O5. Marahan

5.3K 1K 117
                                    

"Zibran,"

Changbin menghentikan laju langkahnya ketika merasa tasnya di tarik, pelaku penarikan sendiri adalah Felix. Dengan wajahnya yang memelas, Felix menatap Changbin tidak enak.

"Hm?"

"Gue minta maaf."

Changbin tidak mengerti, Felix berbuat salah apa padanya? Jelas-jelas sejauh ini seharusnya dia yang meminta maaf pada Felix, bukan malah sebaliknya. Yang banyak dosa di sini itu Changbin, bukan Felix.

"Minta maaf perihal apaan?"

Raut wajah Felix semakin tidak enak, raut wajahnya seperti orang yang menahan buang air besar selama tiga hari. Sepet.

Jemari pendek itu mulai menarik tasnya kedepan, Felix membuka resleting tasnya dan mengambil benda pemberian dari Changbin kemarin siang. Mainan cicaknya sudah Felix buang jauh-jauh, kini hanya tersisa pecahan wadah parfum di tempat bulat itu.

"Serius, gue minta maaf."

Changbin speechless. Dia menatap sayu pada pecahan parfum di wadah bulat itu, mau marah juga tidak bisa. Changbin sadar, harusnya dia tidak perlu menambahkan hadiah tambahan diatas wadah parfum mahal itu.

Jadi begini kan akibatnya.

"Zibran," Changbin mendongak. Menatap langsung pada binar sendu Felix. "Maaf," lanjutnya penuh sesal.

Marah jangan? Tapi Changbin tidak tega kalau memarahi Felix.

"Hm."

Hanya itu yang mampu keluar dari bibirnya. Changbin sadar kalau nada bicaranya lebih dingin dari biasanya, tapi itu bukan kemauannya sendiri. Jiwanya emosi, tetapi hatinya menjerit untuk tidak memarahi Felix saat itu juga.

Jadi Changbin hanya mengambil alih wadah bulat itu dan tanpa banyak bicara, dia membuangnya tepat ke tempat sampah di samping tubuh kecil Felix.

Duit satu juta gue....

"Minggir."

Tubuh kecil itu bergidik saat suara berat Changbin memenuhi telinganya, ini bukan Changbin yang konyol, ini sisi Changbin yang sebenarnya. Dan Felix kembali menghadirkan sisi Changbin yang dingin.

"Gak mau."

"Minggir Fe."

"Gak mau."

Bruk!

"Zibran sakit..." Felix meringis ketika Changbin menyentakan tubuhnya ke tembok terdekat, pundaknya berbenturan langsung dengan kerasnya dinding koridor.

Mungkin, kalau ini mode Changbin yang ceria, dia sudah berlutut di hadapan Felix untuk meminta maaf. Tetapi ini bukan Changbin yang itu, ini mode Changbin yang dingin, jutek, dan galak. Bukannya meminta maaf, Changbin malah berlalu begitu saja tanpa mengucapkan apapun lagi pada Felix.

"Zibran!"

Changbin pura-pura tuli.

"Zibran!"

Changbin acuh.

"Zibran Birawa Prabata!"

Changbin menendang tong sampah yang dia lewati sampai terdengar bunyi klontang yang nyaring juga isinya yang berhamburan kemana-mana. Felix tertegun di tempatnya, pandangannya sendu namun ada setitik rasa takut yang terpancar dari manik indah itu. Ini bukan Changbin yang dia tahu, ini bukan Changbin yang konyol dengan segala guyonan garingnya, ini sosok Changbin yang asli. Changbin yang dingin, datar, jutek dan keras kepala. Felix menunduk takut, tidak berani menatap langsung pada manik elang Changbin yang memandangnya emosi.

Shoot! [changlix] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang