Di kediaman Keluarga Haidar sedang berlangsung makan malam bersama. Di meja makan terdapat 3 orang dewasa dan seorang gadis.
“Sasha bagaimana sekolahmu?” tanya pria paruh baya pada satu-satu gadis di meja makan itu tanpa melihat lawan bicara.
Sasha meletakan sendok dan garpunya. Lalu menatap Ahmed Haidar—sang kakek, “Semua lancar, Grandpa,” Sasha tetap tersenyum meski Ahmed mengangguk sedikit tak melihat ke arahnya.
“Bagus, cucuku memang yang terbaik!?” puji Sofie, melihat sang cucu murung akibat respon dingin dari Ahmed. Sasha tersenyum kecil mendengar apa yang dikatakan Sofie. Gadis itu sudah biasa diperlakukan dingin oleh sang kakek.
“Selamat malam semuanya,” sapa pria dewasa berwajah tampan yang mirip dengan Ahmed.
“Sayang, apa mau aku siapkan sesuatu?” tanya lembut Nella seraya ingin bangkit dari duduknya.
“Tidak usah,” cegah Ashlih pada istrinya.
“Kenapa kamu pulang malam sekali?” Sofie menatap ingin tahu pada wajah tampan putra semata wayangnya.
“Ibu bisa bertanya apa pun padaku nanti, tapi sekarang biarkan aku makan dengan tenang ya,” mohon Ashlih.
Sofie mendengus pelan mendengar permohonan konyol Ashlih. Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu melanjutkan makan malamnya, tak ingin mengganggu Ashlih lagi. Apalagi melihat gurat lelah di wajah tampannya.
“Apa kamu sudah menemukan kemana Mirabelle membawa cucuku?” Semua orang melihat ke arah Ahmed yang tengah menatap tenang Ashlih. Seketika suasana berubah senyap dan mendadak canggung.
“Ini sudah lebih dua minggu, sejak mereka kembali ke Kota Epirus. Jika kamu tidak mampu, ayah akan menyuruh orang lain.” ujar Ahmed tenang tapi syarat akan ancaman.
“Sayang, sudah selesaikan? Pergi ke kamar ya, ini sudah malam. Besokkan kamu harus sekolah.” Sebelum menjawab pertanyaan Ahmed, Ashlih mengelus lembut surai Sasha. Ashlih tersenyum lembut setelah melihat putrinya mengangguk patuh.
“Selamat malam papa, mama, grandpa, grandma.” pamit Sasha. Ashlih masih menatap punggung kecil Sasha yang menjauh sampai tak nampak lagi.
“Apa kamu harus membahasnya sekarang!?” decak Sofie tak suka setelah kepergian Sasha seraya menatap marah pada suaminya yang terlihat tenang-tenang saja.
“Aku belum tahu.” lirih Ashlih tiba-tiba. Ahmed masih setia menyantap hidangannya, ketika mendengar jawaban dari Ashlih.
“Aku akan berusaha lebih keras lagi. Ayah tidak perlu menyuruh orang lain.” tekad Ashlih.
“Segera temukan mereka!! Atau aku akan menggunakan caraku sendiri.” tekan Ahmed seraya menggelap mulutnya dengan serbet.
“Dan kurasa kamu pasti tidak akan menyukainya,” lanjut Ahmed tegas. Lalu meninggalkan ruang makan dengan tak membiarkan Ashlih bersuara lagi.
Diam-diam Ashlih mengepalkan tinjunya. Dia harus menemukan mereka, sebelum ayahnya kehabisan kesabaran. Tidak, Ashlih tak akan membiarkan hal itu terjadi. Cukup hanya sekali dia kehilangan putrinya. Kali ini dia tak akan tinggal diam saja, tidak ada yang boleh menyentuh Sasha-nya. Tidak ada siapa pun atau bahkan ayahnya sendiri, dapat memisahkan Sasha dari dirinya.
“Ashlih,” panggil Nella pelan. Ashlih tersenyum menatap istrinya yang terlihat khawatir.
“Pria tua itu benar-benar tidak mengenal tempat dan situasi!?” gerutuan Sofie hanya mendapat senyuman tipis dari Nella.
”Selera makanku jadi hilang,” gerutu Sofie sambil mengelap mulut dengan serbet.
“Nella pastikan cucuku baik-baik saja ya.” Nella mengangguk pelan mendengar perkataan Sofie yang syarat akan kekhawatiran. Namun perempuan berstatus menantu di Keluarga Haidar itu tampak ragu meninggalkan Ashlih sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEAR TONE
Fantasy[Update Setiap Rabu] Sudah dua tahun, Sky Endeavors meninggalkan kota kelahirannya. Semuanya normal pada awalnya, sampai dia menemukan banyak kejanggalan. Sekembalinya dia ke Kota Epirus, teka-teki perihal misteri dibalik hilangnya memori 5 tahun...