➮ 𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘! : ₁₂.

2.3K 341 68
                                    








"mama....?"

Pria yg di panggil mama menoleh, matanya menyipit dan bibirnya tersenyum kian melebar, manis sekali.

Seorang anak kecil berlari ke arahnya, kedua lengannya terlentang lebar siap memeluk pria yang lebih tua.

Keduanya bertabrakan, tertawa gembira sembari mulut keduanya yang terbuka menyuarakan tawa bahagianya masing-masing.

"Hari ini ibu guru meminta kami menggambar!"

Pria itu tersenyum, telapak tangan besarnya menggenggam telapak yang lebih kecil, menariknya pelan, membimbingnya untuk mengikuti jalannya.

"Benarkah? Kalau begitu.... San menggambar apa?" Tanyanya ceria, seakan-akan ikut merasakan antusiasme sang putra.

Anak yang di panggil San meloncat kecil, satu tangannya yang di genggam melambai antusias pada sang 'mama'

"Aku menggambar mama! Ibu guru bilang... Kami harus menggambar keluarga! Mama, satu-satunya keluarga yang San sayang... San punya kakek dan nenek, tapi San tidak suka mereka... Mereka, selalu memandang mama dengan tatapan yang San tidak suka..."

Hari itu, usianya baru 6 tahun, tapi San tahu dengan pasti...

Senyum manis mamanya menghilang setiap kali dirinya bicara tentang 'keluarga'.















"Ah!"

San terbangun dari tidurnya saat kepalanya terantuk kaca jendela bus yang ia tumpangi, San mengusap kepalanya.

"Ah.. mimpi itu lagi.." gumamnya.

Pundaknya di tepuk pelan, kepalanya menoleh, Wooyoung duduk di sebelahnya tersenyum kecil saat mendapati raut kebingungan dari yang lebih tua.

"Kita belum akan sampai di halte berikutnya, kenapa terbangun?"

San meringis kecil, tangannya masih mengusap kepalanya yang tadi terantuk, "kepalaku terantuk kaca jendela.."

Wooyoung tersenyum lebar, terkekeh kecil dan satu tangannya ikut mengusap kepala San. Satu tangannya lagi menepuk pundaknya, "kalau begitu, di sini saja.." kepalanya ditarik perlahan untuk mendekat, bersandar pada pundak yang lebih muda, "di sini tidak ada sakit, karena aku akan melindungi mu.."

San tertawa geli, melemparkan pukulan kecil pada perut Wooyoung namun setelahnya mulai menyamankan diri bersandar pada lelaki disebelahnya mengabaikan bermacam-macam pandangan orang yang mengarah pada keduanya.

Cinta itu... Terkadang memang semenggelikan itu.






✻✻✻





    Gerimis metintik turun perlahan membasahi permukaan yang ia singgahi. Suaranya gemericik menenangkan, San membuka pintu pagar rumahnya, berjalan pelan melewati taman yang kini banyak di tumbuhi tanaman liar akibat telah lama tak terawat kembali.

Langkahnya terhenti saat menyadari ada sosok lain yang berdiri kaku di depan pintu utama rumahnya, itu... adiknya.

"Jongho?"

Jongho berbalik, matanya melebar seiring dengan mulutnya yang meneguk ludahnya susah payah, kantung plastik di genggamannya ia cengkram kuat.

"Pagi tadi... Bukannya sakit?"

"Ah.. itu," satu tangannya mengusap belakang lehernya canggung, pandangan nya beralih dari wajah sang kakak ke pot bunga yang kini di tumbuhi tanaman liar. "Sudah sembuh.."

(✓) 𝐇𝐞𝐥𝐥𝐨, 𝐛𝐚𝐛𝐲 𝐛𝐨𝐲!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang