Chapter 32

1.3K 97 4
                                    

TN : Nantinya ada 2 percakapan di 2 alam yang berbeda. Percakapan dengan tulisan biasa adalah percakapan di alam biasa, percakapan dengan tulisan miring adalah percakapan di alam roh/alam astral/apapun yang kalian sebutkan.


Suara ketukan di pintu mengalihkan pandangan Win yang tadinya memeriksa resep. "Masuk." ucap Win namun tidak ada reaksi. Menghela nafas, Win lalu berjalan menuju pintu dan membuka pintunya. Win terkejut melihat buket bunga yang besar ada di hadapannya. Buket bunga itu bergeser dan Win dapat melihat wajah suaminya. "Bright!!" seru Win senang.

"Hai, Vitamin. Happy anniversary ke empat ya." ucap Bright lalu memberikan buket bunga kepada Win. Win menerimanya dengan senang hati. Diciumnya aroma wangi bunga kemudian Win tersenyum ke arah Bright.

"Terima kasih, Bright." kini Win mencium bibir Bright dengan cepat. "Kau sudah pulang kantor?"

"Papo bilang aku boleh pulang cepat hari ini karena hari ini hari spesial."

"Oh ya?" tanya Win tak percaya lalu melihat jam tangannya. "Aku selesai shift dua jam lagi. Kamu mau nunggu di kamar aja?"

"Ya udah, aku tunggu di kamar ya." Bright mencium pipi Win sebelum pergi meninggalkan Win. Win hanya tersenyum melihat punggung Bright berjalan menjauhinya.

Win buyar dari lamunannya saat mendengar telepon genggamnya berbunyi. Win menyeritkan alisnya saat melihat nama kontak di layar telepon. Win mengangkat teleponnya, "Halo, Chimon?"

Bright berjalan dengan santai menuju kamar istirahat pribadi Win. Meski sudah bertambah tua dan mempunyai suami, Bright masih merasa orang-orang di sekitarnya masih membicarakan dirinya saat dirinya lewat. Beruntung Win tidak bersama dirinya, karena Bright merasa Win akan cemburu jika mendengar bisikan-bisikan yang ia dengar sekarang.

"Ih, pria itu tampan ya..."

"Tapi kayaknya dia bukan Dokter sini deh..."

"Sayang sekali, kapan lagi kita bisa melihat pria setampan itu di Rumah Sakit ini..."

"Pria itu masih kekeh korban kecelakaan itu kekasihnya?" oke, bisikan yang ini bukanlah bisikan yang Bright sangka. Bright berhenti berjalan dan menoleh ke sumber suara. Melihat dua orang wanita sedang berbisik.

"Iya, padahal kekasihnya juga ikut jadi korban kecelakaan. Apa jangan-jangan dia mendua ya?"

"Tapi aneh gak sih, kalau memang dia kekasihnya kenapa salah manggil namanya ya?"

"Iya, kenapa terus memanggil nama Singto ya, padahal kan nama korban..."

"Permisi." Bright pun menghampiri dua wanita itu, membuat dua wanita itu menatap Bright terkejut.

"I....Iya?" tanya salah satu wanita itu dengan nada terbata-bata.

"Saya tertarik dengan cerita Anda, kalau boleh tahu dimana pria yang anda ceritakan?" tanya Bright.

"Oh... masih di Unit Gawat Darurat sepertinya."

"Baik kalau begitu, terima kasih." Bright membungkuk mengucapkan terima kasih kemudian berjalan melawan arah menuju Unit Gawat Darurat. Perasaan Bright mengatakan bahwa pria yang mereka bicarakan adalah Ohm, sahabatnya. Bright mengambil telepon genggamnya dan memencet kontak Earth. "Earth, ke Rumah Sakit Win sekarang, Ohm kambuh." ucap Bright langsung mematikan teleponnya.

Bright berjalan cepat menuju Unit Gawat Darurat. Ohm kambuh, dan Bright khawatir padanya. Bright berhenti berjalan ketika ia melihat Ohm sedang duduk dengan tatapan kosong dan tangan gemetar di kursi depan Unit Gawat Darurat. Bright duduk di sebelah Ohm sambil merangkulnya. Ohm merasa ada orang yang merangkulnya kini melihat ke arah Bright. "Bri...'' panggil Ohm terbata-bata.

PermulaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang