia mengambil tangan Nadine dan meminta maaf.
"Maaf, manis. Ini pertama kalinya Davin membawa perempuan ke rumah. Nenek sangat senang."
Nadine tersenyum manis dengan mata tertunduk, suaranya lembut dan berkata. "Tidak apa-apa Nek."
Davin mengganti topik pembicaraan untuk mengatakan sesuatu yang lain.
"Nenek, aku akan membawamu ke Rumah Sakit untuk diperiksa."
"Tidak usah. Tadi Nenek sudah diperiksa sama Dr. Liam."
Dokter Liam adalah seorang dokter yang mengobati memar di sekitar tubuh Nenek dan bisa dikatakan obatnya cukup bagus.
Davin berpikir sejenak, masih merasa tidak nyaman dan berkata. "Ayo pergi ke Rumah Sakit."
"Tidak usah." Wanita tua itu tertekan dengan uang dan dengan tegas menolak untuk pergi.
Melihat ini, Nadine membujuk dengan suara lembut.
"Nenek, periksa ya. Kalau Nenek tidak pergi Kak Davin akan khawatir. Kalau keadaan Nenek semakin parah maka biaya Rumah Sakitnya juga mahal Nek. Lebih baik periksa sekarang yah Nek."
Nadine membujuk wanita tua itu dan akhirnya mau pergi ke Rumah Sakit untuk diperiksa.
Davin melangkah maju untuk membantu Neneknya, Nadine juga membantunya. Tapi, terdengar suara perempuan dari belakang.
"Vin, biarkan aku yang mengurus Nenek. Biasanya kan aku yang merawat Nenek."
Nadine membeku dan menoleh, hanya untuk memperhatikan bahwa ada dua orang lain di ruangan itu. Seorang wanita paruh baya dan perempuan yang seusia dengannya, tampak seperti seorang ibu dan anak perempuan.
Nadine memandangi gadis di depannya. Nadine tidak bisa menahan untuk melihat Davin.
"Kakak?"
"Bukan," jawab Davin.
Gadis itu dengan cepat memperkenalkan dirinya.
"Namaku Lilis. Kami tinggal di sebelah rumah Davin. Biasanya Nenek selalu ke rumah kalau Davin ke sekolah. Aku juga sering menemani Nenek di rumah."
Nadine mengerti, ternyata mereka adalah tetangga Davin.
Nadine melihat Davin, dia terlihat tidak nyaman dengan pekataan Lilis.
Mulutnya sedikit menegang, sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, gadis itu tiba-tiba mendorongnya, dan kemudian menopang Nenek Davin sendiri. "Nenek, biarkan aku membantumu."
Nadine mundur ke belakang dan mengerutkan kening.
Davin balas menatapnya, dia marah dan menatapnya dengan tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
DAVIN {Slow Update}
Fiksi Remaja[On Going] Semua orang mengenal Davin dengan baik. Di dunia ini, mungkin tidak akan ada seseorang yang bisa menaklukkan hatinya. Bahkan gadis paling cantik di sekolah pun dengan dingin ia tolak. Sampai suatu hari, ketika ada pertandingan bola basket...