What a Surprise

12 0 0
                                    

Seminggu ini kujalani hari seperti biasa. Aku bisa menutupi sakit hatiku pada Mike. Aku bisa menutupi perasaan sakitku di depan semua orang, termasuk Justin. Selama seminggu pun Mike tidak datang ke studio. Aku tahu dia memiliki kesibukan lain, namun alasan utama pasti untuk menghindari aku. Dan selama itu aku bisa menahan rasa inginku untuk sedikit menggores pergelangan tanganku.

Sekarang tanggal 3 maret dan Justin baru selesai rekaman untuk lagu Friends bersama BloodPop alias Michael Tucker. Justin keluar dari ruang rekaman dengan wajah yang sangat cerah.

"Hi baby," panggilnya. "How's my voice?" Tanya nya sambil mengecup keningku.

"You're sound amazing as usual," jawabku bersemangat. "I can't wait until the song is released."

Lalu aku dan Justin berpamitan pada Julia, Tranter dan Michael untuk pergi keluar.

"Besok aku akan berangkat ke Australia untuk melanjutkan Purpose Tour ku. Maka dari itu hari ini aku ingin menghabiskan waktu ku denganmu, bagaimana?"

Aku langsung mengangguk kegirangan karena waktu ku dan Justin untuk bersama-sama benar-benar sedikit. Dia akan berpergian ke sisi lain dunia dan aku harus berada di Los Angeles untuk bekerja.

Satu jam setelah aku dan Justin pergi dari studio, kami pun sampai di pemakaman Evergreen. Aku merasa heran. Apa yang akan kami lakukan disini.

"Aku ingin menghabiskan waktu ku bersama dengan 'keluarga' mu." Justin keluar dari mobil dengan membawa sebuah perlengkapan seperti piknik dan aku mengikuti nya dari belakang.

Setelah sampai di makam keluarga ku, Justin menggelar tikar tipis di depan nisan mereka. "You wouldn't mind, right?"

Aku hanya mengangguk pelan. Bukannya aku tidak suka Justin melakukan hal ini, hanya saja aku terkejut. Dia ingin mengabiskan satu hari ini dengan duduk di rumput dan dibawah terik matahari dibandingkan dengan mempersiapkan kebutuhan tur nya.

Lalu kami pun duduk di tikar tersebut. "Hello, Mr. and Mrs. Palvin," kata Justin pelan ke arah batu nisan. "I'm Justin Bieber, Saara's fiancé."

Aku menatap lekat ke wajahnya yang tampan. Dia benar-benar tulus ingin menyapa keluarga ku. Aku tidak berhenti mengucap syukur kepada Tuhan karena telah menghadirkan Justin di hidupku. Walaupun Engkau mengambil ayahku, setidaknya aku punya pengganti.

"You can call him Ben, if you want. Ayahku tidak ingin terlihat seperti orang tua, seingatku." Aku sedikit tertawa mengingat kelakuan ayah yang selalu ingin seperti anak muda. Dia sering ikut denganku untuk hangout dengan teman-teman sekolahku dulu. Aku tidak pernah melarangnya karena aku senang ayahku bisa mengenal mereka lebih dekat. "He was all i have, back then. He taught me everything i need to know. Dia benar-benar memastikan aku mendapatkan kasih sayang yang penuh walaupun hanya dari seorang ayah."

"Would you like to hear a full story of my past?" tanyaku sambil menyeka air mataku yang jatuh ke pipi. Aku sudah pernah bercerita hal ini pada Calum. Dan sekrang saatnya aku becerita ke Justin.

Justin mengangguk.

"Waktu itu kedua orang tuaku bertengkar hebat saat aku hendak masuk kedalam rumah. Aku baru saja pulang dari rumah tetanggaku, Valerie. I ended up waiting outside the house until they finished arguing. It really took me like half an hour to sat outside without any companion. Lalu aku mendengar ibuku berteriak, 'Its over for us, Ben. I will take Bara wether you like it or not'. Lalu ayahku membalas, 'kalau kau membawa Bara pergi denganmu, akan kuberitahu rahasia kotormu itu padanya'. 8 years old Bara was just tried to processing what her parents were talking about. Lalu aku memberanikan diri masuk kedalam rumah dan menghampiri ayahku. Dan saat itu juga aku melihat ibuku yang membawa koper besar dan berjalan melewatiku tanpa pamit denganku. Like i wasn't there. Damn it still lingers in my memories until today."

"Moving on... i spent my childhood life without a mother. It was just me and my dad. He worked from 9 to 4, monday to thrusday, he raised me alone without a nanny or helper and he didn't have any sibling, his parents are gone. Ya, terkadang aku dititipkan di rumah Val kalau dia terlalu sibuk dan tidak bisa membagi waktu nya untukku. Aku bangga sekali dengannya. Dia selalu meluangkan waktu nya untukku sekecil apapun itu."

Justin terlihat serius sekali mendengar ceritaku tentang ayah. Cerita hidup kami terbilang hampir sama. Dia ditinggal oleh ayahnya dan dirawat oleh ibunya. Sedangkan aku kebalikannya. Pasti dia bisa merasakan apa yang kurasakan dulu.

"Aku ingat ketika aku pertama kali menstruasi, ayahku yang panik, bukannya aku. Ayahku langsung mencari di internet seputar hal itu. Dan dia langsung pergi ke mini market terdekat untuk membeli pembalut dan aku disuruh menunggunya dirumah. Dia bilang aku harus diam dirumah kalau tidak darah akan bertumpahan kemana-mana." Aku dan Justin sama-sama tertawa. "I really live a best life with him until November 2012. It was a homecoming party and i bring my father along because there was gonna be a father-daughter dance. We came and i joined my friends while he joined to another dads. Disitulah aku melihat dia sedang berbicara dengan salah satu guru di sekolahku. Aku tidak pernah diajar olehnya namun aku tahu dia adalah guru yang tidak disukai beberapa murid disekolah."

"Then what happened?"

"Mereka semakin dekat, dan mereka menikah tahun 2013. I had a big fight with him about the wedding. I don't want him to marry the wrong person. Sebenarnya aku tidak ingin dia menikah karena aku takut cinta nya padaku akan terbagi dengan orang lain." Aku menyeka lagi air mataku yang jatuh. "Aku kabur dari rumah seminggu setelah mereka menikah. Teman sekolahku dulu menawarkanku untuk kabur ke LA dan bekerja disana dan aku bertemu Mike."

Ya Tuhan, aku jadi rindu dengan Mike. Aku benar-benar jahat padanya.

"Dia lah yang menjaga ku sampai aku punya apartemen sendiri." Aku menghela nafas. "Aku sangat berharap aku tidak kabur meninggalkan ayahku. Ego ku terlalu tinggi."

"Apa ada yang ingin kau tanyakan ke ayahku? Mungkin aku bisa menjawabnya," tawarku.

"Apakah ayahmu menyukaiku?"

Aku sedikit menyerngit. 'Aku benar-benar tidak menjawab pertanyaan itu' kataku dalam hati.
"Seperti nya iya. Tapi aku tidak tahu pasti."

-

To be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

No More Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang