Spin Off 5 : Pluem mabuk

630 47 6
                                    

TN : Kejadian ini terjadi saat Pluem mengetahui penyakit Tay, beberapa tahun setelah kisah Ohmnanon berakhir.

Kao mengerutkan alisnya saat mendengar telepon genggamnya bergetar. Kao tidak ingin mengangkatnya karena ia baru saja menyelesaikan operasi 12 jam, ia butuh istirahat namun teleponnya terus bergetar. Kao mengumpat dalam hati kepada orang yang mengganggu istirahatnya. “Halo?” suara serak Kao terdengar pelan karena Kao masih belum seutuhnya sadar.

“Malam, Om. Maaf ganggu.” Kao bangun dari tidurnya mendengar suara yang tidak asing baginya.

“Win? Ada apa?”

“Emmm… Win lagi sama Pluem dan Pluem mabuk berat. Apa Om bisa jemput Pluem?” tanya Win dengan hati-hati. 

“Chimon kemana emangnya? Frank? Nanon?” tanya Kao yang mempertanyakan dalam hati kenapa harus dirinya yang berurusan dengan Pluem. 

“Emm… Win rasa kondisi Pluem sekarang tidak bisa dilihat oleh Chimon dan adik-adiknya Pluem, Om. Kita habis minum setelah Pluem dapat kabar kalau Om Tay ternyata selama ini sakit kanker dan sekarang ia sedang koma...” Kao terdiam mendengar jawaban Win. “Win gak bisa menemani Pluem sampai pagi jadi Win mau pulang sekarang… Win mau ajak Pluem pulang tapi Pluem lagi mode berontak… tolong Om.”

Kao menghela nafas kesal. Tangan kirinya menyisir rambutnya yang berantakan. Ia ingin mengutuk anaknya namun Ia tahu Tay dan New pasti tidak akan suka. “Baiklah, gue kesana sekarang.” jawab Kao langsung menutup teleponnya. Ia berganti pakaian dan mengambil kunci mobil kemudian ia keluar dari Apartemen. Kao memeriksa ponselnya terlebih dahulu sebelum ia menjalankan mobil. Win sudah mengirimkan lokasi Bar tempat ia harus menjemput Pluem dan beruntungnya Kao mengetahui lokasinya. Mobil hitam melaju melintasi jalan raya malam.

Musik keras menyambut Kao saat Kao masuk ke dalam Bar. Kepala Kao semakin pusing dan rasanya ia ingin keluar dari tempat ini tapi Kao tahu ia takkan bisa keluar tanpa anaknya. Mata Kao melihat sekeliling mencari Pluem dan Win. Kao menghela nafas lagi saat ia melihat Win melambaikan tangan ke arahnya. “Makasih ya Om udah mau datang. Win pulang dulu.” Win membungkukkan badannya lalu pergi meninggalkan Kao. 

“Ya, Win…” Kao ingin protes kepada Win karena langsung pergi meninggalkannya namun Win sudah menghilang dari pandangannya. Kao kini menoleh ke arah meja Bar dimana Pluem terlihat sangat mabuk. Kao berjalan mendekati Pluem lalu menepuk pelan pundaknya. “Ayo pulang.” Pluem menoleh ke arah Kao untuk melihat siapa yang menepuk pundaknya. Kao dapat melihat Pluem sedang sangat kacau.

“Vati datang!!” seru Pluem dengan nada semangat, nada yang sudah lama tidak Kao dengar dari mulut Pluem.

“Kau mabuk, Pluem, ayo pulang.” Kao menarik lengan Pluem dengan paksa namun Pluem masih tetap duduk di kursinya.

“Gak mau!!” rengek Pluem. 

“Pluem, kamu udah dewasa bukan anak kecil. Jangan menyusahkan!” kali ini Kao menaikkan nada bicaranya. Biasanya ia berbicara dengan nada rendah namun karena kepalanya sudah berdenyut kesakitan, Kao jadi harus menaikkan nadanya agar Pluem mendengarnya dan ia bisa segera keluar dari Bar.

“Hah… Vati bahkan tidak pernah ada saat aku kecil bagaimana Vati tahu aku ini menyusahkan saat kecil?” pertanyaan Pluem membuat Kao terdiam. “Vati aja gak mau aku ada di dunia ini untuk apa Vati memaksaku pulang? Seharusnya Vati biarkan saja aku mati disini karena overdosis minuman... “ 

Tangan Kao tanpa sadar mendarat di pipi Pluem. “Jaga ucapanmu, New akan sedih jika mendengarnya.”

“Daddy?” kali ini Pluem turun dari kursi  Bar dan berdiri di hadapan Kao. “Daddy gak akan sedih karena dia sendiri gak sayang sama aku. BOKAP KANDUNG GUE GAK MAU GUE LAHIR DI DUNIA INI SEDANGKAN BOKAP GUE YANG MELAHIRKAN GUE BERSELINGKUH DAN MENGHANCURKAN KELUARGA GUE. ORANG TUA KANDUNG GUE SENDIRI GAK SAYANG SAMA GUE. CUMA BAPAK YANG SAYANG SAMA GUE. BAPAK, BOKAP YANG ADOPSI GUE YANG SAYANG SAMA GUE BUKAN ORANG TUA KANDUNG GUE.” Pluem mulai berteriak mengeluarkan isi hatinya sedangkan Kao hanya diam mendengarnya. Orang-orang di sekitar mereka tetap asyik dengan minuman dan musik yang ada di Bar membuat Kao sedikit bersyukur karena mereka tidak menjadi bahan tontonan.

PermulaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang