Jenne dan William

9 2 0
                                    

"William ku"

"Aku harus bagaimana menjalani ini?"

"Aku harus menjalani hidup ku sendiri"

"Semoga kau sudah berbahagia mulai saat ini"

"William, kau tahu betul aku sangat menyayangimu".

Air matanya terus mengalir sedari tadi.

"Aku harus bagaimana dengan Jogja? aku tak sanggup untuk menginjakkan kaki ku disana lagi. Karena setiap sudut jalan disana mengingat kan aku tentang mu. Bagaimana aku bisa tertawa mesra lagi jika hanya jejak kaki kita yang tinggal disana".

Ia memejamkan matanya mencoba mengontrol dirinya yang benar benar hancur saat ini.

"William, kamu ingat? Kamu pernah berjanji dengan ku dikali biru?"

"Sungguh, aku lebih rela jika aku harus berpisah dengan Jogja dari pada aku harus berpisah dengan mu seperti ini".

"Kamu tahu betul bukan? Aku sangat mencintai Jogja, tapi aku jauh lebih mencintai mu Will".

"Ajak aku Will, ajak aku. Aku engga sanggup jika harus hidup dengan bayangan diri mu. Aku engga sanggup menjalani setiap pagi tanpa suara klakson mobil mu".

Mukanya begitu pucat, lesuh dan tidak karuan. Matanya sembab dan hidungnya memerah. Suara suara yang ia lontarkan sedari tadi adalah suara yang sangat parau seperti seseorang yang sangat menderita.

"Kamu tidak pernah berkata pergi kepada ku. Tapi kenapa sekalinya kamu pergi jauh sekali. Dan aku harus menunggu waktu yang sangat lama dan menderita untuk bertemu dengan mu lagi".

"William ku, aku sangat menyayangi dan mencintai mu. Sungguh dengan berat hati aku harus rela mengikhlaskan mu, untuk tidak lagi merasakan sakit dan berbahagia disana. Aku memang mencintai mu tetapi tuhan lebih mencintai mu".

JejakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang