kalimatmu sudah mencapai ajalnya tuan, lalu, kemana kau akan berlari? atau kau akan bersembunyi? dimana?.
kau gemetar diantara larik kenanganmu, ketakutan, tersudut oleh opini asmara yang kau bangun dalam logikamu. membisu, terpaku menatap keras waktu yang memandangmu dengan sinisnya,"hey mau sampai kapan?."
detik demi detik terus berjalan selaras melihatmu yang hanya berputar disebuah roda, lalu tenagamu habis sedangkan kamu belum selangkahpun bergerak dari kata melupa.tuan, istirahatlah.
aku ini adalah cerita yang kau bangun untuk menjadi masa lalumu, aku adalah cerita yang kau bangun lalu dijatuhkan untuk menjadi kenanganmu.
aku adalah orang yang kau bangun, lalu, kenapa kau lari, tuan?.
seharusnya aku yang mengutuk sumpah serapah cintamu, bukan?.bersantailah,
kau hanya perlu berdamai, tak perlu berlari, sedikit demi sedikit kenang akan membias menjadi kerinduan, tak perlu bersekongkol dengan melupa, kamu hanya perlu menerimanya.diparagraf barumu, mungkin peranku adalah pembaca. diantara jalan cerita dan judul judul barumu, sajak sajak serta puisi, aku akan senantiasa menunggu terbitnya.
tapi sebelum itu tuan,
"untuk masa lalumu, berdamailah, persetan dengan melupa!."selamat melaju!.