Chapter 3

1.2K 111 5
                                    

Suara musik bar sangat kencang, membuat para pengunjung bar banyak yang memilih untuk berdansa di lantai. Beberapa ada juga yang memilih untuk duduk dan menggerakan badan mereka di atas kursi. Jika ini terjadi 5 tahun yang lalu, Bright akan memilih berdansa di lantai dansa dan berdansa secara intim dengan salah satu wanita. Sekarang Bright sudah punya hati yang perlu dijaga jadi ia memesan meja VIP, dimana suara musik tidak begitu terdengar, dan bisa berbicara dengan sahabatnya yang sedari tadi minum tanpa perlu berteriak.

"Jadi, sekarang apa rencana lo?'' tanya Bright sambil meneguk jus jeruknya. Bright sudah mengurangi minum alkohol setelah menikah, Win tidak suka katanya.

Ohm menegak sekali vodka nya sebelum menjawab pertanyaan Bright. "Nunggu Papa ama Daddy pulang dulu. Nanti Mark ama gue bilang langsung ke mereka.''

"Lo gak ketemu orang tua Mark?''

"Mau sih.. tapi belum siap, gue takut.''

"Takut kenapa? Kan yang mutusin pertunangan si Mark.''

"Kemarin kan gue gak bisa ketemu mereka karena ama Kak Krist dan Fiat. Lo bayangin aja gimana reaksi mereka pas tau gue lebih ngurusin anak orang ketimbang anak orang.'' Bright tidak berkomentar karena Ohm ada benarnya. Bright sendiri masih bingung keputusan Ohm untuk meningkatkan hubungan Ohm dan Mark ke jenjang pertunangan karena Bright dan Earth tahu dan bisa lihat Ohm masih belum membuka hatinya setelah Kak Singto tiada. "Ah sial gue kangen Earth. Kalo dia disini dia udah geplak kepala gue kali ya karena gue bego.''

"Perasaan pas dia mau berangkat lo usir usir dia, giliran sekarang lo kangenin dia. Gimana sih.'' Ohm hanya tertawa kecil lalu kembali menenggak minumannya. "Mabok lo?''

"Kagak lah, cuma segini gak bakal mabok gue.'' jawab Ohm dengan lancar, menandakan benar ia tidak mabuk. "Kenapa? Lo udah mau pulang? Baru jam 9 elah.''

"Lo lupa gue ada jam malam?''

"Masih berlaku tuh jam malam? Gila, 5 tahun loh Bright!''

"Win sih bilang gak perlu dituruti banget yang penting kalo gue gak bisa pulang gue kasih tahu dia. Toh juga Kak Guns masih suka ngikutin gue kalo dia bosen sambung ayam, cuma gue nya aja yang mau segera pulang.'' kata Bright kembali meminum jus jeruknya.

"Win senagih itu ya?'' tanya Ohm yang dijawab Bright dengan tendangan ke kakinya Ohm.

"Gak mau jawab gue, karena yang boleh tahu cuma gue seorang. Lo jangan berpikir yang macam-macam ya.'' ancam Bright dengan muka serius.

"Iyaaa, gue juga gak akan makan teman. Udah sana lo pulang aja kalo kangen sama Win. Gue gak papa sendiri. Gue bisa pulang sendiri.''

"Benar ya, awas aja kalo lo nyetir sambil mabuk.'' Bright berdiri lalu berjalan menjauhi meja namun pandangannya masih tertuju pada Ohm.

"Berisik!'' teriak Ohm karena Bright sudah menjauh. Ohm tersenyum melihat Bright perlahan menghilang di tengah kerumunan. Ohm rindu masa-masa ia sekolah sebenarnya. Berkumpul bersama Bright dan Earth, melakukan hal-hal gila, latihan band meski tak tahu kapan akan tampil. Ohm rindu masa-masa itu karena sekarang Bright dan Earth sudah punya jalan pulang masing-masing dan Ohm, masih sendiri.

"Kak Ohm?'' suara seseorang memanggil namanya membuat Ohm mendongakan kepalanya. Ohm melihat seorang pemuda berpakaian kemeja putih, yang dibuat berantakan dengan membuka 1 kancing atasnya, dan celana hitam ketat serta rambut hitam yang dibuat berantakan juga. "Kak Ohm sendirian?''

"Do I know you?'' tanya Ohm pada pemuda tersebut karena sepertinya pemuda tersebut mengenalnya namun Ohm tidak ingat.

"Eerm.. aku Nanon kak, adiknya Pluem, sahabatnya Kak Win, suaminya Kak Bright, sahabat kakak...'' jawab Nanon dengan nada terburu-buru.

PermulaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang