Suspicious

6 0 0
                                    

Justin's POV

"Hi babe," sapa Saara ketika kami sedang melakukan panggilan video.

Aku melambaikan tangan. "Hi beautiful." Dia terlihat sangat cantik. Aku sangat rindu padanya.

"I'm really missing you so bad," dia telihat bete saat dia bilang rindu padaku. "Bagaimana kabarmu disana? Dan bagaimana keluargamu?" Tanya nya bersemangat.

"Aku baik-baik saja disini. Nenek dan kakek ku selalu bertanya tentang kau. Mungkin secepatnya aku akan membawamu kesini."

Bara mengangguk. "Are we going to plan a wedding?" Tanya nya sambil menulis. Aku tidak tahu apa yang dia tulis. Tapi tunggu. Aku seperti pernah mendengar pertanyaan ini sebelumnya. Oh ya, aku pernah bertanya hal ini padanya bulan lalu.

"Of course baby! What's the point of me proposed you?"

Dia sempat heran mendengar jawabanku. Lalu beberapa detik kemudian dia tertawa. "Haha... kau benar-benar mencuri kalimatku. Maksudku, apakah kita akan membahasnya sekarang? Besok? Nanti?"

"Now you're the one who steal my line." Kami berdua tertawa bersama. "We will after i finished my tour. Or after the Austalia tour?"

"Sounds good," jawabnya sambil tetap menulis sesuatu yang tidak aku ketahui. Namun aku tidak ingin tahu apa yang dia tulis, untuk menjaga privasi nya.

"Aku sedang menulis di jurnalku." Dia menunjukkan buku jurnal nya yang berwarna emas. Aku baru tahu ternyata tunanganku senang menulis di jurnal. "Aku menulis apa saja hal-hal penting untuk beberapa bulan kedepan."

"Oh ya bagaimana harimu? Apa saja yang kau lakukan hari ini?" Tanyaku. Aku hampir lupa tujuanku menelepon dia untuk menanyakan kegiatan dia tadi siang.

Seketika aku melihat raut wajahnya berubah. Kenapa dengannya? Apa harinya buruk?

"Kau kenapa?" Tanyaku khawatir. "Apa kau ada masalah? Kau bisa cerita denganku." Aku menawarkan diri.

Dia terlihat salah tingkah. "Aku tidak kenapa-kenapa." Lalu dia tersenyum namun senyumnya terlihat tidak natural. "Aku tadi pagi langsung ke studio setelah aku sampai ke bandara." "Julia meminta bantuanku untuk menulis lagu. Lalu aku langsung datang kesana tapi aku pulang dulu untuk bersiap-siap."

"Then?" Tanyaku penasaran.

"Then i arrived at the studio and thats it. Aku bertemu Julia, Tranter, Nolan, Ashton and... Cal."
Wajahnya terlihat murung kembali.

"Lalu mengapa raut wajahmu berubah seperti itu? Ada apa denganmu dan Calum?" Tanyaku hati-hati. Aku bertanya bukan karena aku marah atau cemburu, melainkan penasaran.

Dia mengangkat bahunya. "Tidak ada apa-apa antara aku dengannya." Dia menjawab pertanyaanku dengan keraguan. "I just... I felt so overwhelmed because Nolan is going to out of the city for few days and we all have to finish the song right at the time we were at the studio."

Aku mengangguk pada penjelasan Bara tadi. Lalu sedetik kemudian pundakku di sentuh oleh Jazmyn, adik tiriku. "Justin let's go."

Aku mengiyakan ajakannya untuk pergi ke mini market terdekat. Lalu pandanganku kembali ke Bara. "Sepertinya kita harus menyudahi panggilan ini. Aku akan menemani adik ku untuk membeli makanan ringan, see you real soon baby."

•••••

"Sepertinya kita harus menyudahi panggilan ini. Aku akan menemani adik ku untuk membeli makanan ringan, see you real soon baby."

Panggilan terputus dan akhirnya aku bisa bernafas lega. Bagaimana tidak, aku baru saja berbohong pada Justin masalah di studio tadi pagi. Keadaannya benar-benar canggung. Aku dan Calum tidak terlalu banyak bertatap muka, Aku menjadi ngeri ketika akan berinteraksi dengan Ashton, Luke dan Michael benar-benar memandangku dengan tatapan canggung dan lagu yang akhirnya berjudul 'If Walls Could Talk' benar-benar harus selesai dalam satu hari karena 5sos benar-benar ingin Nolan yang memproduseri lagu ini dan kepalaku rasanya ingin pecah tadi. Selamg beberapa jam setelah kami membuat lirik lagu, Luke dan Michael datang untuk prosesi rekaman. Benar-benar 10 jam yang hektik untuk menyelesaikan sebuah lagu. Untung saja semua itu terlewati.

Aku tidak berani bercerita pada Justin soal ucapan Ash padaku. Ya, aku memang takut Justin akan cemburu. Tapi bukan itu alasannya. Aku juga bingung bagaimana menjelaskan perasaan ku saat tahu hati Calum begitu hancurnya saat Justin melamarku.

Jujur aku ingin bercerita, tapi entah pada siapa. Ah, Mike. Aku sudah lama tidak cerita dengannya. Sebaiknya aku langsung meneleponnya.

"Hi nyonya Bieber, bagaimana perasaanmu ikut tur bersama tuan Bieber?" Sapa nya saat panggilan ku diterima oleh nya.

"Haha, aku merasa senang dan lelah. Aku ingin bercerita padamu, bisa tidak? Tapi aku mohon kau jangan memberi tahu siapapun termasuk Justin," kataku memohon.

"Oke," jawabnya singkat.

Aku menghela nafas sebentar. "Jadi tadi pagi aku bertemu Cal dan Ashton untuk menulis lagu untuk 5sos, lalu aku dan Ash berpelukan. Dan dia berbisik padaku, 'Calum sangat hancur saat tahu aku dan Justin bertunangan'."

"Uh...," dia terdiam sejenak. "He had a bold move to tell you that."

"Just that?"

"Wait..., i mean... i know you had a thing with Cal, but why you have to think about what Ashton said? You said it yourself that you and Cal are just friends right?"

Perkataan Mike ada benarnya juga. "Tapi, aku merasa sangat bersalah pada Cal. Aku tidak tahu hal itu benar-benar berpengaruh padanya."

"Aku tahu kau tidak bodoh, Saara. Kau tahu Cal memang benar suka padamu. Tapi kau tidak mau melihat kenyataan yang ada dan malah berpaling ke Justin. Semua orang tahu itu, Saar. Kami bisa melihat itu. Sebelum kau mengenal Justin, kau memang dekat dengannya. Kau banyak menghabiskan waktu dengannya. Kau ikut liburan dengan band nya, iya kan?" "Terus kenapa kau sekarang baru peduli dengan perasaan Calum? Dulu kau tidak peduli? Kau ingat tidak dulu kau dengan Calum bertemu di restoran? Dia memohon-mohon padaku untuk bertemu denganmu, dia takut kau akan meninggalkannya. Namun apa? Kau memilih untuk menyalahkanku karena telah mempertemukanmu dengan dia. Dan kau harus tahu Calum benar-benar seperti orang gila saat kau mencoba bunuh diri karena Justin. Dia yang lebih hancur dari pada Justin. Ingat itu Saara. Karma akan datang kepadamu."

Mike langsung memutuskan panggilan.

Apa yang baru saja terjadi? Mike baru saja menamparku dengan kata-katanya yang sangat panjang dan menyakitkan. Se egois itukah aku sampai-sampai Aku tidak mengerti perasaan mereka? Dan Dia bilang karma akan datang padaku? Baiklah, aku akan menunggu sampai dia datang.

-

Duhhh maaf banget ide ku lagi stuck dan semoga kalian masih pada mau baca Aamiin

No More Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang