27. Have a Good Day, Babe

4.2K 467 160
                                    

Poin ketujuh : i'm sorry, have a good day in heaven, Fe.

Felix gak bakal ninggalin kamu.

Perkataan kakaknya kemarin malam bagai sirene yang berulang kali berputar di kepalanya.

Changbin merasa naif jikalau dia percaya pada perkataan kakaknya. Faktanya, Changbin sendirian lagi.

Felix yang kemarin bilang akan menemani Changbin sekolah lagi, pagi ini Ibunya bilang kondisi Felix sangat tidak memungkinkan untuk beranjak dari ranjang.

Tadinya dia berniat bolos, tapi Felix mengirimnya voice note lewat ponsel Ibunya yang berkata,

"Lo sekolah, kalo bolos siang nanti gak boleh kesini. Kalo masih keras kepala nanti gue bawa satpam buat jagain depan pintu biar lo gak bisa masuk."

Yang membuat nyalinya ciut. Membuat stang motornya berbelok lagi kearah sekolah.

Changbin di sekolah pun nyawanya setengah melayang, pikirannya tidak fokus yang membuatnya beberapa kali di tegur guru.

Mati-matian dia menahan diri untuk tidak mengambil surat izin pulang di ruang piket yang ada di lobby sekolah, kalau saja Minho tidak menahannya.

Minho bilang sabar, dan terus berkata kalau Felix bakal kecewa kalau Changbin lebih memilih skip kelas.

Meskipun Minho sudah berkata demikian, hatinya sama sekali tidak bisa tenang. Berkali-kali melirik ponselnya berharap Felix mengabarinya atau apa, namun hasil yang di dapat nihil.

Sedari tadi notifikasi hanya dari game online serta aplikasi dengan ikon burung warna putih.

Padahal Changbin berharap Felix memberinya chat meskipun hanya satu kata, dia ikhlas. Hatinya beneran tidak bisa tenang sedari tadi.

Maka, ketika bel pulang berbunyi Changbin tanpa menunggu lama lagi keluar dari kelas. Bahkan guru yang kebagian mengajar jam terakhir di kelasnya masih ada sewaktu Changbin keluar.

Pikirannya sekarang hanya ada Felix, Felix dan Felix.

Firasatnya buruk, dan Changbin benci mengakuinya.

.

.

Dan benar saja, setibanya di ruangan Felix dia bisa melihat kedua orang tua si manis yang sedang terduduk dengan raut cemasnya.

Changbin lantas berlari, menghampiri keduanya dengan langkah tergesa. Hanya ada mereka berdua disana, Changbin mulai merasa tidak enak.

"Kenapa Om sama Tante di luar?" Changbin menunjuk pintu yang tertutup rapat dengan telunjuknya. "Felix sendirian nanti,"

Perempuan berumur tiga puluhan akhir itu menggeleng lemah, sapu tangan yang menutupi mulutnya semakin di tekan.

Changbin benar-benar tidak paham, apalagi ketika Ayah Felix memeluknya erat sambil menepuk pundaknya beberapa kali.

Kedua tangannya menggantung di sisi tubuhnya sendiri, ingin balas memeluk tapi Changbin tidak paham dengan situasinya sekarang.

Shoot! [changlix] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang