Sesuatu - Kedua

1K 101 19
                                    

2 januari 2015.

happy new year.... :*) (walau telat)

~~Sesuatu kedua ~~

"Puas, saya di judge seperti itu oleh orang-orang tadi?” tenang Rori berbicara, tanpa tersirat emosi sedikitpun. Namun tetap saja, bagi Minzi nada suara itu benar-benar menakutkan. Seseorang yang berwajah datar tanpa ekspresi menurutnya sangat menyeramkan tak bisa di tebak. Saat di bandara tadi Rori langsung menghampiri Minzi, merasa tak nyaman karena opini dan gunjingan dari sekeliling yang ditujukan padanya. Lalu menarik lengan Minzi  sambil membawakan kopernya tanpa ada kata-kata yang keluar sedikitpun dari bibirnya. Seperti diseret, Minzi sedikit kesulitan menyamakan langkah Rori yang cepat dan lebar karena masih memakai high heels.

Minzi lebih memilih diam, tak menjawab perkataan Rori. Dia hanya menunduk merasa sedikit bersalah dengan kejadian tadi.  Nampaknya ide konyol darinya benar-benar membuat Rori geram. Minzi sadar apa yang telah dilakukannya benar-benar gila. Bertemu dengan orang asing yang meneriakimu untuk bertanggung jawab dengan sesuatu yang tidak pernah dilakukan benar-benar suatu yang menyesalkan. Minzi sadar itu. Tapi apa yang akan dia lakukan jika tak bergantung dengan Rori? Berkeliling lombok untuk mengemis meminta bantuan? Tidak, itu tidak akan pernah dia lakukan. Menurutnya, seperti ini lebih baik, plus bonus untuk mengenal Rori lebih dekat. Minzi yakin pria di sebelahnya ini adalah pria yang baik.

Mereka sedang dalam perjalanan menuju sebuah resort yang ada di daerah pantai sekotong. Pantai ini terletak di Kabupaten Lombok Barat, tepatnya di Kecamatan Sekotong. Dari Kota Mataram Pantai Sekotong berjarak sekitar 60 kilometer. Pantai ini dikelilingi oleh kawasan perbukitan yang melingkar tak jauh dari pinggir pantai. Lautnya berair biru dan pantainya berpasir putih. Itulah kenapa Rori suka sekali berkunjung ke tempat ini.

Dia sudah membayangkan akan mendaki bukit lalu menikmati pemandangan pantai Sekotong dari atas bukit, sepuasnya. Rori memang amat menyukai laut, itulah kenapa dulu saat Ayahnya meminta untuk masuk dalam akademi yang sama seperti ayahnya, Rori tak menolak. Antusias karena memang tertarik dengan laut dan juga tidak ingin mengecewakan ayahnya. Rori sering sekali diam sambil memandangi air laut. Air laut yang tenang membuat hatinya tenang dan meneduhkan, seperti bercermin. Rori seperti melihat dirinya sendiri, dirinya yang lain, seperti mengingatkan dirinya agar tidak pernah berubah menjadi orang lain dalam keadaaan apapun. Ombak-ombak dilautan yang bergelung-gelung bagai sahabat yang menyambutnya kala ia datang ke laut.

Rori menengok ke arah seorang wanita disebelahnya, dia sadar, liburannya kali ini tidak sendiri. Ada wanita aneh yang menurutnya akan merepotkan dirinya. Rori kembali menatap ke depan, ke arah jalan sambil menghembuskan nafas lelah. Liburan kali ini pasti sangat melelahkan. Padahal niatnya berlibur, adalah menghilangkan kepenatannya selama bertugas, ditambah lagi pikirannya yang dipenuhi dengan permasalahan adik dan ayahnya yang masih saja genjatan senjata hingga saat ini. Seharusnya liburan kali ini bisa membuatnya berpikir jernih, mencari cara agar ayah dan adiknya rukun kembali, namun malah mendapat permasalahan baru. Bertemu dengan wanita aneh.

***

Menjelang maghrib mereka sampai di resort. Perjalanan dari Mataram menuju resort memakan waktu dua jam. Hening, hanya ada kebisuan yang terjadi diantara mereka selama perjalanan.

 “Selamat datang pak Rori,” sapa petugas resort saat mereka sampai di lobby. Rori hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman datar sebelum berjalan gontai menuju counter reception. Senyum riang petugas reception begitu lebar saat  melihat sosok Rori yang datang. “Selamat datang pak Rori.” Dan senyumnya sedikit memudar saat melihat sosok Minzi yang muncul di belakang Rori.

Sesuatu di LombokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang