➮ 𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘! : ₁₁.

2.4K 370 120
                                    






Tok

Tok

Tok

    Suara ketukan palu terdengar, menandakan sidang telah mencapai kesepakatan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Jongho mematung di kursi tempatnya duduk, tangannya meremas pelan tangan kakaknya yang ada di genggamannya.

Orang mereka ㅡah tidak, Orang tuanya..... Resmi berpisah.

Hak asuh Jongho di serahkan pada Seonghwa. Ya, di serahkan... Sejak awal dirinya tidak pernah diperebutkan.





    Jongho berjalan gontai mengikuti Seonghwa, San berjalan dengan kepala tertunduk disebelahnya. Tangannya terasa dingin. Dari sudut matanya, ia dapat melihat ayahnya yang berjalan tergesa menuju mobilnya, Jongho fikir... Mamanya yang akan membuangnya dulu karena telah menemukan keluarganya yang sebenarnya. Tapi ternyata Jongho salah, ayahnya lah yang membuangnya.

Hening selama perjalanan pulang, San tertidur dan Seonghwa fokus menyetir. Jongho menyandarkan kepalanya pada kaca jendela, matanya menerawang ke luar memperhatikan rintik demi rintik air hujan yang mulai membasahi permukaan bumi. Langit menangis bersamanya.

"Aku mau mampir ke toko bunga terlebih dahulu.."

Seonghwa menatap sang putra lewat kaca di atasnya, Jongho berucap dengan wajah yang teramat datar.

"Kau mau membeli bunga?"

Jongho mengangguk, "aku mau mengunjungi seseorang di rumah sakit."

Ada alasan lain, untuk saat ini... Rasanya Jongho belum siap jika harus melihat Yeosang yang sekarang tinggal bersamanya dirumah lama mereka. Rasanya aneh ketika kau mendapatkan anggota keluarga baru dan kau harus memanggilnya 'ibu' sedangkan orang yang selama ini kau panggil ibu malah harus kau panggil dengan sebutan 'ayah'.




☘☘☘


Orang dewasa itu egois.

Ah, apa Jongho sudah pernah mengatakan itu sebelumnya?

Entahlah, tapi kini dirinya selalu memikirkan tentang itu. Kedua orang tuanya itu egois, setelah kisah panjang yang Seonghwa ceritakan di koridor rumah sakit malam itu. Mereka ㅡ Hongjoong dan Seonghwa bertemu, saling bicara, dan memutuskan untuk berpisah.

Tanpa memikirkan dirinya.

Kata 'berpisah' itu dengan mudahnya mereka ucapkan.

Seharusnya... Jongho marah, seharusnya ia memberontak. Tapi dirinya tau, bukan hanya dia yang terpukul. Masih ada San yang harus ia jaga kewarasannya, kakaknya itu... Tanpa tau apa yang selama ini terjadi, ikut disalahkan. Padahal nyatanya dirinya hanya digunakan sebagai pion penyerang dalam permainan ini.

Matanya bergulir mengecek satu persatu angka yang tertera di atas pintu bercat putih, ditangan kanannya ada serangkai bunga mawar dengan berbagai warna.

[114]

Tangannya meraih gagang pintu, mendorongnya pelan dan melangkah masuk tanpa meminta izin terlebih dahulu dari si pemilik kamar. Bibirnya mengulas senyum tipis saat di dapatinya si penempat tengah duduk membelakanginya memandang keluar melalui jendela besar disisi ranjangnya.

"Hyung.."

Ia menoleh, masih sama. Kulitnya putih sewarna salju dan bibirnya sewarna kelopak mawar merah.

"Bagaimana sidangnya?"

Jongho meletakkan bunga yang di bawanya pada meja di ruangan itu, mengeluarkan yang sudah layu dari vas berisi air dan menggantinya dengan yang baru.

(✓) 𝐇𝐞𝐥𝐥𝐨, 𝐛𝐚𝐛𝐲 𝐛𝐨𝐲!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang