Jongho menyayangi ayahnya..
Yah... Setidaknya itu sebelum semuanya terjadi.
Matanya menyorot tajam, memandang lurus pada orbs milik yang lebih tua, kaleng minuman ditangannya ia cengkram kuat.
"Ada banyak yang ingin ayah bicarakan..."
Sudut bibirnya terangkat, tersenyum pedih masih dengan sorot mata yang tajam. Bibirnya mendecih sinis.
"Apa lagi?"
Suaranya datar, dingin, seakan-akan tidak peduli dan tidak pernah berharap akan apa yang sedang mereka bicarakan.
Yang lebih tua menghembuskan nafasnya dengan banyak perasaan bercampur di benaknya, bibirnya tertarik.. menciptakan senyum paksa yang tampak pedih. "Banyak Jongho, Banyak..."
Setidaknya Hongjoong harus bicara. Dirinya tidak bisa jika harus menjadi satu-satunya orang yang bersalah di cerita ini. Setidaknya... Harus ada satu orang yang mau memandangnya dengan tatapan berbeda.
Jongho menelan ludahnya susah payah, sorot matanya meredup sedang dalam fikirannya terbesit rasa ingin tahu akan apa yang ayahnya akan bicarakan.
"Tunggu.."
Hongjoong mengerjap, memandang bingung pada punggung putranya yang kini bergerak menjauh.
❝katanya... bahagia itu sederhana❞
"Hyung..."
Bibirnya ia gigit, gugup menyergap saat kelereng hitam miliknya berhadapan langsung dengan kelereng coklat sang kakak.
San menggumam kecil, matanya menatap lurus pada mata Jongho yang memandangnya resah.
"Aku... Ada keperluan, Hyung bisa kembali tanpa aku?"
Tawanya mengudara, tangannya terangkat mengusap puncak kepala sang adik yang kini tidak lagi menatapnya.
"Tentu, pergilah.. aku bisa pulang sendiri"
Matanya dengan setia mengikuti adiknya membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi menjauhinya. Senyum di bibirnya luntur bersamaan dengan pandangan nya menangkap sosok lain yang amat di kenalnya berjalan mendampingi sang adik.
San meneguk ludahnya yang entah mengapa terasa kasat kini.
❝cukup beri tahu aku, apa kau juga akan pergi?❞
Saat itu pukul tujuh belas sore saat San kembali ke rumahnya dan menemukan beberapa wajah tidak familiar yang kelihatan sedang bersitegang dengan Seonghwa di ruang tamu.
Pamannya ㅡMingi juga ada di sana. Menyambutnya dengan senyuman lebar seakan-akan tidak merasakan hawa panas yang membara di rumah itu.
"Bagaimana hari mu?" Adalah yang pertama kali ia tanyakan pada San.
San mengerjap pelan, bola matanya masih memancarkan binar kebingungan disana. Tapi Mingi mengabaikan nya sama seperti San yang mengabaikan pertanyaan darinya.
"Pergilah ke kamarmu, kunci pintunya dan tutup telingamu dengan earphone, hidupkan musik dan setel dengan volume kencang." Instruksi Mingi San dengarkan.
Mengunci diri di kamarnya dan mendengarkan musik. Mencoba mengabaikan suara gedoran di pintu kamarnya dan suara wanita paruh baya yang berteriak penuh amarah.
"Buka pintunya dan biarkan aku membunuh anak haram itu!" Begitu katanya.
San hanya memeluk lututnya erat.
![](https://img.wattpad.com/cover/223231509-288-k822519.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) 𝐇𝐞𝐥𝐥𝐨, 𝐛𝐚𝐛𝐲 𝐛𝐨𝐲!
Historia Corta[bxb; angst; family; joonghwa; seongsang; choi san; choi jongho] ❝Dunia tak lagi terasa indah untukku yang patah. Aku kehilangan tujuan saat dirimu berputar arah dan memunggungi ku pelan-pelan.❞ ©Fyar_ ◇───────◇───────◇ ▸ ˢᵗᵃʳᵗ : 22 Mei 2020 ▸ ᵉⁿᵈ :...