O4. Pentas Seni & Parfum

6.2K 1K 190
                                    

Sehabis istirahat kedua, kelas Felix mendadak rame gara-gara pelajaran seni budaya yang mengharuskan satu kelas membuat drama dengan tema bebas. Ibu cantik yang mengajar hanya masuk sebentar lalu memberi intruksi apa yang harus di siapkan dan di laksanakan, setelah itu beliau keluar dan membiarkan anak-anak untuk berdiskusi menentukan tema yang mau di ambil.

"Judulnya mending 'Cintaku yang terhalang oleh ruang dan waktu.' gimana?"

"Sampah abis!" koor satu kelas. Setelah itu siswa yang bernama Bayu itu merenung di pojokan kelas, pundung.

"Gimana kalau 'dendam bawang putih.' judulnya?" Seungmin buka suara.

"Jalan ceritanya?"

"Kita ambil cerita bawang putih yang asli, rombak sana-sini trus tambahin dari scene film terkenal." Jeongin nambahin, efek anak kembar kali ya. Pikirannya nyambung satu sama lain.

"Boleh," Jeongin tersenyum puas. Sudah jelas kali ini yang menjadi penulis naskah si kembar ramel.

"Yang jadi bawah putih?" tanya si ketua kelas. Pandangannya menyapu keseluruh wajah warga kelas. "Mukanya harus setengah suram setengah garang, yang cantik tapi."

"Felix lah! Yang paling cantik di sini cuman dia,"

"Kok gue?" Felix, yang sedang anteng makan makroni ngehe level 3 keselek dramatis. Mukanya merah megap-megap mengambil napas dan sibuk menepuk dadanya sendiri. "Gue kan cowok, masa mau pake wig!?"

"Tapi lo cantik, pokoknya fiks Felix yang jadi bawang putih. Gak bisa di rubah. Dan buat bawang merah mending si Jias,"

"Ko Jias, sih?" yang bernama Jias misuh di bangkunya sendiri. Mukanya jelas tidak terima kalau dia kebagian peran sebagai bawang merah. "Jias gak bisa akting jahat."

"Iya sih, lo jagonya jadi sesi dokumentasi." Si ketua kelas menyaut lagi. "Oke, ganti. Yang jadi bawang merah si Nancy, pas banget tuh muka jahat."

Wirga Aksian —sang ketua kelas, menepuk meja tiga kali. Menuruti gaya hakim di sidang-sidang yang ada di televisi, kalau sudah ketok palu mau protes sekeras apapun, keputusan ketua kelas tidak akan goyah. Kalau sudah itu ya itu, dia orangnya konsisten.

—Wirga Aksian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wirga Aksian.—

"Sisanya nunggu naskahnya beres aja ya, ntar tinggal kita bagi-bagi peran."

Semua kepala di kelas IPA 3 itu mengangguk patuh, Woojin punya aura alami sebagai ketua. Orang-orang akan menuruti perintah yang keluar dari mulut ketua kelas itu. Dia juga bijak, orangnya tidak gampang terpancing emosi, pokoknya Woojin itu paket komplit.

"Buat yang gak kebagian peran, nanti main di belakang panggung." kata Woojin. "Ada yang keberatan?"

"Enggaa." koor semua murid.

Shoot! [changlix] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang