Stay With You

12 2 1
                                    

"So what do you think?" Aku bingung ketika Justin bertanya soal tinggal bersama. Aku dan dia sedang duduk di meja makan untuk sarapan.

"Uh... that's a great idea," jawabku asal sembari membaca e-mail yang belum sempat kubuka. Mataku menatap lekat layar laptop dan meneguk kopi yang Justin buat.

"Kau mau kita tinggal dimana? Di rumahku? Di apartemenmu?" Justin bertanya lagi. Aku benar-benar kurang fokus mendengar Justin berbicara. Aku hanya mengangguk dan mengetik. "Bagaimana kalau kita membeli rumah baru untuk kita tinggali? Hanya kita berdua."

Fokusku pada laptop langsung buyar. Mataku langsung menatap Justin. Dia terlihat kebingungan melihat ekspresiku yang berubah drastis. "Yeah... yeah... that's cool." Aku mencoba untuk sesantai mungkin agar Justin tidak curiga. "Aku pikir sebaiknya nanti saja, karena kau sebentar lagi akan melanjutkan tour mu, sedangkan waktuku akan lebih banyak di studio, dan pasti rumah akan sering kosong, kan?" Aku menjelaskan secara hati-hati.

Justin awalnya hanya mengangguk saja. Namun akhirnya dia terlihat curiga juga. "Why am i sensing a but? You can tell me, babe."

Aku menelan ludah. "Kau janji tidak akan marah?" Justin mengangguk cepat mengisyaratkan aku untuk cepat bercerita. "Sebenarnya...," aku terdiam sejenak. "Uh... aku masih takut untuk tinggal bersama denganmu dalam satu atap." "Maksudku ketika nanti kita tinggal bersama di rumah yang akan kita beli bersama. The thing that happened in the past, it still haunts me."

Justin tidak merespon. Dia hanya berjalan dari kulkas dan memelukku dari samping. "Hatiku masih belum siap jika kita nantinya tinggal bersama berdua. Aku takut mentalku terbebani dengan memori masa lalu yang masih ada di pikiranku." Aku mulai meraba lagi bekas luka di tangan kiriku. "Ketika aku menginap di rumah mu atau kau menginap di tempatku, aku tidak merasa tertekan karena kita masih memiliki kehidupan masing-masing. But when we live together in one roof, all i think is that you'll leave me alone if we fight over something."

Justin lalu menunduk dan menghapus air mataku. "I swear to God it will never happen. I will never leave you."

Aku tersenyum dan memeluknya erat. "Maafkan aku, pagi ini aku sudah membuat mood mu jadi tidak baik."

"Please don't," balasnya santai. "I love the way we don't rush anything through our days. I'm cool with your decission."

Ya Tuhan, Justin sangat baik sekali padaku. Dia tidak menuntut apa-apa dariku.

-

Hari ini Justin akan melanjutkan World Tour nya di Monterrey, Mexico. Tanggal 15, 18, 19 dan 21 Februari 2017.

Aku mengambil waktu santai ku dan ikut menemani Justin tur. Aku sangat senang bisa menemani Justin untuk beberapa hari ini. Aku sudah menyiapkan koper berisikan perlengkapan pribadi.

Setelah di Mexico, team dan kru Langsung check-in di sebuah hotel mewah. Aku dan Justin ternyata dipesankan satu kamar.

"Let's take a rest for a while." Justin mengajakku bersantai sejenak sebelum nanti malam Justin akan rehearsal. Aku merebahkan tubuhku ke kasur begitu pula Justin.

Aku menghadap kanan ke arah Justin.

Aku menghadap kanan ke arah Justin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
No More Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang