➮ 𝐇𝐄𝐋𝐋𝐎, 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘! : ⒎

2.3K 430 153
                                    








Kling 🔔

Yeosang mendongak menatap pria tinggi yang baru saja memasuki cafe, pria itu menoleh kesana kemari membuat Yeosang dengan perlahan mengangkat tangannya mengisyaratkan si pria tinggi untuk datang ketempat duduknya.

"Ah.. maaf aku terlambat, apa Hyung sudah menunggu lama?" Pria itu menunduk sesaat setelahnya berucap sambil menarik kursi yang hendak diduduki nya.

Yeosang menarik kedua ujung bibirnya melengkung menciptakan senyum tipis, kepalanya menggeleng kecil.

"Tidak apa, aku belum lama"

Pria itu mengangguk, "jadi?"

Yeosang membuang nafasnya berat, jari jemari lentiknya menyentuh pelipis memberikan pijatan pelan disana.

"Entahlah, akupun tidak tahu harus bagaimana. Disatu sisi aku merasa akan bahagia jika meneruskan ini namun disisi lain akupun takut dia akan kecewa. Aku takut dia akan menandai ku sebagai seseorang yang tidak patut ia banggakan"

Pria itu mengangguk paham, ia membuka resleting tas hitam yang ia bawa dan mengeluarkan sebuah map berwarna biru.

Ia menyodorkan map itu pada Yeosang, "terserah dengan apa yang akan Hyung lakukan setelahnya, yang jelas aku tetap akan disini melakukan apa yang telah aku susun."

Yeosang menerima map itu dengan alis berkerut bingung, "ini apa?"

Pria itu tersenyum teduh menampakkan susunan giginya yang tidak rapi namun tetap indah jika tersenyum, "ini semua yang dulu kau minta, data kelahiran anakmu dan juga data-data mengenai ayahnya kandungnya yang sebenarnya. Semuanya ada disini, aku juga menyertakan hasil tes DNA yang sebenarnya."

Yeosang menghela nafas lega, matanya memejam berucap syukur pada Tuhannya.

Matanya terbuka menatap pria dihadapannya dengan tatapan penuh rasa terimakasih.

"Terimakasih.. Terimakasih banyak,

















ㅡMingi"

Pria ituㅡ namanya Song Mingi, usianya 19 tahun dan dia.... Adik tiri Yeosang.





◇───────◇───────◇





    Seonghwa meremas lembaran kertas ditangannya dengan perasaan marah bercampur sedih. Dirinya kecewa, sungguh. Ia tidak menyangka kalau dua orang terdekatnya malah menjadi orang pertama yang meruntuhkan segala ekspetasinya tentang keluarga yang bahagia.

Matanya sembab, air jernih terus-menerus mengalir keluar dari sana. Tidak ada kata-kata yang terucap juga tak ada satupun isakan yang terdengar.

tangisan yang paling menyakitkan adalah tangisan tanpa suara apapun yang menyertai, hanya diam membiarkan semuanya mengalir tanpa memperdulikan perasaan ingin berteriak.

Seonghwa terlanjur kehilangan semua emosinya. Rasanya hampa, kosong... Dirinya bahkan seakan akan telah lupa bagaimana caranya bicara.

Mulutnya terkunci rapat tanpa mampu ia buka.

Matanya kembali menunduk menatap satu persatu baris kata yang tercantum pada kertas digenggamannya.

Tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama.

Dan Seonghwa pun masih sama, meratap pada lembaran kertas ditangannya dengan tatapan sendu namun perasaannya masih kosong.

Di kertas itu, tercantum dua nama yang ia ketahui dengan jelas bagaimana rupa si pemilik nama.

(✓) 𝐇𝐞𝐥𝐥𝐨, 𝐛𝐚𝐛𝐲 𝐛𝐨𝐲!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang